tag:blogger.com,1999:blog-46883359495515347572024-03-20T03:47:56.906+07:00blog Cerita DewasaAll About Adult StoryAdminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.comBlogger447125truetag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-91920929052353412562013-08-15T19:48:00.000+07:002013-08-15T19:48:00.141+07:00Nikmatnya Bercinta Dengan 2 Mantan Pacarku<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQuGm_RIecOkY_sjC2iskocSEOR060zVgq1eHrwzo9Y8K5OqYu6UyhqrPywgih6XV50vUaTIzwgy7MbeqovQUqV_bUtIw-CY1BM02uhyDkBiu7qC7s6xaDubwj5AtVaomJhnlXWK4fTjo/s1600/test.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQuGm_RIecOkY_sjC2iskocSEOR060zVgq1eHrwzo9Y8K5OqYu6UyhqrPywgih6XV50vUaTIzwgy7MbeqovQUqV_bUtIw-CY1BM02uhyDkBiu7qC7s6xaDubwj5AtVaomJhnlXWK4fTjo/s320/test.png" width="320" /></a>Karena orang tua sedang pergi keluar kota, sehabis pulang sekolah
kurasakan suasana rumah sangat sepi. Ga tahan dirundung kesepian dan
bosan, lalu kucoba menghubungi teman-teman sekolah satu persatu.
Ternyata mereka pad asibuk dengan urusan masing-masing dan ga ada yang
mau datang maen kerumahku. Sesaat kucoba telepon mantan pacarku saja,
ternyata ada, dan kucoba satunya lagi dan ternyata juga ada. Akhirnya
kuundang mereka berdua datang ke rumah. <br />
<a name='more'></a>Disinilah awal cerita panas
ngentot pacar ini dimulai.<br />
<br />
Beberapa menit telah berlalu. Akhirnya mereka berdua datang kerumah.
Suasana sepi rumah hilang dan kami pun saling bercanda. Rian dan Anto
adalah mantan pacarku dan kami awalnya teman yang cukup akrab dan suka
berkumpul bersama. Sebenarnya masih ada perasaan suka di hatiku terhadap
mereka. Rasanya kurindu akan suasana dulu. Kami mulai bercanda dan
duduk bersamaan. Rian memang mantanku yang agresif. Terkadang ia
memegang tanganku dan juga merangkulku. Anto melihat reaksi Rian
tampaknya ia tak mau kalah. Hal yang sama pun ia lakukan.<br />
<br />
Mungkin karena mereka mantanku maka aku tidak canggung. Sebenarnya aku
menyukai sentuhan-sentuhan mereka. Tahap demi tahap kejadian pun
terlewati. Kadang aku dipeluk Rian dan kadang aku dipelukan Anto. Aku
pun tak mau kalah, kebetulan Anto saat itu diam dan kupeluk ia dari
belakang. “Rin, itu kamu empuk ya,” sahut Anto sambil menggoyangkan
punggungnya yang tertempel dadaku sehingga bergesekan. Kurasakan nyilu
dan nikmat di putingku, dan membuatku terdiam sesaat. Kemudian,<br />
“Masa, sori Nto.. tapi enak ya,” ucapku sambil bercanda.<br />
“Kayak gitu nggak enak, yang enak kayak ini,” perlahan Rian menarikku dan perlahan kulepaskan Anto.<br />
Rian memelukku, tangannya kurasakan menyentuh dadaku dan mengusap-usapnya lalu meremas-remas.<br />
<br />
Sesaat kuterdiam menahan nafas dan agak terkaget dengan sentuhan Rian.
Kurasakan putingku mengeras dan menegang membuat aliran darahku
terangsang keseluruh tubuh. Rasanya nyilu dan nikmat membuat seluruh
tubuhku merinding dan lemas. Perlahan mengalir ketonjolan didekat
saluran kencingku. Kemudian kurasakan bibir vagina dan anusku
berdenyut-denyut. Kusadari aku terangsang. Untung Rian tak menyentuh
selangkanganku. “Udah yan, lepasin tangannya dong!” ucapku sambil kedua
tanganku melepaskan kedua tangan Rian dari dadaku. Walaupun sebenarnya
kusuka, tapi kutolak karena aku terangsang. Kurasakan sebuah bibir
mencium kupingku. Mataku melirik ke arah wajah tersebut dan kulihat
sekilas wajah Anto. Sesaat kuterdiam kembali. Nikmat di dalam darahku
mengalir kembali. Bibir Anto kemudian melumat daun telingaku. Kurasakan
nikmat dan lembut mulut Anto dan membuatku tidak dapat mengelak dan
menolak. Perlahan lidah Anto menjulur masuk ke lubang telingaku.
“Aaahh..” hanya itu yang bisa kuucapkan. Daguku terangkat tinggi.
Kurasakan putingku mengeras dan menegang menjadi sensitif. Kurasakan
nyilu dan nikmat di putingku.<br />
<br />
Tampaknya Rian tak mau kalah. Segera tangannya meremas-remas dadaku.
Perlahan kurasakan mulut Rian melumat bibirku. Lidahnya menjilati semua
yang ada di mulutku. Aku hanya bisa terdiam tak bergerak, kurasakan
pikiranku melayang jauh. Birahiku mengalir di dalam darahku. Tubuhku
semakin sensitif dan haus akan sentuhan. Terlintas di pikiranku berharap
mendapatkan yang lebih lagi. Kurasakan buaian tangan Anto di pahaku
sehingga membuat daerah sensitif di selangkanganku semakin menjadi.
Kurasakan rokku perlahan diangkat Anto. Tangannya mengelus-elus pahaku
dari daerah paha luar, dalam dan sampai di belahan selangkanganku.<br />
<br />
Terlintas di pikiranku bahaya bila pembantuku melihat kejadian ini.
Perlahan kulepaskan bibirku dari bibir Rian. Dengan suara yang tegang
dan gemetar akhirnya dapat kuucapkan,<br />
“Udah dong..! Jangan ya, nanti pembantuku ngeliat.”<br />
Akhirnya mereka berhenti.<br />
“Sorry ya Rin, aku kangen ama kamu,” ucap Anto.<br />
“Aku juga, maaf ya.. abis tubuh kamu bagus nggak kayak pacar gua
sekarang,” sahut Rian sambil salah satu tangannya mengelus dadaku.<br />
“Nggak apa-apa aku juga, kita ke atas yuk!” ucapku.<br />
Lalu kami bergegas pindah ke atas.<br />
<br />
Selesai naik tangga ternyata Rian langsung memelukku sambil berjalan.
Kedua tangannya menggerayangi buah dadaku. Kurasakan putingku menegang
nyilu yang nikmat. Birahi mengalir dalam darahku membuatku terangsang.
Kemudian kami bertiga duduk. Dan tak lama kemudian tubuhku kali ini
dirangkul oleh Anto. Tangannya mengelus dan meraba pahaku, kemudian
perlahan menyusup di rokku. Tak lama kemudian celana dalamku yang
membentuk belahan kemaluanku terlihat jelas. Tangannya bergerak dari
bagian paha luar, dalam, dan selangkanganku. Terasa bibir vaginaku
berdenyut dan sensitif. Sebenarnya tanpa mereka sadari aku sedang
menikmati kejadian ini dan aku terangsang. Aku berusaha menyembunyikan
perasaan ini.<br />
<br />
“Rina.. Paha kamu mulus.. putih.. kulit kamu lembut ya,” sahut Anto
dengan kedua tangan yang menikmati tubuhku. Sesaat kemudian kurasakan
tangan Rian mendekap salah satu buah dadaku yang sedang terangsang.
Sesaat nafasku tertahan kemudian batinku terdiam. Kurasakan nikmat di
dadaku. Putingku sedang dialiri darah birahi. Perlahan daguku terangkat
tinggi. Akhirnya nafasku berburu. Tampaknya Rian dan Anto tahu bila aku
terangsang. Tanpa basa basi lagi mereka melakukan permainan selanjutnya.
Perlahan tangan Rian yang mendekap dadaku turun dan menyusup kaosku.
Kurasakan tangan Rian menyentuh kulit perutku dan menyusup sampai
mendekap dadaku yang tertutup BH dan kemudian meremas-remas. Daguku
terangkat tinggi. Nikmat i cerita bercinta dengan pacarku lebih banyak
lagi di kumpulanceritaseru.info, Kemudian bibir Rian kurasakan mengecup
dan mencuimi leherku. Mataku terpejam dan kugigit lembut bibir bawahku.<br />
<br />
“Oouuhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulutku. Semakin
kukeluarkan suara dari mulut maka semakin mereka menjadi. Kurasakan tali
BH-ku terlepas dan BH-ku mengendor. Entah siapa yang melakukannya.
Kurasakan tangan Rian mendekap dadaku secara langsung. “Aahh,”
kurasakan. Dadaku diremas-remas lagi dan kemudian kedua putingku
dimainkan oleh Rian. Nikmatnya!<br />
<br />
Perlahan BH dan kaosku diangkat. Udara pun menyentuh putingku langsung
dan merangsang tubuhku. Celana dalamku dibuka Anto. Kaos dan BH-ku
dilepas Rian. Rokku tidak ketinggalan. Pakaian yang menyelimuti tubuhku
berserakan entah berada dimana.<br />
<br />
Akhirnya tiada sehelai kainpun di tubuh ini. Semakin tubuhku polos
semakin buaian udara merangsang tubuhku. Rasanya tubuh ini ingin
dinikmati. Perlahan tangan Anto membuat kakiku mengangkang lebar.
Rasanya buaian angin merangsang paha dalam dan daerah kemaluanku dan
membuatku berharap untuk mendapatkan kenikmatan. Kurasakan bibir Anto
menyentuh dan mengecup bibir vaginaku. Daguku terus terangkat tinggi dan
dadaku reflek membusung seakan menyodorkan diri. Kurasakan seperti ada
setrum yang mengalir dari bibir vagina ke seluruh tubuh.<br />
<br />
“Oouuhh..” dengan panjang kuucapkan. Kurasakan tangan Rian meremas
dadaku dan memainkan putingku. Ah, dua titik sensitifku terangsang.
Dengan reflek dadaku kubusungkan sesampai-sampainya. Tampaknya Rian
tidak diam melihatku begini. Segera ia menghisap salah satu putingku
lagi. Ah, sekarang ketiga titik sensitifku terangsang. Kurasakan
jari-jari Anto perlahan masuk ke liang vaginaku. Lalu keluar lagi dan
akhirnya keluar masuk dengan cepat dan serakah. Kurasakan birahiku
melayang dan terangsang membuatku pasrah dan menikmati cara mereka yang
sedang menikmati tubuhku. Kuarasakan kemaluanku basah. Anusku juga
terkena air yang mengalir. Tampaknya Anto mengetahui hal ini. Perlahan
salah satu jarinya masuk ke anusku. Semakin lama anusku licin dan jari
Anto dapat keluar masuk mudah. Akhirnya jari-jari Anto keluar masuk
dikedua liang tubuhku. Nikmat kurasakan dan entah mengapa semakin
kusodorkan kedua liangku ke arahnya. Bibir Anto menikmati daerah
pinggang dan perutku. Aah, seperti listrik mengalir dalam darahku dan
juga daerah daerah tubuhku yang mereka sentuh.<br />
<br />
Akhirnya kuterbaring dan kulihat Anto melepaskan celananya. Kulihat
miliknya terhunus dan ia tujukan ke liang vaginaku. Kurasakan sentuhan
miliknya di bibir vaginaku. Perlahan-lahan masuk. Dagu dan dadaku
terangkat tinggi. “Aaahh..” kuucapkan sambil akhirnya milik Anto
menancap dalam di liang vaginaku. Kemudian ia keluar-masukkan. Kurasakan
gesekan milik Anto keluar masuk. Nikmat rasanya sampai-sampai anusku
berdenyut-denyut. Mataku setengah terpejam dan kadang-kadang tubuhku
goyang karena tak tahan merasakan nikmat. Sekilas terlihat Rian
melepaskan celananya. Kulihat miliknya lalu ia tempelkan ke mulutku.
Kurasakan di bibirku dan tampaknya aku menyukainya. Perlahan miliknya
dimasukkan ke dalam mulutku. Entah mengapa mulutku terangsang. Lalu
kudekap milik Rian dengan tanganku. Kuayun-ayunkan dan kuhisap dengan
mulutku. Kurasakan seluk beluknya dan kunikmati dengan lidah dan
mulutku. Kujilat, kuhisap, kutelan dan seterusnya.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian kurubah posisiku jadi mengungging. Dengan begini
mulutku dapat menikmati milik Rian yang terhunus. Perlahan kurasakan
kenikmatan yang berbeda. Milik Anto perlahan ia cabut dari liang
vaginaku dan kemudian ia hunuskan ke anusku yang kurasakan
berdenyut-denyut nikmat. Perlahan ia masukkan ke anusku yang sudah
terangsang, basah dan longgar karena jemarinya. Akhirnya tertancap dalam
dan ia keluar masukkan dengan pelan. Karena sudah licin maka ia
keluar-masukkan dengan cepat dan akhirnya menyembur cairan di liang
anusku.<br />
<br />
“Ouuhh..” kuucapkan sambil menikmati semburan yang Anto keluarkan.
Setelah itu Anto mendiamkan miliknya diam tertancap. Sesaat kemudian ia
mainkan lagi. Anusku sangat licin karena cairannya. Kadang ia keluarkan
dulu dan kemudian dia tancapkan lagi. Tampaknya ia sengaja. Karena
setiap tancapan aku mendesah karena merasakan nikmat.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian kurasakan banyak cairan yang menyembur dari milik
Rian. Karena kubenar-benar terangsang maka kurasakan nikmat. Lalu
kutelan dan entah mengapa malah membuatku tambah terangsang. Setelah
habis kulepaskan hisapanku. Rian terdiam. Anto menarik pundakku.
Sehingga ia dapat memelukku dari belakang. Tangannya meraba-raba dadaku.<br />
<br />
Kurasakan ia berdiri dan aku tergantung di miliknya yang menancap.
Kulihat Rian menghampiriku lagi. Kurasakan miliknya ia tancapkan ke
liang vaginaku. Ah, aku diapit. Kurasakan kedua liangku mereka masuki.
Dan akhirnya kami sama-sama sampai puncak dan puas.<br />
<br />
Suasana rumah yang sepi sangat merangsang kami. Kemudian aku ajak mereka
ke kamarku. Di sana tubuhku mereka nikmati lagi dan lagi. Aku pun
menikmatinya juga. Karena gairah kami yang tinggi maka kami lakukan
berulang-ulang. Sampai disaat kuhisap milik mereka dan tiada cairan yang
mereka keluarkan di mulutku dan liangku. Kurasakan tak ada semburan.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-28467156706731008442013-08-14T19:40:00.002+07:002013-08-14T19:40:46.810+07:00AWAS Liarnya istriku!!! <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQuGm_RIecOkY_sjC2iskocSEOR060zVgq1eHrwzo9Y8K5OqYu6UyhqrPywgih6XV50vUaTIzwgy7MbeqovQUqV_bUtIw-CY1BM02uhyDkBiu7qC7s6xaDubwj5AtVaomJhnlXWK4fTjo/s1600/test.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQuGm_RIecOkY_sjC2iskocSEOR060zVgq1eHrwzo9Y8K5OqYu6UyhqrPywgih6XV50vUaTIzwgy7MbeqovQUqV_bUtIw-CY1BM02uhyDkBiu7qC7s6xaDubwj5AtVaomJhnlXWK4fTjo/s320/test.png" width="320" /></a></div>
“Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga. Rendy melotot dan berdecak kagum, “Ck..ck…sexy sekali ya?”<br />
“Yuli (nama istri Rendy) pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.<br />
“Belum,” Rendy menggeleng, “Tapi mau ah…nanti malam aku mau ML sama dia, sekalian direkam diam-diam.”<br />
“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat, “sekalian aku juga nanti malam mau ML sama istriku, sambil direkam juga.”<br />
<a name='more'></a>“Terus besok hasilnya tukaran ya, punya kamu lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,” usul Rendy yang langsung kusetujui.<br />
Malamnya, aku benar-benar ML dengan Reny, istriku. Dia tidak tahu bahwa
aku merekamnya di hpku yang sudah kuatur letaknya sebelum mengajaknya
ML.<br />
Besoknya, aku dan sahabatku menepati janji. Kuserahkan hpku untuk
ditonton oleh Rendy, sementara aku menikmati hasil rekaman sahabatku
itu. Kami sama-sama terangsang oleh tontonan yang sangat pribadi
sifatnya itu. Bahkan Rendy sempat terlongong setelah mengembalikan hpku,
seperti ada yang dipikirkan olehnya.<br />
<br />
“Jan…kalau kita swinger gimana? Jujur, aku belum pernah merasakan swinger,” kata Rendy tiba-tiba.<br />
Aku terkejut. Tak pernah kupikir sebelumnya akan melakukan seperti yang Rendy usulkan itu.<br />
“Kamu jangan tersinggung, Jan,” Rendy menepuk bahuku, “Ini cuma
usul…kalau kamu nggak keberatan, aku juga gak maksa. Yang jelas, kamu
bisa nyobain Yuli, aku nyobain Reny. Adil kan?”<br />
Aku terbengong-bengong. Terus terang, usul Rendy mengejutkan sekaligus
membuatku bergairah. Kubayangkan istriku sedang disetubuhi oleh
sahabatku itu, sementara aku menyetubuhi istrinya. Baru diobrolkan saja
penisku sudah ngacung, apalagi kalau benar-benar dilaksanakan. Maka
setelah berpikir agak lama, kujawab, “Usul edan tapi menggiurkan.
Cuman…gimana cara meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak mau kan susah.
Istrimu sendiri gimana?”<br />
“Soal istriku, serahkan padaku. Kamu urus Reny saja, atur supaya mau,” kata Rendy.<br />
“Reny sangat konservatif, kamu juga tahu itu kan?”<br />
“Reny yang konservatif apa kamu sendiri yang tidak mau swinger?” Rendy menepuk bahuku sambil menertawakanku.<br />
“Aku mau…mau…tapi bagaimana cara meyakinkan Reny ya?”<br />
“Begini aja,” kata Rendy di tengah kebingunganku, “kita jebak mereka ke dalam situasi yang mau tidak mau harus mereka terima.”<br />
“Maksudmu?”<br />
“Aku kan punya villa keluarga di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”<br />
“Yayaya…jebakannya di sebelah mananya?”<br />
“Kita bawa Martini atau Tequila…minum rame2, kita pada minum di sana.
Setelah mereka rada kleyengan, kita matiin lampu sampai gelap sekali.
Saat itu aku akan menelanjangi istriku, kamu juga telanjangi istrimu.
Lalu kita bikin foreplay dengan istri kita masing-masing. Nah…lalu
diem-diem kita tukar tempat. Kamu terkam istriku, aku terkam istrimu.
Deal?”<br />
“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku gembira dengan usul sahabatku, meski
sebenarnya ada tandatanya di hatiku : Benarkah mentalku sudah siap untuk
membiarkan istriku disetubuhi orang lain? Tapi…bukankah aku juga akan
menggauli istri Rendy? Bukankah ini sangat adil bagi kami?<br />
Lalu kami tentukan harinya. Hari yang akan sangat bersejarah itu.Setelah
aku berpisah dengan Rendy, aku pulang dengan 1001 khayalan di benakku.
Membayangkan istriku yang manis dan bertubuh mulus itu akan digeluti
oleh Rendy, sementara aku akan menggeluti Yuli, istri Rendy. Aneh, baru
membayangkannya saja aku jadi sangat terangsang. Apalagi pada waktu
mengalaminya nanti.Reny sudah 4 tahun jadi istriku. Pada saat kisah ini
terjadi Reny sudah berusia 26 tahun, sedangkan aku sendiri sudah hampir
30 tahun. Kami sudah dikaruniai seorang putra yang baru berumur 2 tahun.
Ibu mertuaku sangat sayang pada Bernard, nama anakku, jauh melebihi
ketelatenan babysitter yang bekerja di rumahku sejak anakku berusia
setahun. Karena itu tiada masalah kalau aku dan Reny bepergian, karena
di rumahku ada babysitter dan ibu mertuaku.Maka dengan wajah cerah Reny
menyetujui ajakanku untuk berakhir pekan di Cipanas. “Rendy punya villa
di sana, ya Mas?” tanyanya.”Iya,” aku mengangguk, “villa punya orang
tuanya.””Rendy dan Yuli juga ikut nanti?””Ya iyalah. Kalau mereka gak
ikut, ya gak enak dong kita pake villa orang tanpa pemiliknya. Kecuali
kalau kita sewa villa orang lain.”Singkatnya, pada hari yang telah
ditentukan, Rendy dan Yuli menyampar ke rumahku dengan Honda Citynya.
Aku pun secepatnya memanaskan mesin Toyota Viosku.Tak lama kemudian, aku
sudah menggerakkan mobilku, bersama Reny di sisiku, mengikuti mobil
Rendy dan Yuli. Seperti yang sudah diatur semula, aku membekal Tequila,
yang katanya bisa membuat wanita jadi horny. Untuk acara rahasiaku dan
Rendy setelah berada di villa nanti.Reny tidak tahu bahwa ketika aku
menyetir mobil menuju Cipanas, jantungku berdegup-degup terus, karena
membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi. Membayangkan
sesuatu yang belum pernah kualami dan akan menimbulkan kesan mendalam
dalam kehidupan dan hasrat birahiku.Sesampainya di depan villa,
jantungku makin berdebar-debar. Tapi aku mencoba menekannya dengan
menyapukan pandangan ke sekitar villa, yang memang indah pemandangannya.
Diam-diam kuperhatikan Rendy. Ternyata sama denganku, senyumnya tampak
canggung. Lalu kami masuk ke dalam villa.Reny dan Yuli bersih-bersih
dulu di dalam villa, aku dan Rendy keluar lagi, lalu berjalan-jalan agak
menjauh dari villa. Dan ngobrol dengan suara setengah berbisik:<br />
“Kamu nafsu gak liat Yuli?” tanyanya.<br />
“Kamu sendiri gimana? Nafsu gak liat Reny?” aku balik bertanya.<br />
“Ya iyalah, makanya aku yang usul pertama, karena tergiur sekali waktu melihat dia bugil di hpmu itu.”<br />
“Sama,” kataku sambil tersenyum canggung, “aku juga jadi nafsu melihat bentuk istrimu yang seksi…”<br />
Darahku tersirap mendengar pujian itu. Tapi terasa makin membuatku penasaran, ingin segera tau apa yang akan terjadi nanti.<br />
Kami berunding diam-diam, tentang apa yang akan kami lakukan nanti.
Setelah matang rencananya, kami kembali ke villa. Di dalam villa, sudut
pandangku mencuri-curi pandang terus ke arah Yuli, yang nanti akan
kugauli. Kurasa Yuli dan Reny punya keistimewaaan masing-masing. Kulit
Reny kuning mirip kulit wanita Jepang, sementara Yuli berkulit baubusuk.
Reny tergolong berwajah cantik, sementara Yuli bisa kunilai hitam
manis. Tubuh Yuli sedikit lebih tinggi daripada Reny, kutaksir sekitar
170cm gitu, sementara Reny 168cm.<br />
Yang menarik dari hasil curi-curi pandang ini adalah, toket Yuli itu…aku
yakin besar sekali…mungkin behanya berukuran 38 ke atas. Sedangkan
toket Reny biasa-biasa saja, behanya pun cuma 34.<br />
Menjelang senja, kami makan malam dulu di restoran yang paling dekat
dengan villa keluarga Rendy. Pada saat itulah kulihat Reny dan Yuli
seakan bersaing dalam berpakaian. Mereka seolah ingin tampil seseksi
mungkin. Padahal aku tak menganjurkan apa-apa kepada istriku. Dan
kulihat mata Rendy sering memperhatikan istriku. Sialan…sebentar lagi
dia akan menikmati kemulusan dan kepadatan tubuh istriku. Tapi pikiran
ini justru diam-diam membuat penisku hidup, mengeras dan mengeras terus.
Terlebih-lebih setelah membayangkan bahwa untuk pertama kalinya aku
akan menikmati kesintalan tubuh Yuli yang hitam manis itu.<br />
Selesai makan, hari mulai malam. Kami pun kembali ke villa.<br />
Seperti yang telah direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan.
Cukup banyak kami membekal minuman itu, karena aku membeli dua botol,
ternyata Rendy pun membekal tiga botol. Untungnya Reny dan Yuli tidak
menolak waktu ditawari minum, dengan alasan untuk mengusir hawa dingin.<br />
Baru menghabiskan dua sloki, wajah Reny mulai merah. Sikapnya padaku
mulai romantis. Yuli pun sama, ia mulai memeluk pinggang Rendy dengan
sorot mata berharap.<br />
Lalu kata Rendy, “Kita bikin pesta di dalam kamar yuk…sama-sama
main…come on honey,” Rendy meraih lengan istrinya sambil melirik padaku,
“ayo Jan…kamarnya cuma satu, kita pake rame2 yok.”<br />
Kuraih juga lengan Reny yang tampak mulai agak teler. Lalu kami ikuti
langkah Rendy ke dalam kamar yang agak besar, dengan dua bed
berdampingan. Sesampainya di kamar, Rendy langsung menerkam dan
menghimpit istrinya. Adegan itu tidak bisa lama-lama kulihat, karena
setelah aku dan istriku naik ke atas bed yang masih kosong, Rendy
memijat knop sakelar yang letaknya tak jauh dari bantalnya. Kamar itu
langsung gelap gulita. Dan terdengar suara Rendy, “Biar kita sama-sama
asyik dengan istri kita masing-masing, Jan.”<br />
Aku cuma menjawab dengan ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai
menanggalkan pakaianku sehelai demi sehelai, sampai telanjang bulat,
lalu membisiki telinga istriku, “Ayo dong buka pakaianmu semua.”<br />
Reny tidak buang-buang waktu. Ia tahu persis apa yang kuinginkan dalam
saat-saat seperti itu. Dalam kegelapan kamar villa, Reny mulai
menelanjangi dirinya. Sementara kudengar desah napas Yuli yang mulai
tersengal-sengal, entah apa yang sudah terjadi di bed yang satu lagi
itu. Mungkin Rendy sedang menjilati puting payudara atau vagina
istrinya, entahlah…yang jelas aku pun mulai menggumuli istriku dalam
kegelapan.<br />
Terdengar suara Yuli, “Oooh…Bang Rendy…oooh….iya Bang…begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…ooohhh…”<br />
<br />
Terangsang oleh suara istri sahabatku itu, aku pun mulai menjilati
puting payudara Reny. Tapi tak lama kemudian terasa tanganku dipegang
oleh tangan kasar. Tangan Rendy. Aku mengerti maksudnya, bahwa aku harus
segera pindah ke bed yang satunya lagi, sementara Rendy akan pindah ke
bedku.<br />
Inilah saat-saat yang paling mendebarkan. Aku bergerak ke arah bed di
sebelah, lalu mulai menjamah tubuh Yuli. Mudah-mudahan saja Yuli tidak
sadar bahwa sekarang bukan lagi suaminya yang akan menikmati kesintalan
tubuhnya. Mudah-mudahan pula Reny tidak menyadari bahwa posisiku sudah
diganti oleh Rendy.<br />
Wow, aku mulai menikmati hangatnya pelukan Yuli. Tampaknya dia belum
sadar bahwa posisi suaminya sudah diganti olehku.”Masukin aja Bang,
sudah gak tahan nih…horny banget,” bisik Yuli yang sudah berada di bawah
himpitanku. Bicara begitu, terasa tangan Yuli mulai memegang batang
kemaluanku yang memang sudah keras. Apakah mau main langsung-langsungan
saja? Kurasa untuk yang pertama kalinya memang harus begitu. Jangan
banyak variasi dulu. Nanti kalau Yuli dan Reny sudah menyadari hal ini,
barulah pakai foreplay sebanyak mungkin.<br />
Maka tanpa banyak pikir-pikir lagi, kubiarkan Yuli meletakkan ujung
penisku di ambang vaginanya. Kemudian kudorong sedikit demi sedikit,
persis pada saat kudengar suara Reny, “Mas…cepetan dong
masukin…duuuhh…kenapa jadi horny gini? Gara-gara minuman tadi kali
ya…naaahhh…..iiih…kok punya Mas terasa jadi agak gede? Diapain?”<br />
Gila…itu berarti penis Rendy sudah dimasukin ke dalam liang kemaluan
istriku! Tapi…bukankah penisku juga sudah mulai melesak ke dalam liang
senggama Yuli?<br />
Bukan cuma melesak, tapi sudah mulai kuayun dengan mantapnya, karena
liang senggama Yuli sudah banyak lendirnya (mungkin “hasil” rangsangan
Rendy tadi).<br />
Penisku sudah maju mundur dalam jepitan liang surgawi Yuli yang terasa
begini legitnya, mungkin karena dia belum melahirkan anak. Liang
vaginanya terasa sangat mencengkram dan hangat. Desah nafasnya pun makin
nyata diiringi rintihan-rintihan nikmatnya, “Ooohh
Bang…oooh…bang…oooh…kok enak sekali ini bang…..oooh…” sementara kedua
lengannya mendekap pinggangku kuat-kuat. Ini membuatku makin bernafsu.<br />
Lalu…seperti yang sudah direncanakan, diam-diam Rendy memijat sakelar
lampu dan….tiba-tiba kamar itu jadi terang benderang. Ini sesuai dengan
kesepakatan aku dan Rendy. Bahwa dalam keadaan sudah “telanjur” (penisku
sudah main di dalam liang vagina Yuli dan penis Rendy sudah maju mundur
di dalam liang vagina istriku), baik Yuli mau pun istriku takkan bisa
menghindar lagi dari kenyataan yang sudah direncanakan oleh Rendy
denganku itu.<br />
Setelah kamar villa terang benderang, tentu saja Yuli dan istriku
terkejut setelah menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.<br />
“Bang Rendy?!” seru istriku di bed sebelah.<br />
“Mas Janus?!” seru Yuli yang sedang kusetubuhi dengan gencarnya.<br />
Lalu terdengar Rendy tertawa, “Hahahaaa….kita lanjutkan saja…sudah telanjur kan?”<br />
“Jadi semuanya ini sudah direncanakan?” tanya Yuli yang tampak berusaha mengendalikan kekagetannya.<br />
“Iya…ini adil kan?” bisikku sambil meremas buah dadanya yang benar-benar montok itu.<br />
“Aaahhh…” cuma itu yang terlontar dari mulut Yuli, kemudian dia mendekap
lagi pinggangku dan mulai menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang
trampil, seperti membentuk angka 8.<br />
Kulirik Reny seperti bingung. Ia menoleh padaku, seakan bertanya kenapa
jadi seperti ini? Lalu kutanggapi dengan senyum…dan celotehku, “Enjoy
saja….”<br />
Mungkin Reny geram melihatku sedang bersetubuh dengan Yuli, lalu ia
“balas dendam” dengan mencengkram bahu Rendy dan mulai menggoyang
pinggulnya. Gila…cemburu juga aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Reny
menggoyang pinggulnya seedan itu waktu kusetubuhi. Tapi kecemburuanku
ini berbuah nafsu dan gairah yang luar biasa. Enjotan penisku di dalam
liang surgawi Yuli terasa nikmat luar biasa! Maka semakin edan pula
kuhentak-hentak penisku, seperti meronta-ronta dalam jepitan memiaw
Yuli…oh…ini nikmat sekali!<br />
Suasana menjadi semakin erotis dan misterius. Yuli meladeni enjotan
penisku dengan energik, pinggulnya meliuk-liuk laksana penari India.
Tapi aku tak tahu apa yang bersemayam di benaknya. Ketika aku melirik ke
samping, goyang pinggul Reny pun tak kalah edannya. Seolah ingin
bersaing dengan dinamisnya goyang pinggul Yuli. Ada perasaan geram dan
cemburu di hatiku melihat ulah istriku seperti itu. Tapi bukankah aku
sendiri sedang menikmati kehangatan tubuh istri sahabatku?<br />
Di tengah persenggamaan yang seru ini aku sempat berbisik terengah di telinga Yuli, “Gimana? Enak?”<br />
“Enak sekali….aaah….” sahut Yuli dalam bisikan juga, mungkin takut terdengar oleh suaminya.<br />
“Nanti lepasin di dalam apa di luar?” bisikku lagi.<br />
“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu bisa punya darimu,” bisik
Yuli pelan sekali, pasti takkan terdengar oleh suaminya yang semakin
asyik menyetubuhi istriku.<br />
Bisikan Yuli itu membuatku semakin bergairah mengayun batang kemaluanku.
Tapi sekaligus membuatku tak bisa bertahan lagi, “Aku sudah mau
keluar”, bisikku.<br />
“Tahan dulu,” sahut Yuli, “aku juga sudah mau keluar Mas…barengin keluarnya ya…biar enak…”<br />
Lalu kami seperti dua ekor binatang buas, saling cengkram, saling remas,
saling jambak…dan akhirnya tak tertahankan lagi, bersemburanlah air
mani dari batang kemaluanku, disambut dengan kedutan-kedutan liang
kemaluan Yuli di puncak orgasmenya.<br />
Kami menggelepar…menggeliat…berkejut-kejut…lalu sama-sama terkulai di puncak kepuasan.<br />
Tapi kulihat Rendy masih asyik mengenjot batang kemaluannya di dalam
liang kemaluan istriku. Bahkan di satu saat, mereka mengubah posisi.
Reny di atas, Rendy di bawah. Oh…ini benar-benar membuatku cemburu.
Karena kulihat istriku yang aktif mengayun pinggulnya, sementara Rendy
merem melek sambil terlentang…<br />
Kucabut batang kemaluanku dari dalam vagina Yuli yang sudah basah kuyup
oleh spermaku dan lendir Yuli sendiri. Lalu aku duduk bersila sambil
menonton persetubuhan Rendy dengan istriku. Aku terlongong menyaksikan
betapa aktifnya Reny saat itu. Dengan sedikit berjongkok, ia mengayun
pinggulnya sedemikian rupa, sehingga liang kemaluannya seolah
membesot-besot batang kemaluan Rendy.<br />
Yuli pun menonton persetubuhan antara suaminya dengan istriku itu. Dan
tampaknya Yuli seperti kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang
kemaluanku yang sudah mulai membesar, karena terangsang menyaksikan
istriku sedang gila-gilanya bersetubuh dengan sahabatku. Tiba-tiba Yuli
mendekatkan wajahnya ke pahaku yang sedang bersila ini, ah…tangannya
memegang batang kemaluanku sambil menjilatinya. Sungguh semuanya ini
mendebarkan dadaku…terlebih setelah Yuli menghisap-hisap penisku, di
depan mata suaminya yang sedang menyetubuhi istriku!<br />
Hanya dalam tmpo singkat penisku sudah mengeras kembali. Dengan sigap
Yuli mendorong dadaku agar terlentang, lalu dengan berjongkok ia
berusaha memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya. Mungkin ia iri
melihat suaminya sedang dipuasi oleh istriku dalam posisi terbalik
begitu, lalu ia ingin melakukan hal yang sama. Blesss….penisku mulai
membenam ke dalam liang memiaw Yuli…<br />
Yuli mulai memainkan pinggulnya dengan energik sekali, naik turun dan
bergoyang meliuk-liuk…ooh…penisku terasa dibesot-besot dan
diremas-remas. Bukan main nikmatnya, membuat nafasku tertahan-tahan
sambil mulai meremas-remas payudara montok yang bergelantungan di atas
dadaku…dan di bed yang satu lagi, kulihat istriku lebih energik lagi,
mengenjot pinggulnya sambil berciuman dengan Rendy. Ih…aku cemburu…tapi
kecemburuanku ini jstru membangkitkan rangsangan dahsyat di jiwaku.<br />
Sulit menggambarkan keadaan yang sebenarnya saat itu, karena aku juga
sudah dipengaruhi alkohol, dari tequila yang kami minum tadi. Yang
jelas, sepulangnya dari villa itu, Reny terus-terusan menyandarkan
kepalanya di bahuku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang-sedang
saja, karena ingin sambil berbincang dengan istriku.<br />
“Bagaimana kesanmu, Lin?” tanyaku di satu saat.<br />
“Gak tau ah…” Reny menggeleng, tapi kulihat ada senyum di bibirnya.<br />
“Suka kan? Bilang aja terus terang. Semuanya ini kan demi kenikmatan kita bersama.”<br />
“Mas sendiri, suka kan bisa menggauli Yuli?”<br />
“Hmm…terus terang, aku lebih suka melihatmu sedang digauli oleh Rendy.
Ada perasaan cemburu, tapi cemburu itulah yang membuatku jadi sangat
terangsang.”<br />
Reny terdiam. Lalu kataku, “Makanya satu saat nanti bisa aja kita undang
Rendy tanpa istrinya.Atau bisa juga orang lain…biar aku bisa melihatmu
digauli lelaki lain yang akan menimbulkan rangsangan hebat bagiku.”<br />
Reny menatapku dengan ekspresi aneh. Lalu tanyanya, “Emang Mas gak tersiksa kalau aku digauli orang? Buatku, semuanya ini aneh…”<br />
“Memang aneh,” sahutku sambil tersenyum, “tapi kamu suka kan?”<br />
Dia tak menjawab. Matanya lurus memandang ke depan.<br />
“Bilang aja terus terang, kamu suka kan? Seharusnya semua itu jadi pengalaman fantastis buat kita. Bener kan?”<br />
“Iya sih…tapi aku takut akibatnya di kemudian hari…”<br />
“Misalnya?”<br />
“Ya…misalnya Rendy…sudah telanjur merasakan tubuhku. Bagaimana kalau nanti ketagihan?”<br />
“Kasih aja. Asal di depan mataku, jangan sembunyi-sembunyi.”<br />
Reny menatapku dengan sorot aneh, “Mas gak sakit hati melihatku digauli sama Rendy?”<br />
“Gak,” aku menggeleng, “kan semuanya yang sudah terjadi tadi sudah kurundingkan dengan Rendy beberapa hari yang lalu.”<br />
“Jadi semuanya itu benar-benar sudah direncanakan sama Bang Rendy?”<br />
“Ya. Memang tadinya usul itu datang dari dia. Dan aku sangat tertarik
pada usulnya itu. Bukan karena tertarik pada Yuli, tapi justru ingin
menyaksikan kamu di gauli orang lain. Kebetulan aku tahu persis siapa
Rendy. Dia bersih, tak pernah jajan dan sebagainya.”<br />
“Terus…nantinya kita akan begitu lagi, maksudku…ngajak Rendy dan Yuli lagi?”<br />
“Semuanya kuserahkan padamu. Karena dalam hal ini kamulah yang harus
memutuskan. Dan gak usah di villa itu saja. Bisa juga kita pilih hotel
di dalam kota. Dan gak usah di hari libur saja. Kapan saja kita mau, ya
kita lakukan.”<br />
“Ntar kalau aku ketagihan gimana?” tanya Reny malu-malu.<br />
Rupanya kejadian di villa itu membuatnya terkesan dan ada kemungkinan
ketagihan. Ini mendebarkan. Seandainya dia benar-benar ketagihan, apakah
mentalku sudah siap? Ah, sudah kepalangan basah, aku mau jalan
terus…karena aku merasakan beberapa hal positif di balik langkah “baru”
ini!<br />
Di hari-hari berikutnya, aneh…tiap kali aku membayangkan kejadian di
villa itu, membayangkan istriku sedang disetubuhi oleh Rendy, nafsuku
mendadak bangkit. Lalu kuajak istriku bersetubuh. Anehnya lagi, tiap
kali aku bersetubuh dengan istriku, aku jadi powerfull dan energik
sekali.<br />
Pernah istriku berkata seusai bersetubuh denganku, “Sekarang Mas jadi garang banget…kenapa Mas? Pake obat ya?”<br />
“Obatku datang dari jiwaku sendiri. Tiap kali membayangkan kamu lagi disetubuhi oleh Rendy, hasratku bangkit dengan hebatnya.”<br />
“Masa sih? Apa bukan karena terbayang sintal dan seksinya tubuh Yuli?”<br />
“Nggak,” aku menggeleng, “sungguh. Untuk membuktikannya, nanti kita ajak
Rendy saja, tanpa kehadiran Yuli. Biar kamu percaya, titik syurnya
justru waktu menyaksikan kamu digauli Rendy.”<br />
“Nggak ah. Nggak enak sama Yuli dong. Rasanya kita seperti menghianati dia. Kan kita sudah sepakat untuk jalan berempat terus.”<br />
“Aku gak butuh Yuli, aku butuh Rendy.”<br />
Reny menatapku dengan sorot penuh selidik. Lalu tertunduk, seperti
sedang berpikir. Lalu kataku, “Kalau ada orang selain Rendy, kamu mau?”<br />
Reny menatapku lagi. “Takut ah…kalau orangnya punya penyakit kotor bisa menular nanti.”<br />
“Orangnya kamu pilih sendiri deh,” kataku sambil memperhatikan reaksi istriku.<br />
“Bener nih boleh milih sendiri?” tanyanya canggung.<br />
“Bener.”<br />
“Gak usah jauh-jauh Mas…kalau Roy gimana?”<br />
Aku terkejut. Dia memilih adik kandungku!<br />
Tapi apa salahnya?<br />
“Hmm…pengen nyobain brondong ya?” kataku sambil mencolek pipi istriku.<br />
“Bukan gitu, masalahnya biar rahasia kita gak nyebar ke luar Mas.”<br />
Aku setuju. Roy adalah satu-satunya adik kandungku. Dia masih tergolong
abg. Dia tinggal di kota lain dan kuliah di kota itu, baru semester
pertama. Usianya memang jauh beda denganku. Saat istriku mengajukan
namanya, usia Roy baru 18 tahun.<br />
“Oke!” aku mengangguk sambil memijat no hp Roy.<br />
Reny cuma bengong. Mungkin tak menyangka akan secepat itu.<br />
“Hallo, Mas?” terdengar suara Roy di hpku.<br />
“Gimana sehat Roy?”<br />
“Sehat Mas. Besok libur 3 hari, nanti sore mau ke rumah Mas ya. Kangen sama Bernard. Sudah bisa jalan dia?”<br />
“Sudah dong. Ya udah, nanti sore kutunggu ya.”<br />
“Siap Boss!”<br />
Aku tersenyum mendengar ucapan “siap boss” itu. Memang sejak aku yang membiayai kuliahnya, ia sering memanggilku boss.<br />
“Nanti sore dia datang,” kataku sambil menepuk bahu istriku.<br />
“Secepat itu?” istriku tercengang.<br />
“Kebetulan aja, dia mulai besok libur 3 hari. Jadi mulai nanti malam mau nginep di sini.”<br />
“Terus…aku harus gimana? Masa aku langsungajak Roy begituan?”<br />
“Mmm…gimana ya? Mungkin juga Roy gak mau kalau ada aku….tapi gampang
deh…kupasangin kamera cctv aja di kamar, terus aku monitor sambil
ngumpet.”<br />
“Terus?”<br />
“Kamu rayu aja dia sampai mau. Bilangin aku gak ada, padahal aku ada di
gudang sambil monitor di sana. Hmmm…kebayang nafsunya aku nanti waktu
lihat kamu disetubuhi sama si Roy…!”<br />
“Ah…Mas ada aja akalnya….”<br />
Dan itulah yang kulakukan. Dengan sigap kupasang kamera cctv, dengan
posisi menghadap ke tempat tidur. Monitornya kusimpan di gudang. Kuambil
kursi untuk aku duduk di depan monitor.<br />
Tidak sampai sejam, semuanya beres. Kameranya kusembunyikan di dalam
lemari, lalu ada lubang kecil yang langsung mengarah ke tempat tidur.
Soundnya kupasang terpisah, mikrofon kusimpan di balik lukisan, untuk
memantaunya aku pakai headphone di gudang.<br />
Ketika bunyi motor Roy terdengar memasuki pekarangan, aku sudah duduk di
dalam gudang, menghadapi monitor. Lalu terdengar suara istriku
menyambutnya. Pada saat yang sama, hpku yang disilent berkedip-kedip.
Ada sms masuk. Aku agak kaget, karena sms itu datang dari Yuli,
bunyinya: Mas Janus…aku kok jadi kangen gini sih? Kapan kita ketemuan
tanpa mereka? Aku pengin nyantai Mas. Kebetulan Bang Rendy besok mau ke
Medan. Mas datang ya ke rumahku besok malam. Jangan takut sama Bang
Rendy. Aku sudah dapat izin kapan saja ketemu sama Mas Janus boleh.
Izinnya cuma dengan Mas Janus, dengan orang lain tidak boleh.<br />
Aku tersenyum sendiri membaca sms itu, lalu kubalas dengan sedikit
gombal : Aku juga kangen sama Yuli…tapi besok aku harus lihat-lihat dulu
apakah besok ada kegiatan atau tidak. Aku siap kok….waktu di villa
terasa sekali Yuli itu…hmmm…pokoknya nikmat sekali…!<br />
Yuli membalas lagi: Ah yang bener? Kirain aku saja yang merasakan
seperti itu. Tapi janji ya, selama Bang Rendy di Medan, Mas harus datang
ke rumahku.<br />
Kujawab lagi: Iya sayang, aku pasti datang!<br />
Waktu smsan itu mataku tetap tertuju ke monitor. Kamarku masih kosong. Mungkin Roy masih ngobrol dengan istriku di ruang depan.<br />
Tak lama kemudian kulihat di monitor sudah ada “kehidupan”. Roy masuk ke
dalam kamarku bersama istriku. Cepat kupasangkan headphone di
telingaku. Dan terdengar suara mereka:<br />
“Kamar mandi yang di belakang gak ada shower air panasnya, Roy. Makanya enak di kamar mandi yang ini.”<br />
“Iya Mbak. Ohya, Mas Janus kapan pulangnya?”<br />
“Gak tau. Tapi kayaknya sih tengah malam nanti, atau mungkin juga besok pagi langsung ke kantor, pulang ke sini besok sore.”<br />
“Oh gitu…aku mau mandi dulu ya Mbak.”<br />
“Iya. Perlu ditemenin nggak?”<br />
Roy tampak kaget, menatap istriku yang mendadak bersikap centil. “Ah, Mbak Reny…ada-ada saja.”<br />
“Lho…aku nggak main-main kok…”<br />
“Bisa dibunuh aku nanti sama Mas Janus.”<br />
“Nggak lah….nyante aja lagi…”<br />
Roy tampak bingung sesaat, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamarku.<br />
Pada saat yang sama, datang lagi sms dari Yuli: Bang Rendy sudah
berangkat Mas. Ke rumahku dong sekarang…lagi horny…pengen sama Mas
Janus…abisnya terkesan sih sama Mas…<br />
Aku tercenung. Kok jadi bentrok gini waktunya ya? Apakah aku harus pergi
diam-diam ke rumah Rendy? Lalu harus meninggalkan detik-detik yang
mendebarkan dan siap kurekam itu?<br />
Yuli memang sexy. Tapi saat ini aku lebih tertarik untuk melihat apa
yang akan dilakukan oleh Reny dan adikku. Maka kubalas sms Yuli: Paling
bisa nanti tengah malam atau besok pagi…lagi ada kerjaan yang belum bisa
ditinggalin…gimana?<br />
Yuli membalas smsku: Iya deh, kutunggu ya Mas…kalau pintu sdh pada
dikunci, call aja dulu, biar kubukain…maunya sih nanti tengah malam juga
gakpapa…kalau pagi kan kurang romantis…he e e<br />
Aku tersenyum sendiri. Bakalan sibuk nih aku nanti.<br />
Sejenak kulupakan dulu Yuli yang setengah memaksaku datang ke rumahnya,
karena kulihat di monitor Roy sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya
melilitkan handuk di tubuhnya, sementara Reny sedang duduk di depan
meja rias.<br />
Lalu:<br />
“Roy…tolong lepasin ritsleting ini dong,” pinta Reny sambil menunjuk ke bagian punggung gaunnya.<br />
“Mmm…aku mau pake baju dulu Mbak…”<br />
“Gak usahlah, pake bajunya nanti saja. Masa minta tolong sedikit saja pake ntar dulu?!”<br />
“Iya, iya Mbak,” sahut Roy sambil menghampiri istriku. Aku yakin ini
trik yang sedang dilancarkan oleh istriku, untuk langsung menjebak Roy.<br />
Memang benar dugaanku…waktu Roy menarik ritsliting bagian punggung gaun
istriku, kulihat istriku memegang tangan Roy sambil menatapnya: “Roy…”<br />
“Ya Mbak…?” Roy tampak gugup ditatap seperti itu oleh istriku.<br />
“Kamu pernah begituan sama cewek?”<br />
“Ma…maksud Mbak?”<br />
“Masa gak ngerti sih…” kulihat tangan istriku menyergap ke dalam handuk
Roy, “Ininya pernah dimainkan sama cewek gak? Hihihihi…panjang gede
penismu Roy…Mas Janus kalah sama kamu…sudah keras lagi…”<br />
“Mbak…ohhh…mbak….” Roy tampak gelagapan.<br />
Reny bangkit dari kursi di depan meja rias. Lalu melangkah ke pintu,
menutup dan sekaligus menguncinya. Lalu balik lagi menghampiri Roy yang
berdiri kebingungan, masih dengan handuk melilit di badannya.<br />
Reny melingkarkan lengannya di leher Roy. Dan terdengar suaranya, “Sudah pernah bersetubuh dengan cewek belum?”<br />
“Pernah…” sahut Roy hampir tak terdengar.<br />
Reny tersenyum, “Bagus…berarti kamu sudah pengalaman…aku lagi horny Roy…kamu mau kan? Mumpung Mas Janus gak ada…”<br />
Reny mengakhiri ajakannya dengan menarik handuk yang melilit di pinggang
Roy. Ini membuat Roy langsung telanjang bulat. Dan kulihat batang
kemaluannya sudah ngaceng dengan mantapnya. Aku iri juga melihat batang
kemaluan Roy, yang ternyata lebih panjang dan lebih besar daripada
punyaku. Baru sekali ini aku melihat bentuk batang kemaluan adikku
setelah usianya hampir dewasa begitu.<br />
“Mbak…” Roy tampak kebingungan, karena Reny sudah memegang zakarnya
sambil mendorong dadanya sehingga terlentang di atas tempat tidurku.<br />
Ini mulai menegangkan bagiku. Kesannya tidak seperti waktu swinger di
villa tempo hari. Mungkin karena kali ini aku konsen ke satu arah, ke
adegan istriku yang sedang merangsang adik kandungku!<br />
“Iiih…punyamu kok panjang dan gede gini, Roy…sudah keras sekali lagi…Mas
Janus kalah nih sama punya kamu…” Reny mulai menciumi penis adikku,
membuatku semakin degdegan. Terlebih ketika ia mulai melepas beha dan
celana dalamnya, yang membuat Roy melotot. Aku juga melotot tegang.
Penisku sudah ereksi sejak tadi, serasa mau ngecrot saja. Tapi kucoba
menenangkan diri dengan menyalakan rokok dan mengikuti adegan
selanjutnya.<br />
Setelah telanjang bulat, istriku menelentang di sisi Roy sambil
bergumam, suaranya tidak begitu jelas. Roy mengangguk, lalu bergerak
menindih dada istriku.<br />
Kusangka Roy mau langsung memasukkan penisnya ke vagina istriku.
Ternyata tidak. Dia mulai mengemut-emut puting payudara istriku. Tangan
istriku mulai menggapai-gapai di punggung Roy…lalu kepala Roy menurun ke
arah perut istriku…turun terus sampai berada di antara kedua pangkal
paha istriku. Jantungku semakin dagdigdug, kutenangkan lagi dengan
sebatang rokok. Oooh, kulihat istriku mulai menggeliat dan
melenguh-lenguh…Roy semakin agresif menjilati kemaluan istriku….sampai
akhirnya kudengar istriku merengek, “Sudah cukup Roy…sekarang… masukin
aja Roy…masukin aja sayang…..aku ingin merasakan punyamu yang tinggi
besar itu….”<br />
Tapi Roy seperti keasyikan, terus2an menjilati kemaluan istriku. Sampai
istriku merintih lagi, “Roy…aaaah…aku mau orga
nih…Troooyyy…..aaaahhhh….”<br />
Lalu kulihat istriku mengegelepar…mengelojot dan merintih lirih…”Troooy….ooohhh…aku keluar, sayaaang….”<br />
Roy terdiam sesaat, lalu mulai naik ke atas dada istriku, sambil
mengarahkan penisnya ke mulut memiaw istriku. Jelas sekali, penis Roy
mulai membenam ke dalam liang kemaluan istriku yang sudah berlepotan air
liur Roy, mungkin juga bercampur lendir vagina istriku sendiri.<br />
“Oooh…Roy….sudah masuk, sayang…” istriku mendekap punggung Roy.<br />
Gila, aku tak tahan melihat semuanya itu. Dan pada waktu kulihat Roy
mulai mengayun batang kemaluannya, kuperiksa komputer yang sedang
merekam adegan dari cctv, semuanya berjalan dengan baik. Lalu diam-diam
aku keluar…<br />
Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam taksi (sengaja aku
tidak memakai mobilku sendiri, keluar dari rumah pun diam-diam, supaya
Roy tidak menyadari kehadiranku).<br />
Setengah jam kemudian aku sudah berada di depan rumah Rendy.<br />
Yuli menyambutku dengan hangat, “Parkir di mana mobilnya, Mas?”<br />
“Pake taksi,” sahutku, “mobil sedang dipakai adikku.”<br />
Semua ini di luar skenario yang sudah kutata dengan istriku. Masalahnya
aku tidak mau ganggu adikku, sementara ajakan Yuli membuatku tertarik.
Biarlah rangsangan yang kutonton dari dalam gudang tadi mau kusalurkan
ke Yuli. Mudah-mudahan saja istriku tidak marah karena aku pergi secara
diam-diam begini. Aku juga ingin menikmati tubuh Yuli tanpa kehadiran
Rendy. Dan tampaknya Yuli pun sama seperti keinginanku, ingin bercinta
tanpa kehadiran suaminya.<br />
Aku sudah terangsang oleh adegan Roy dengan adikku tadi. Maka ketika
Yuli menguncikan pintu depan, aku memeluknya dari belakang, “Mana
pembantumu?”<br />
“Pulang,” sahutnya, “dia kan cuma kerja sampai jam empat sore.”<br />
“Jadi sekarang Yuli cuma sendirian?”<br />
“Iya Mas…makanya aku ngajak Mas…biar ada yang nemenin…” Yuli yang sedang
mengenakan kimono putih bermotif bunga Sakura, membalikkan tubuhnya dan
mencium bibirku dengan hangat.<br />
Tentu aku tak mau berdiam pasif…ketika dia meraihku ke sofa, tanganku
mulai menyeRenyp ke belahan kimononya, langsung menyentuh payudara
montoknya yang sejak tadi kuyakini tidak mengenakan beha, karena kedua
putingnya tampak menonjol meski masih tertutup kimono. Terasa menghangat
tubuh Yuli setelah aku berhasil memegang payudaranya…meremasnya dengan
lembut…<br />
Tak cuma itu…tanganku yg satu lagi mulai menyeRenyp ke balik celana
dalam Yuli, mulai menyentuh jembutnya yang lebat…mulai menyeRenyp ke
celah surgawinya yang mulai membasah dan hangat. Napas Yuli mulai
tertahan-tahan.<br />
Apa yang sedang terjadi di antara istriku dengan Roy, terlintas-lintas
terus dalam terawanganku. Pasti mereka sedang gila-gilanya memadu
kenikmatan. Membuat darahku tersirap-sirap….lalu membuatku mulai ganas
menggeluti tubuh Yuli sebagai kompensasi…sampai akhirnya Yuli mengajakku
pindah ke kamarnya. Aku setuju.<br />
Di dalam kamarnya, Yuli menanggalkan kimononya dengan senyum mengundang.
Sehingga tinggal celana dalam yang melekat di tubuh tinggi montoknya
itu. Dalam keadaan seerotis itu, dia meraih kedua pergelangan tanganku,
dengan senyum manis di bibirnya. Aku Tak mau buang-buang waktu lagi.
Kutanggalkan celana jeans dan shirtku, lalu merapat ke tubuh Yuli dalam
keadaan sama-sama tinggal bercelana dalam saja…<br />
Hawa hangat tersiar dari tubuh Yuli ketika aku mulai menggumulinya.
Sempat juga kudengar bisikannya, “Makasih Mas…Mas datang tepat pada saat
aku butuh Mas…”<br />
Aku tidak menanggapinya dengan kata-kata melainkan dengan tindakan. Aku
bukan orang hipokrit. Aku juga sangat membutuhkan variasi dalam
kehidupan seksualku, supaya perjalanan hidupku tidak terasa hambar….<br />
Ketika tanganku mulai menyeRenyp lagi ke balik CD Yuli, aku pun
membiarkan tangan Yuli menyeRenyp ke balik Cdku. Dan ketika tanganku
mulai mengelus kemaluan Yuli, aku pun rasakan Yuli mulai menggenggam dan
meremas batang kemaluanku dengan hangat dan lembut.<br />
“Sudah keras banget Mas,” bisiknya.<br />
“Iya…sejak smsan tadi, punyaku ngaceng terus…” sahutku bercampur dusta.
Karena sebenarnya aku sedang membayangkan istriku sedang enak2nya
disetubuhi oleh Roy, adikku yang masih sangat muda itu…<br />
Lalu tanpa basa basi lagi kutempelkan moncong tongkolku di mulut memiaw
Yuli yang sudah membasah itu…secara reflex Yuli merenggangkan kedua
kakinya…dan kudorong batang kemaluanku sampai masuk sedikit…terdengar
desisan mulut Yuli sambil melotot…kukocok2 sedikit zakarku, sampai
akhirnya membenam sekujurnya di dalam liang surgawi Yuli….<br />
Pagi itu aku tidak masuk kerja, karena kantorku sedang direnovasi, jadi
aku bisa istirahat seminggu. Reny sedang mengantarkan anakku yang sudah
dimasukkan ke playgroup. Tanganku tertusuk ujung obeng waktu ngotak
ngatik sound system di mobilku tadi, lalu kucari-cari betadine di sana
sini, tidak ketemu. Di mana ya? Perasaan Masih ada betadine di kamarku
ini. Lalu kucari di meja rias istriku. Kutarik juga lacinya, karena
biasanya Reny menaruh benda-benda kecil di situ. Tapi pandanganku malah
tertumbuk ke sebuah buku tebal. Buku apa ini?<br />
Ternyata buku itu penuh dengan tulisan istriku. Semacam buku harian.
Iseng-iseng kubaca. Isinya mendebarkan. Rupanya setiap kejadian penting
dicatatnya di buku ini. Dan yang paling mendebarkan adalah rangkaian
kalimat berikut ini:<br />
—————————————————————————————— ———————–<br />
AKU mencintai Mas Janus dengan sepenuh hati. Tapi mengapa semuanya ini
harus terjadi? Bisakah aku disalahkan, sedangkan semua yang telah
kualami adalah “hasil karya” suamiku sendiri?<br />
Aku harus jujur mengakuinya bahwa aku telah menikmati semuanya, meski
dengan perasaan bersalah. Tadinya kuanggap semuanya itu gila. Tapi
ternyata ada greget yang luar biasa, yang menimbulkan nikmat dan sensasi
luar biasa.<br />
Aku masih ingat benar waktu terjadinya petualangan di villa Rendy itu,
aku kaget sekali setelah menyadari bahwa yang sedang menyetubuhiku
adalah Rendy, bukan suamiku. Aku juga kaget ketika melihat suamiku
sedang menyetubuhi Yuli. Oh my God! Apa yang sedang terjadi ini? Tapi
lalu kusadari bahwa semuanya itu direncanakan oleh mereka, oleh Rendy
dan suamiku. Sedangkan batang kemaluan Rendy sudah telanjur berada di
dalam liang kemaluanku, aku sudah telanjur merasakan nikmatnya ent*tan
Rendy yang memang lebih panjang dan lebih besar daripada punya suamiku.
Akhirnya aku memejamkan mata dan mulai menikmatinya dengan perasaan
melayang-layang.<br />
Tetapi kreativitas sex Mas Janus tak berhenti sebatas itu saja. Pada
suatu hari dia mengungkapkan rencana baru, yaitu niatnya untuk menjebak
orang lain untuk menggauliku dan ia sendiri akan mengintipnya.
Menurutnya hal itu akan membangkitkan nafsunya yang luar biasa. Lalu
kuusulkan orang lain itu Roy, adik Mas Janus sendiri. Ternyata usulku
disetujui, meski dengan sedikit sindiran bahwa aku seneng brondong.<br />
Rencana itu jelas mendebarkan. Meski buat orang lain mungkin merupakan
hal yang aneh dan tak masuk di akal. Tapi aku sendiri merasakan hal yang
sama, ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi Yuli, perasaanku
dibakar cemburu, tapi lalu kulampiaskan kecemburuanku dengan meladeni
Rendy seedan mungkin. Dan rasanya luar biasa. Belum pernah kurasakan
hubungan sex senikmat itu.<br />
Lalu terjadilah sesuatu yang merupakan wujud dari rencana suamiku sendiri. Bahwa Roy masuk ke dalam perangkapku.<br />
Apakah Roy lebih dominan memberikan kepuasan padaku? Tentu saja. Dia
Masih bujangan. Zakarnya terasa keras sekali waktu membenam ke dalam
liang kemaluanku. Dan gesekan-gesekannya terasa begitu mantap…lebih
mantap daripada suamiku.<br />
Tapi apakah dengan peristiwa-peristiwa edan itu cintaku pada Mas Janus
mulai pudar? Tidak! Aku malah semakin mencintainya, karena dia telah
menciptakan sesuatu yang membuat kepuasan luar biasa padaku.<br />
Malam itu Roy sampai tiga kali ejakulasi, karena baru sebentar istirahat
dari ejakulasi pertama, zakarnya kembali menegang. Dan persetubuhan
yang ketiga kalinya adalah hasil rangsanganku, membuat dia bersemangat
menyetubuhiku untuk ketiga kalinya.<br />
Aku tahu bahwa semua yang kulakukan dengan Roy disorot oleh kamera cctv
dan dimonitor oleh suamiku. Dan semuanya itu memang kehendak suamiku
sendiri. Tapi setelah Roy keluar dari kamarku, setelah aku selesai
membersihkan vegyku di kamar mandi, Mas Janus tak muncul juga. Lebih
dari sejam aku menunggu, dia tak muncul-muncul. Apakah dia ketiduran di
kamar monitoring itu?<br />
Aku jadi serba salah. Mau mengetuk pintu gudang, takut dia lagi asyik
melakukan sesuatu. Yah, akhirnya aku rebahan dengan tubuh lemas, karena
tenagaku seperti dikuras waktu meladeni Roy tadi.<br />
Menjelang subuh, ketika aku sudah tidur nyenyak, terdengar pintu kamar dibuka, suamiku masuk.<br />
Karena masih terkuasai alam tidur, aku bertanya lemah, “Kok baru masuk? Tadi ngapain aja?”<br />
Suamiku mencium pipiku sambil berbisik, “Jangan marah ya…tadi aku ke rumah Rendy.”<br />
“Terus?” tanyaku sambil menggesek mataku.<br />
“Janji dulu, kamu gak marah ya.”<br />
“Iya janji. Ngapain ke rumah Rendy?”<br />
“Mmm…Yuli ngajak…karena Rendy lagi ke Medan…”<br />
“Pantesan…” cetusku sambil mencubit lengan suamiku, “Asyik dong…”<br />
Suamiku cuma nyengir, lalu katanya, “Kamu juga kan asyik sama si Roy tadi…”<br />
“Jadi Mas gak nonton aku sama Roy tadi?”<br />
“Nonton sebentar, terus pergi diam-diam. Tapi semuanya kan direkam. Nanti bisa kutonton rekamannya.”<br />
“Ih…nanti kalau Rendy juga ngajak aku diam-diam gimana?”<br />
“Mau balas dendam? Hahaha…gakpapa. Yang penting laporan sama aku. Kan aku juga laporan bahwa tadi aku sama Yuli.”<br />
“Ih…kita kok jadi begini Mas?”<br />
“Kamu nyesel? Jangan nyesel dong, tenang aja lagi.”<br />
Subuh itu suamiku tidak melakukan apa-apa padaku. Mungkin dia sudah
kecapean menyetubuhi Yuli. Tapi aku sendiri juga masih lemas karena
habis melayani adik iparku yang masih sangat tangguh itu.<br />
SETELAH suamiku berangkat kerja, seperti biasa aku mandi di bawah
semburan shower air hangat. Rasanya ingin membersihkan tubuh sebersih
mungkin. Entah kenapa. Selesai mandi aku berias dulu di depan cermin
rias, kemudiankeluar dari kamarku dengan hanya mengenakan kimono.<br />
Kulihat pintu kamar tamu masih tertutup. Kamar itu dipakai oleh Roy.
Sudah sesiang ini dia belum bangun? Kucoba memutar handle pintu kamar
itu, ternyata tidak dikunci. Diam-diam aku masuk ke dalam. Sambil
menutupkan kembali pintu dari dalam, kulihat Roy masih nyenyak tidur
tanpa selimut. Dia hanya mengenakan celana dalam dan kaus t-shirt sambil
memeluk bantal guling. Selimut tergeletak di sampingnya. Apakah dia
tidak kedinginan?<br />
Dengan hati-hati aku merayap ke sisinya. Aneh, hasrat birahiku berkobar
lagi. Padahal tadi malam aku sudah dipuasi oleh adik iparku ini. Lalu
kalau pagi ini terjadi lagi seperti yang tadi malam, apakah Mas Janus
takkan marah? Ah, bukankah suamiku mengizinkanku untuk melakukannya,
asalkan nanti laporan padanya?!<br />
Entahlah kenapa aku jadi begini bergairah, begini binalnya untuk
mendapatkan kepuasan seksual di pagi ini. Tapi Roy masih tidur pulas,
sampai tidak menyadari bahwa tanganku sudah menyeRenyp ke dalam CDnya,
sudah menggenggam batang kemaluannya yang masih sangat lemas. Dan
kuremas-remas dengan lembut sesuatu yang tadi malam sangat memuaskanku
itu. Aku mulai gemas, kusembulkan zakar Roy dari celah CDnya, lalu tanpa
ragu lagi kudekatkan wajahku ke zakar yang masih terkulai lesu itu.
Gap…mulai kukulum dan kumainkan ujung lidahku untuk mengelus puncak
batang kemaluan Roy.<br />
Dengan penuh semangat kuselomoti batang kemaluan Roy yang perlahan-lahan
mulai membesar dan memanjang….terdengar suara nafas Roy, pertanda mulai
bangun…batang kemaluannya pun mulai bangun, mengeras dengan gagahnya!<br />
Lalu terdengar suara Roy mendesah, “Oo…oooh…mbak…oooh…ini enak sekali….oooh….”<br />
Tanpa pikir panjang lagi kulepaskan kimonoku, langsung telanjang bulat
karena tak mengenakan pakaian dalam…hmm..semuanya sudah dipersiapkan!
Lalu kutarik CD Roy, sehingga zakarnya yang sudah berdiri dengan gagah
itu tak tertutup apa-apa lagi. Kemudian kudorong dadanya supaya
terlentang. Lalu aku merangkak ke atas tubuhnya sambil mengarahkan
batang kemaluannya supaya ngepas menekan liang kemaluanku yang sudah
membasah dengan lendir libido ini.<br />
Lalu kuturunkan pinggulku, sehingga perlahan tapi pasti zakar Roy
membenam ke dalam liang veggyku. Oh, gila, rasanya aku horny banget pagi
ini.<br />
Aku menelungkup setelah menanggalkan t-shirt Roy. Lalu mulai aktif, menaik turunkan<br />
pinggulku dengan goyangan yang sudah terlatih. Dengan sendirinya batang
kemaluan Roy dibesot-besot oleh dinding liang kenikmatanku.<br />
Roy terengah-engah sambil memeluk pinggangku erat-erat. Membuatku makin
bersemangat untuk menggenjot pinggulku, oh, rasanya enak sekali
pergeseran antara dinding liang kenikmatanku dengan batang penis Roy
yang gagah perkasa itu.<br />
SAMPAI Roy meninggalkan rumahku, rahasia itu tetap kujaga. Roy tidak
kuberitahu bahwa semuanya itu “hasil karya” abangnya sendiri. Aku tetap
ingin menjaga image suamiku dan aku sendiri, agar jangan dicap pasangan
psikopat. Memang semuanya seolah hanya bisa dilakukan oleh sepasang
suami-istri yang psikopat. Tapi aku sudah mulai menikmatinya, sudah
mulai memahami jalan pikiran suamiku, bahwa semuanya ini mendatangkan
kenikmatan yang luar biasa, sekaligus menghilangkan kejenuhan.<br />
Hari demi hari berlalu. Apa yang kucemaskan tidak terjadi. Aku dan Mas
Janus enjoy-enjoy saja menempuh rumah tangga, tanpa badai yang berarti.
Bahkan anehnya sikap Mas Janus makin ramah dan lembut padaku. Jadi tiada
alasan bagiku untuk mempertentangkan pendiriannya. Bahkan dengan jujur
harus kuakui bahwa aku enjoy dengan semuanya ini. Dan setuju dengan
kata-katanya, “Daripada selingkuh di belakang, mending selingkuh
terang-terangan begini. Yang penting semuanya harus under control.
Jangan jadi liar.”<br />
Memang semua yang telah terjadi dengan Roy kulaporkan kepada suamiku,
sebagai tanda masih under control. Dan suamiku malah tersenyum, tiada
ekspresi kemarahan sedikit pun. Bahkan semakin hangat dia
memperlakukanku sebagai istri syah dan ibu dari anaknya.<br />
Lalu semuanya berjalan seperti biasa. Tanpa gejolak yang berarti dalam
rumah tanggaku. Sampai pada suatu malam…ketika aku pulang arisan ibu-ibu
di lingkunganku, kulihat Mas Janus tersenyum-senyum sambil memelukku.
Dan berbisik ke telingaku, “Aku lagi bergairah sekali sekarang ini
sayang.”<br />
Biasanya kalau mau bersetubuh dengan Mas Janus, aku suka ke kamar mandi
dulu untuk membersihkan kemaluanku. Tapi malam itu Mas Janus tak
memberiku kesempatan. Langsung menelanjangiku di dalam kamar dan
menerkamku di atas tempat tidur.<br />
Aneh memang, ketika batang kemaluan Mas Janus membenam ke dalam liang
ku, aku merasakan gairahnya begitu hebat. Terlebih setelah batang
kemaluannya mulai mengenjot liang veggyku, oh, kenapa Mas Janus jadi
ganas begini? Apakah dia habis makan obat perangsang atau bagaimana?<br />
Aku pun mulai menikmatinya dengan sepenuh gairah kewanitaanku. Kugoyang
pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, membuat nafas Mas Janus semakin
mendengus-dengus. Aku pun terpejam-pejam dalam arus kenikmatan.<br />
Tetapi…ada yang aneh…ya…ini aneh. Bahwa ketika Mas Janus sedang
mengenjotku sambil menelungkup di atas tubuhku, terasa ada yang
mengelus-elus betis dan pahaku.<br />
Aku mencoba memperhatikannya dengan seksama. Apa yang sedang terjadi ini?<br />
Dan alangkah kagetnya aku, setelah menyadari bahwa ternyata memang ada
tangan lain yang sedang mengelus pahaku. Tangan itu adalah tangan Bang
Rendy! Ya, Bang Rendy sudah berada di atas tempat tidurku dalam keadaan
tak berbusana! Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini semuanya sudah
mereka atur sebelumnya?<br />
“Ba..Bang Be…Rendy?!” seruku tertahan.<br />
Rendy cuma tersenyum dan tetap mengelus-elus pahaku. Bahkan lalu ia
memegang bahu suamiku sambil berkata dengan senyum, “You istirahat dulu
dong…biar aku yang menggantikanmu…”<br />
Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, terlebih ketika kulihat
suamiku malah mengangguk sambil tersenyum dan menarik batang kemaluannya
sampai terlepas dari liang kemaluanku. Dan Rendy merayap ke atas
tubuhku sambil mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku.<br />
Kupegang pergelangan tangan suamiku yang duduk di sebelahku sambil menatapnya, “Mas…”<br />
“Santai aja sayang,” sahut suamiku sambil mengelus pipiku, “Enjoy aja.”<br />
Belakangan aku tahu bahwa ketika aku sedang arisan, Rendy datang dan
sengaja disembunyikan di kamar mandi yang bersatu dengan kamarku.
Ah…semuanya memang sudah direncanakan.<br />
Perasaanku jadi bercampur aduk ketika lubang ku mulai dicoblos oleh
batang kemaluan Rendy. Salah tingkah, karena suamiku menyaksikan
semuanya ini. Maka sambil menggenggam tangan suamiku erat-erat,
kupejamkan mataku…sambil merasakan nikmatnya zakar Rendy yang mulai
maju-mundur di dalam jepitan liang kewanitaanku.<br />
Orang bilang rumput di pekarangan tetangga selalu tampak lebih hijau
daripada di pekarangan sendiri. Kini aku merasakannya. Bahwa ayunasn
Rendy terasa sekali membanjiri bathinku dengan kenikmatan. Karena Rendy
tak hanya menggenjot nya di dalam ku, tapi juga mengulum-ngulum puting
payudaraku, sesekali mengisapnya kuat-kuat. Sementara tangannya pun
tidak diam. Terkadang mengelus anusku, menimbulkan geli-geli nikmat yang
membuatku sering menahan nafas. Aku pun mulai merengkuh leher Rendy dan
memeluknya erat-erat, tanpa berani memandang ke arah suamiku.<br />
Ketika kubuka mataku, kulihat suamiku sedang melangkah ke kamar mandi,
mungkin mau pipis. Saat itulah aku merasa bebas untuk menggoyang
pinggulku seedan mungkin, karena enjotan Rendy emang terasa sekali
enaknya. Dan ketika ia mencium bibirku, sengaja kupagut dan kulumat
bibirnya dengan penuh gairah. Biarlah, bukan aku yang merencanakan
semuanya ini.<br />
Kelihatannya kelincahanku dalam meliuk-liukkan pinggul justru membuat
suamiku senang. Ia malah berkomentar setelah keluar lagi dari kamar
mandi, “Nah begitu dong, jangan bikin malu aku….biar Rendy tau istriku
ini jago goyang…hihihihi…”<br />
Aku masih belum mengerti kenapa suamiku bisa seperti itu. Yang jelas,
kulihat dia enjoy-enjoy aja melihatku sedang disetubuhi oleh sahabatnya,
enjoy-enjoy saja melihat pinggulku bergoyang-goyang edan.<br />
Rendy pun sama enjoynya. Tanpa peduli kehadiran suamiku, Rendy terkadang
mendesakkan batang kemaluannya dalam sekali, sampai menyentuh ujung
liang ku. Ini membuatku merengek nikmat, dengan mata merem melek.<br />
Ketika aku mau merasakan titik puncak orgasmeku, tak terkendalikan lagi
aku merintih-rintih histeris, “Ooohhh…Bang Rendy….oooh…aku mau orga
Bang….ooooh….”<br />
Tanpa peduli lagi bahwa suamiku sedang menyaksikan semuanya ini.<br />
Susah melukiskan semuanya itu, karena aku sendiri dalam keadaan
edan-eling di puncak orgasme. Yang aku ingat, Rendy melanjutkan enjotan
nya meski ku sudah becek. Dan pada suatu saat ia menekankan batang
kemaluannya kuat-kuat sambil mendengus, ooooooo…oohhhh…..lalu terasa
liang kemaluanku disemprot-******* cairan hangat, pada saat yang sama
Rendy mendekapku kuat-kuat, lalu perlahan-lahan terasa batang
kemaluannya melemas dan mengecil.<br />
Aku pun memejamkan mata dalam letih dan puas. Tapi beberapa detik
kemudian suamiku menggantikan peran Rendy, memasukkan lagi zakarnya yang
Masih keras ke dalam liang kemaluanku yang sudah kebanjiran air mani
Rendy. Aku tak kuasa menolak ataupun memberikan saran. Aku hanya
terdiam, lalu berusaha memuaskan nafsu suamiku dengan goyangan pinggul
sebisa mungkin. Padahal sekujur tubuhku masih terasa ngilu-ngilu.<br />
Malam itu memang malam edan. Setelah suamiku ejakulasi, Rendy maju lagi.
Dia minta agar aku mengubah posisiku jadi di atas. Lalu terjadilah
persetubuhan yang kedua dengan sahabat suamiku itu.<br />
Tentu saja ronde kedua ini (kedua untuk Rendy, ketiga untukku) jauh
lebih lama daripada ronde pertama tadi. Aku sendiri sudah tak tahu lagi
berapa kali mengalami orgasme saat itu. Yang aku tahu, setelah lebih
dari sejam kami bersetubuh, Rendy mencabut nya dari ku, kemudian
menyemburkan sperma hangatnya di dalam mulutku.<br />
Setelah Rendy terkapar, aku bergegas menuju kamar mandi, untuk
berkumur-kumur dan membersihkan kemaluanku. Lalu kembali ke kamar,
tadinya ingin beristirahat. Tapi rupanya persetubuhanku yang kedua
dengan Rendy tadi menyebabkan libido suamiku berkobar lagi!<br />
Terpaksalah kuladeni lagi suamiku, karena merasa kasihan kalau nafsunya
tidak kupuasi. Tapi, oh my God….selesai suamiku menyetubuhiku, Rendy
ingin meku lagi untuk yang ketiga kalinya!<br />
Mungkin di situlah letak keistimewaan main threesome seperti yang pernah
diungkapkan oleh suamiku. Aku sudah membuktikannya. Suamiku biasanya
hanya menyetubuhiku 2 atau 3 hari sekali. Tapi malam itu, ia mampu
menyetubuhiku 3 kali! Berati aku mengalami hubungan sex 6 kali di malam
edan itu!<br />
ESOKNYA, sepulang dari kantornya, suamiku menghampiriku yang sedang rebahan di kamar. “Bagaimana kesannya tadi malam, sayang?”<br />
“Lemes….tubuhku serasa dilolosi….” sahutku sambil tersenyum canggung.<br />
Suamiku memelukku dan berbisik, “Tapi kamu puas kan?”<br />
“Lebih dari puas,” sahutku sambil mencubit lengan suamiku, “Mas sendiri sampai bisa tiga kali ya.”<br />
Suamiku mengangguk, “Itulah kelebihan threesome.”<br />
“Emang Mas gak cemburu waktu Rendy sedang menyetubuhiku?” tanyaku dengan pandangan penuh selidik.<br />
“Tentu aja cemburu,” sahut suamiku dengan senyum, “Tapi di balik rasa
cemburu, nafsuku jadi berkobar dengan hebatnya ketika melihatmu sedang
disetubuhi oleh Rendy. Padahal belakangan ini aku tak pernah lagi
menidurimu lebih dari sekali dalam semalam kan? Tapi tadi malam….”<br />
“…Sampai tiga kali!” tukasku.<br />
Suamiku mengangguk sambil tersenyum menggoda.<br />
“Tapi…pada satu saat, mungkin Rendy akan ngajak Mas untuk mengeroyok Yuli juga kan?”<br />
Suamiku tercenung sesaat. Lalu katanya, “Mungkin saja. Tapi aku pasti minta izin dulu padamu. Gakpapa kan?”<br />
Meski berat terpaksa kujawab, “Gakpapa…biar adil….tapi Mas…ada masalah lain yang selama ini jadi pikiranku…”<br />
“Soal apa?”<br />
“Si Roy itu…bagaimana kalau dia ketagihan?”<br />
“Ajak aja ke sini. Biar aku bisa nonton diam-diam.”<br />
“Dia gak mau Mas. Takut sama Mas. Kan aku belum bilang kalau semua yang telah terjadi itu keinginan Mas sendiri.”<br />
“Memang sebaiknya jangan bilang dulu. Nanti disangkanya aku sudah gila. Padahal aku cuma ingin kreatif aja.”<br />
“Jujur aja, tadi pagi dia nelepon. Dia bilang ketagihan….”<br />
“Tentu aja ketagihan. Cowok mana yang tidak ketagihan setelah merasakan enaknya mu. Hehehe….”<br />
“Mm…kalau…kalau…ah gak deh…”<br />
“Lho, ngomong kok gak diterusin?!”<br />
“Takut Mas marah.”<br />
“Gak. Aku janji gak marah. Ada apa?”<br />
“Kalau dia ngajak ketemuan di satu tempat gimana? Kabulkan jangan?”<br />
“Dia kost di luar kota, dekat kampusnya. Di rumah kost itu banyak orang. Gak mungkin bisa ketemuan di sana.”<br />
“Kalau…kalau…kalau di hotel?”<br />
“Boleh aja. Yang penting kamu harus laporan sama aku nanti.”<br />
“Bener nih Mas?”<br />
“Bener,” suamiku mengangguk, sebaiknya sih di sini. Kan bisa kuatur, misalnya pura-pura aku gak di rumah.”<br />
“Lalu diam-diam Mas ketemuan sama Yuli lagi?”<br />
“Nggak sayang. Intinya bukan itu. Aku merelakanmu digauli orang lain
bukan karena ingin selingkuh dengan wanita lain. Yang penting bagiku,
bisa menyaksikan waktu kamu digauli orang lain itu. Hal itu akan
membuatku cemburu, lalu bangkit nafsuku…seperti tadi malam itu…”<br />
“Yang tadi malam itu swinger juga Mas?”<br />
“Bukan, yang tadi malam namanya threesome MMF. Kalau swinger ya waktu di Puncak itu.”<br />
“MMF? Maksudnya?”<br />
“MMF itu male-male-female. Kalau FFM female-female-male.”<br />
“Berarti bisa juga perempuannya dua orang, lelakinya seorang?”<br />
“Iya. Tapi pada dasarnya fisik wanita lebih siap untuk menghadapi pria
lebih dari seorang. Lelaki kan harus ereksi. Kalau menghadapi wanita
lebih dari seorang, pasti dia tak bisa memuaskan wanita-wanita itu.
Hanya buat gaya-gayaan doang. Kalau wanita kan bisa melayani pria
walaupun sambil tidur. Pria tidak bisa begitu. Penisnya harus ereksi
dulu sebelum melakukan kontak seksual.”<br />
“Berarti wanita lebih tangguh daripada lelaki dong Mas.”<br />
“Iyalah, aku harus jujur mengakui hal itu.” suamiku mengangguk,
“Perempuan kan tinggal telanjang dan telentang, mau diantri sama sepuluh
lelaki juga bisa. Tapi lelaki? Kalau sudah ejakulasi ya terkulai, letih
lesu…dikasih bidadari juga belum tentu mampu bangkit lagi…hehehe…”<br />
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu. Semacam pengakuan
lelaki. Bahwa sebenarnya perempuan ditakdirkan lebih tangguh daripada
pria secara fisik. Lelaki kalau dikasih 10 orang cewek dalam semalam,
pasti takkan ternikmati semua. Tapi wanita? Diantri sama 10 orang lelaki
juga bisa. Tapi poliandri tetap merupakan hal yang janggal di dunia
ini, sementara poligami banyak terjadi di mana-mana.<br />
“Kapan mau swinger lagi?” tanya suamiku tiba-tiba.<br />
“Sama Rendy dan Yuli?” aku balik bertanya.<br />
“Nggak harus dengan mereka. Masih banyak alternatif.”<br />
“Hah? Gak salah tuh?” aku melotot, “Rencana apa lagi yang sudah tersimpan di hati Mas?”<br />
“Masih kupikirkan,” sahut suamiku datar, “Soalnya kita harus yakin teman
swinger kita bersih, jangan sampai menularkan penyakit.”<br />
Aku tidak berani menanggapi. Lalu kata suamiku, “Kalau dengan Rendy dan Yuli terus, kita bisa jenuh juga.”<br />
“Ih…emang Mas punya rencana sama siapa lagi?”<br />
“Sudah ada dua pasang yang mau swinger sama kita. Tapi aku harus memikirkannya dulu.”<br />
“Tapi Mas…apa hubungan kita nanti gak rusak?” tanyaku sangsi.<br />
“Nggak sayang,” Mas Janus memelukku lembut, “Yang penting jangan terlalu
sering. Obat juga kalau over dosis bisa berdampak negatif.”<br />
Aku cuma mendengarkan. Da kata Mas Janus lagi, “Sekali kita swinger,
kesannya akan melekat dalam waktu tertentu. Bisa sebulan, bisa dua bulan
dan seterusnya. Tergantung dari kesan yang kita dapatkan pada waktu
swinger itu.”<br />
Aku tetap tak mau menanggapi, takut salah ngomong.<br />
Kata suamiku lagi, “Sebenarnya sekarang ada beberapa perkumpulan
swinger, tersebar di kota-kota besar. Tentu saja aktivitas mereka gak
terlalu terbuka. Semuanya dilakukan secara rapi. Seolah-olah kumpulan
arisan keluarga biasa.”<br />
“Masa sih?” aku tercengang, “terus bagaimana cara aktivitas mereka?”<br />
“Biasanya mereka bergerak tidak terlalu banyak, supaya tidak menraik
perhatian. Misalnya satu hari mereka berkumpul di sebuah villa besar di
luar kota. Mungkin yang hadir hanya enam atau tujuh pasang. Lalu di
villa itu mereka tukar pasangan, bisa dengan cara mengundi atau atas
kesepakatan semua pihak.”<br />
“Ih…kalau yang begitu jangan mau Mas. Lama-lama bisa over dosis seperti kata Mas tadi.”<br />
Suamiku hanya tersenyum datar. Entah apa yang sedang berada di alam pikirannya.<br />
Kami sama-sama terdiam, hanyut dalam terawangan masing-masing.<br />
Hari berganti hari tiada peristiwa yang penting, sampai pada suatu hari,
terjadilah peristiwa yang tak kuduga sebelumnya. Berawal dari kontak
telepon dengan adik iparku:<br />
“HALLO…Lagi ngapain Roy?”<br />
“Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?”<br />
“Baek. Kamu bener-bener kangen sama aku?”<br />
“Kangen sekali. Gimana ya…mm..aku ketagihan Mbak…tapi takut ketahuan sama Mas Janus.”<br />
“Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa.”<br />
“Nggak apa-apa gimana?”<br />
“Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas, kan bisa ketemuan di hotel.”<br />
“Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel. Kalau sampai
kena razia bisa heboh nanti. Mmm…kalau Mbak mau, aku ada usul…”<br />
“Apaan tuh?”<br />
“Aku punya temen, Sony namanya. Lengkapnya sih Sonyer, tapi biasa dipanggil Sony aja.”<br />
“Terus?”<br />
“Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang tuanya di Amerika.”<br />
“Terus?”<br />
“Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?”<br />
“Lho, kalau dia tau gimana?”<br />
“Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok.”<br />
“Terus?”<br />
“Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah satu kamar
di rumah dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan, mau kuajak
ketemuan di rumah dia itu Mbak.”<br />
“Kalau dia tau kan malu, sayang.”<br />
“Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita lakukan?”<br />
Aku tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Roy di hpku, “Kita
ketemuan aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di sana. Kalau Mbak
gak sreg ya cari alternatif lain.”<br />
“Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak.”<br />
“Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?”<br />
“Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja.”<br />
“Mmm…Senin pagi aja ya.”<br />
“Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu suka pulang
telat, kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di mana?”<br />
Roy menyebutkan suatu alamat rumah.<br />
Kataku. “Kita langsung ketemuan di sana aja ya Roy. Jangan keliatan bareng perginya.”<br />
“Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Sony. Mbak mau pake apa ke sananya?”<br />
“Ya pake taksi aja.”<br />
“Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak.”<br />
“Oke. Take care Roy.”<br />
Setelah hubungan telepon terputus aku tercenung. Memang harus kuakui,
Roy membuatku kangen terus. Maklum dia masih begitu muda, 19 tahun juga
belum. Tentu sangat beda dengan suamiku yang sudah 30 tahun. Aku sudah
membayangkan betapa nikmatnya dalam gasakan dan keperkasaan Roy nanti.<br />
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang kunantikan
serasa menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali rasanya. Tapi
kusembunyikan keresahanku ini, jangan sampai diketahui oleh suamiku.<br />
Senin yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat kerja.
Setelah bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran, bergegas aku
menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhku sebersih-bersihnya. Tak cukup
dengan itu. Selesai mandi kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela
yang mungkin tersentuh oleh Roy nanti. Aku ingin menimbulkan kesan
seindah mungkin di batin adik iparku itu.<br />
Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua yang agak ketat. Tak lama
kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang sedang menuju alamat
rumah teman Roy yang bernama Sony itu.<br />
Rumah yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak tertegun
melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas itu. Pasti
orang tua Sony bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang pejabat tinggi
atau pelaku bisnis papan atas. Hal itu membuatku ragu. Tapi begitu taksi
berhenti di depan pintu pagar rumah megah itu, Roy datang menjemputku.
Dengan sopan ia membukakan pintu taksi waktu aku mau turun.<br />
“Temenmu mana?” tanyaku dengan perasaan tak menentu waktu berjalan menuju pintu depan rumah megah itu.<br />
“Lagi keluar dulu,” sahut Roy sambil menggenggam pergelangan tanganku,
“Santai aja Mbak. Di sini aku merasa seperti di rumah sendiri.”<br />
“Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas yok,” ajak Roy
sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai dua. Aku menurut saja,
meski terasa sikapku serba canggung.<br />
Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang. Terlebih setelah Roy menutupkan pintunya.<br />
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver. Foto
seorang anak muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan sekali
anak muda itu. Aku menduganya seorang artis yang belum kuketahui
namanya. Tapi Roy menunjuk foto itu sambil menerangkan, “Itulah Sony.
Ganteng ya Mbak.”<br />
Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, “Ganteng dan sexy sekali temanmu itu….”<br />
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, “Aku mau pipis dulu ya.”<br />
Roy mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi itu.
Bukan cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku sebersih mungkin.
Karena aku yakin ku akan dijilati oleh Roy nanti, jangan sampai ada bau
yang kurang sedap, meski sudah disemprot parfum di rumah tadi.<br />
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari kamar mandi
dengan hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Roy juga sudah
melepaskan celana jeansnya, sama seperti aku, tinggal mengenakan t-shirt
dan CD.<br />
Senyum Roy tampak menggoda waktu aku menghampirinya. Lalu memelukku
dengan hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu melumat bibirku
dengan hangat dan membangkitkan gairahku.<br />
Supaya Roy lebih leluasa menikmati kemulusan tubuhku, kulepaskan
t-shirtku, sehingga payudaraku yang masih terawat kencang ini tak
tertutup apa-apa lagi. Roy pun menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku
dengan hangat dan meraihku ke atas tempat tidur. Aku pun mulai
menggelinjang nikmat ketika Roy mulai menjilati puting payudaraku. Tak
hanya itu, lidahnya mulai menjilati pusar perutku dan turun terus,
sampai akhirnya kemaluanku mulai dijilatinya dengan penuh semangat. Aku
pun mulai menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil merengek
lirih,“Roy…oooh…ini enak sekali sayang…kamu be…belajar dari siapa
sih…kok pintar amat kamu main emut begini…?”<br />
“Belajar dari film bokep,” sahut Roy sambil menghentikan jilatannya
sesaat, lalu menyedot-nyedot kelentitku membuatku mendesah-desah lagi
dalam nikmat.<br />
“Udah Roy…masukin aja….cepet…aku pengen melepas kangenku sama t*t*tmu
yang gagah itu…” pintaku sambil menarik bahu Roy agar naik ke atas
tubuhku.<br />
Roy mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya ke mulut
ku. Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil memegang batang
kemaluan Roy dan menekankan puncaknya pas di mulut veggyku. Lalu aku
mengedipkan mata, sebagai tanda agar ia mulai mendorong…dan…aaah…batang
kemaluan Roy mulai melesak dengan mantapnya ke dalam liang kemaluanku!<br />
Tapi setelah mulai menggeser-geserkan zakarnya maju mundur dalam liang
kenikmatanku, ia berkata terengah, “Mbak jangan marah ya…sebenarnya Sony
ada di rumah ini. Dia ingin nonton kita Mbak…”<br />
“Apa?” aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang terpampang di
dinding itu. Foto anak muda yang tampan itu, “terus kalau dia ngiler
nanti gimana? Kamu kok ada-ada aja.”<br />
Nada ucapanku seperti protes. Tapi diam-diam aku teringat pada peristiwa
main bertiga dengan Rendy. Apakah pagi ini akan terjadi kisah yang
mirip itu?<br />
“Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi…kalau dia gak tahan
dan ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan Mbak…itu juga kalau Mbak
gak keberatan. Pokoknya aku jamin tidak akan ada pemaksaan, Mbak.” Roy
mulai mengenjot nya dengan gerakan syur, yang membuatku mulai
terpejam-pejam.<br />
“Nggak tau ah…” sahutku pura-pura tidak suka. Tapi diam-diam khayalanku
mulai melambung…membayangkan sesuatu yang luar biasa indahnya.<br />
“Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan jangan?” tanya Roy sambil menghentikan gerakannya sejenak.<br />
“Terserah kamu aja lah,” sahutku dingin. Padahal diam-diam aku ingin melihat apakah Sony itu setampan wajah di foto itu?<br />
Tanpa menghentikan genjotan nya, Roy berseru, “Sony! Come on…!”<br />
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku dalam
keadaan begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi oleh adik
iparku.<br />
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my God…! Tampan sekali cow
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-4805563482322815592013-08-14T01:17:00.001+07:002013-08-14T01:17:51.903+07:00Stefani Anak Pejabat<p>ini merupakan sebuah pengalaman saya dulu yang merupakan pengalaman pertama saya. Cerita ini terjadi saat aku mulai membuka usaha kecil di purwakarta. Sehingga saya kenal sama salah satu cewek yang bernama Stefani, memang stefani adalah cewek SMU yang sangat catik dan bahenol deh. Kadang<br>
teman aku juga ngomong saat ngumpul stefani gadis yang<br>
bergairah bila di ajak ML. dibandingkan dengan teman lainya<br>
memang stefani adalah cewek yang sangat cantik sekali. Ini<br>
ceritaku, perkenalkan nama ku Roy sampai sekarang aku masih<br>
melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Magelang.<br>
Umur ku masih 20 tahun. Cerita ini berawal ketika aku dan<br>
teman ku Ronald, Jefry dan rudi yg senang bermain game<br>
online ataupun sekedar bermain internet, membuka sebuah<br>
game centre dan warnet yg terletak di daerah Magelang<br>
utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman<br>
iseng-iseng aja. Yah dari pada nga ada kerjaan ataupun malah<br>
menghabiskan uang untuk main game atau main internet di<br>
tempat lain, mendingan buat sendiri toh bias nambah nambah<br>
uang buat jajan dan beli rokok.<br>
Belum lama usaha kami buka, kami seperti setengah kaget dan<br>
senang.<br>
Bagaimana kami tidak senang, kebanyakan user kami adalah<br>
cewek- cewek SMU dengan postur tubuh yg sangat<br>
mempesona, bahkan bisa di ibarat kan buah apple yg siap di<br>
petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yg main ke<br>
tempat kami. Dengan keramahan teman-teman yg selalu sopan<br>
dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang<br>
cukup professional. Bahkan postur tubuh kami dah wajah kami<br>
juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu factor yg<br>
membuat mereka tertarik untuk selalu datang berkunjung.<br>
Di antara gadis-gadis yg masih segar itu ada satu yg sangat<br>
istimewa di mataku dan teman- temanku. Nama nya Stefani<br>
dia cukup cantik, bukan hanya cantik, luar biasa mungkin dan<br>
istimewa tentu nya. Terkadang dia datang dengan Karina,<br>
Monica dan Cindy teman-teman Stefani yg juga tidak kalah<br>
cantik, tapi lebih istimewa Stefani tentu nya.dan akhir nya<br>
suatu kesempatan, dia datang sendiri ke tempat kami. Ketika<br>
dia baru duduk aku sapa,<br>
“loh temen nya mana Stefani”,<br>
dia hanya menjawab,<br>
“dah pada balik, pada mau les katanya”.<br>
Lalu aku berbalik ke mejaku dan berusaha mencuri-curi untuk<br>
sekedar melihat lekuk tubuh nya dari balik monitor<br>
computerku.<br>
15 menit sudah aku memandang nya, eh dia membalas<br>
pandangan ku,<br>
aku kaget juga jangan- jangan dia marah, eh dia malah<br>
tersenyum.<br>
KaStefani penasaran dia sedang apa aku mencoba melakukan<br>
remote anything ke computernya, yah kami biasanya<br>
menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa<br>
gaulnya.aku kaget juga setelah tau bahwa dia membuka situs-<br>
situs yg berhubungan dengan sex dan pornografi. Mukaku<br>
memerah, entah suka atau benci, tp yg jelas kaget sekali.<br>
Dengan nekat kucoba mendekati computernya, lalu kutanya<br>
dia,<br>
“hayooooo Stefani lagi buka apa”,<br>
KaStefani tanpa persiapan dia langsung kelabakan seperti di<br>
anak ayam kehilangan induk nya dan dengan cepat dia<br>
menutup kolom situs- situs tersebut. Tapi dengan cepat aku<br>
menjawab,<br>
“nga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi”.<br>
Langsung saja muka dia memerah, entah malu atau takut.<br>
lalu dia menjawab,<br>
“emang nya tadi Roy liat Stefani lagi buka apa?”, tanyanya.<br>
“liatlah, nga perlu ke sini juga Roy bias liat dari computer roy<br>
“,<br>
jawab ku sambil mengedipkan mata, lalu dia tertawa kecil dan<br>
tersenyum manis seperti gadis yg masih polos. Lalu dengan<br>
cepat aku tidak menyia nyiakan kesempatan ini aku langsung<br>
berkata,<br>
“mau di temenin nga Stefani biar Roy cariin situs2 yg lebih<br>
bermutu”.<br>
Dia diam sejenak lalu menjawab,<br>
“ya udah Roy duduk di sebelah Stefani aja”,<br>
katanya lembut penuh arti.<br>
Waduh bakalan seru nih batin ku, untung aja temen-temen ku<br>
yg lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya<br>
lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sejenak, dan dari<br>
situ ku ketahui bahwa dia anak pejabat di kota ini, dalam batin<br>
ku aku berkata wah ternyata anak pejabat neh.<br>
Lalu mulai kucarikan dia situs situ porno yg belum pernah dia<br>
lihat,<br>
kulihat raut muka nya berubah seperti cacing kepanasan<br>
tangannya tak bisa diam, aku lihat dia sangat terangsang<br>
dengan gambar-gambar dan video yg aku carikan lewat<br>
internet. Wah cepet honey dia batinku,<br>
lalu tak kubiarkan dia hanya melihat saja, lalu aku berbisik,<br>
“Fani dari pada liat, punya ku nganggur neh, kan sayang klo di<br>
diemin”, ia kaget kukira dia marah.<br>
Eh ternyata dia malah lansung memegang senjataku yg dari<br>
tadi sudah on ketika aku duduk di sebelah nya, kontan saja aku<br>
kaget dan senang. Lalu dengan cepat aku juga merangsang dia<br>
dengan memegang payudara yg sangat indah itu dari<br>
belakang.<br>
Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, aneh nya saat itu<br>
tak ada satupun pelanggan yg datang, yah mungkin di<br>
kaStefanikan hujan yg cukup deras. Kulihat dia kurang puas<br>
memegang senjataku jika terhalang oleh celana pendek ku, lalu<br>
dia mencoba memelorotkan celana ku hingga batang kemaluan<br>
ku bisa dalam posisi enak untuk di kocok oleh tangan nya yg<br>
lembut itu.dan dia berkata,<br>
“Roy punya kamu gede juga ya”,<br>
Aku hanya terdiam.<br>
Tanpa sadar aku sangat menikmatinya,<br>
hingga aku hampir berteriak “ah uchhhh ahhh terus Fani” lalu<br>
Stefani dengan cepat menutup mulutku dengan ciuman bibir<br>
nya yg lembut dan sangat sensual itu. Wah untung sepi coba<br>
klo banyak orang tadi di sini bakalan berabe batin ku. Setelah<br>
dia puas dia mencium bibirku,<br>
dia melanjut kan dengan menciumi kemaluan ku, sungguh luar<br>
biasa gadis anak pejabat yg masih polos ini melakukan hal- hal<br>
dalam sex yg sangat mengairahkan.<br>
Aku di buat sangat puas oleh nya bahkan aku dibuat tak<br>
berdaya,<br>
10 menit kemudian aku mengangkat kepalanya dan aku bisikan<br>
mesra di telinga nya, Fani gantian masak kamu terus yg<br>
muasin aku kamu kan belom puas, dia tersemyum pertanda iya.<br>
Langsung saja aku puaskan dia di antara sekat-sekat yg<br>
menjadi pembatas di antara computer computer di warnet ini.<br>
Dia kulihat sangat menikmati permainan ku,<br>
aku mencoba sedikit membuka baju nya untuk melepas Bh nya.<br>
KaStefani kami melakukan nya di tempat umum aku mencoba<br>
untuk menahan diriku untuk tidak mencoba menelanjanginya,<br>
sehingga aku tetap merangsang payudaranya di balik seragam<br>
sekolah nya, tanpa bisa melihat payudaranya yg berukuran 34<br>
b itu. Dia terdengar mendesah lembut dan sangat sexy,<br>
“ah ah..u ah..hhhhhh.ahhhhh” terdengar dari mulut nya.<br>
Berkali kali ku pilin putting nya dia mengelinjang hebat<br>
sekali,dan merancau tidak karuan.<br>
“ah uh. roy terus sayanggggg…royyy…a hhhhhh”.<br>
Setelah merangsang buah dada nya aku langsung mencoba<br>
mengelus vagina nya dengan jari ku, kaStefani dia memakai<br>
rok SMUsehingga tidak sulit untuk melakukan nya.Kurasakan<br>
vagina nya sudah sangat basah di kaStefanikan rangsangan ku<br>
di buah dada nya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow<br>
sangat rapi batin ku. Aku berusaha tidak memasukan jari ku<br>
ke vagina nya kaStefani dia masih perawan.<br>
Kucoba merangsang dia lewat gesekan-gesekan lembut di<br>
tangan ku,<br>
kurasakan badannya kejang dan keringat keluar dari seragam<br>
sekolah nya yg tanpa memakai Bh itu.<br>
Dia berulang kali mendesah,<br>
“Roy ampunnNn Roy sayang YUyy nikmatttTTttt………”.<br>
Padahal itu Baru kugesek dengan tangan bagaimana klo<br>
kumasukan senjataku ke dalam vagina nya batin ku.<br>
Setelah 10 menit melakukan itu dia berteriak.<br>
“ahhhhHH..hhhhh SSSshhhhhh”,<br>
dan seketika itu juga dia mengalami orgasme pertamanya.<br>
Kemudian dia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai dia<br>
aku membenarkan posisi celanaku dan dia juga mencoba<br>
membenarkan letak posisi seragam dan rok nya itu.<br>
Lalu aku mengambilkan air minum untuk dia lalu berkata,<br>
“yah gitu aja dah jebol gimana klo ML bisa-bisa Stefani nga<br>
bisa bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong”.<br>
Candaku.<br>
Lalu dia menjawab,<br>
“eh enak aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan<br>
dolo kayak tadi”.<br>
Aku hanya tertawa kecil, eh malah dia langsung bilang Roy<br>
mau njarain Stefani yang lebih expert lagi nga, klo mau abis ini<br>
aja kita pergi mau nga tanya nya. Sejenak aku berpikir tapi<br>
langkah langkah kaki datang menuju tempat itu dan kulihat<br>
wajah wajah teman-teman ku muncul, diantaranya Ronald,<br>
Jefry dan Rudi.<br>
Langsung saja kusapa,<br>
“abis basket kalian”,<br>
dengan tersenyum Jefry hanya menjawab,<br>
“dari pada ngurusin basket mendingan ngurusin Stefani”.<br>
Mereka pun semua tertawa dan kulihat Stefani juga<br>
tersenyum nakal dan berusaha menunggu jawabanku. Lalu<br>
setelah teman- teman ke belakang aku bisikan ke telinga<br>
Stefani ya udah tar gue ajarain yg lebih hot lagi ya, Stefani<br>
tersenyum dan aku pergi berkemas untuk pergi bersama<br>
dengan Stefani.<br>
Setelah itu kami pergi dengan meminjam mobil milik Ronald.<br>
Dalam perjalanan aku bertanya,<br>
“mau kemana ini Fani”,<br>
dia menjawab.<br>
“di rumah Stefani aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta<br>
kak Adi sedang ke Jogja”,<br>
aku kaget dan berkata,<br>
“bener nih di rumah mu”,<br>
“iya bener” katanya.<br>
Setelah kami sampai di rumah nya aku kaget juga dengan<br>
rumah nya yg besar seperti istana itu wah gede banget rumah<br>
nya dan juga indah.<br>
Setelah memarkir mobil ku aku di bimbing Stefani untuk<br>
masuk ke rumah nya.Wah tampak nya dia terlihat tidak sabar.<br>
Lalu aku menunggunya mandi sambil nonton tv dan menikmati<br>
hidangan yg sangat enak, kayak Raja nih batin ku.<br>
Setelah dia selesai mandi, ia menghampiri ku hanya dengan<br>
memakai handuk yg dia balutkan di tubuh nya, ketika melihat<br>
nya,<br>
tenggorokanku seperti tidak dapat menelan kue-kue yg tadi<br>
aku makan, dan dengan segera Stefani mengambil jus jeruk yg<br>
ada di meja kamar nya lalu meminumnya, setelah itu mencium<br>
bibir ku dan mengalirkan jus jeruk yg telah dia minum tadi<br>
seolah-olah induk yg memberikan makan anak-anak nya.<br>
Setelah itu dia membuka handuk nya yg tadi membungkus<br>
tubuh nya yg putih mulus dan sexy itu. wah payudara nya<br>
benar-benar luar biasa kencang dan besar, tak kusangka anak<br>
SMU kelas tiga sudah sematang, bulu-bulu halus yg ketika di<br>
warnet tadi aku pegang, aku bisa melihatnya dengan jelas.<br>
Sungguh pemandangan yg luar biasa.<br>
Tanpa segan-segan lagi dia memintaku untuk men servicenya.<br>
Dia berkata,<br>
“ayo kok malah diem katanya mau ngajarin”,<br>
ucapnya,<br>
aku berkata kamu<br>
“kamu cantik banget Fani tubuh mu juga sexy”.<br>
Tanpa menunggu dia bicara langsung saja kubenamkan<br>
kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk merangsang<br>
salah satu bagian sensitife itu, lalu dia mulai mendesah seperti<br>
tadi,<br>
“ah OuchHhh uhhhhhh Ahhhhhh……..”,<br>
dia sangat menikmatinya bahkan sesekali dia menjambak<br>
rambut ku,<br>
kulihat payudaranya sangat kencang dan kenyal sekali sesekali<br>
aku meremas-remas nya dan aku pun juga sangat<br>
menikmatinya, payudara yg indah. Lalu kuteruskan dengan<br>
menciumi bagian kewanitaan nya,<br>
dia terlihat memejamkan mata sangat menikmatinya, dan dia<br>
meremas remas payudaranya sendiri mencoba merangsang<br>
tubuh nya sebaik mungkin. ketika clitoris nya ku hisap-hisap<br>
dia sangat kewalahan dan berteriak-teriak,<br>
“roy aduhh Enak ah ouchhhh ahhhHh uhh”.<br>
5 menit kemudian, giliran dia merangsang diriku.kulihat dia<br>
mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan<br>
permen lollipop yg sangat manis,<br>
“ohh ahhhhhhh hahhhh”,<br>
aku sangat menikmatinya, dia menjilati batang kemaluan dan<br>
tidak ketinggalan buah zakar ku juga ikut dia hisap.<br>
Aku sudah tak bias berkata apa apa lagi selain menikmati<br>
permainanya. Ketika aku hampir memuntahkan laharku aku<br>
mencoba melepaskan senjataku dari hisapan nya dan<br>
gengamannya, lalu kubaringkan dia diranjangnya dan aku<br>
berbicara mesra,<br>
“tahan ya sayang, pertama-tama sakit tp nanti juga enak<br>
kok”,<br>
kataku. Dia mengangguk pertanda iya. Kucoba membobol<br>
vagina nya ternyata sangat sulit, pada usaha pertama melesat<br>
dan setelah ku<br>
oleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga aku berhasil<br>
memasukan separo penis ku ke dalam kemaluannya.<br>
Dia menjerit kesakitan,<br>
“Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn”,<br>
jerit nya, tapi aku tetap melakukannya dan bless seluruh<br>
batang kemaluan ku sekarang berada di dalam nya bersamaan<br>
dengan percak-percak darah keperawanannya.<br>
Kubiarkan diam sejenak supaya vaginanya terbiasa menerima<br>
kehadiran benda asing itu, setelah kurasakan vaginanya bisa<br>
menerima penisku, kucoba menarik maju mundur.<br>
Jeritan sakit yg tadi dia ucapkan berganti dengan desahan-<br>
desahan wanita yg sedang mengalami persetubuhan yg sangat<br>
nikmat.dan tidak henti- henti nya dia selalu mendesah dan<br>
setengah berteriak.<br>
“ah terus Roy Sayang kocok terus bikin Stefani puas ah<br>
ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan berhenti sayangggg… “,<br>
rancau nya, aku juga sangat menikmati denyutan-denyutan di<br>
dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yg sangat nikmat<br>
sekali di alami oleh penis ku kemudian aku membalikan<br>
posisinya supaya kami bisa melakukan doggy style.<br>
Lalu ku suruh dia berdiri dan bersandar di depan kaca meja<br>
rias nya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga aku<br>
bisa menikmati keindahan tubuh nya dan payudaranya serta<br>
paras cantik wajahnya dari kaca tersebut.<br>
15 menit kejadian itu berlangsung ku dengar dia berteriak,<br>
“ahhhh roy aku keluarrrrrrrrrrr…….”,<br>
oh tampak nya dia baru saja mendapatkan orgasme<br>
pertamanya.<br>
Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan membiarkan Stefani<br>
istirahat sebentar.<br>
Setelah cukup istirahat.dia mengajakku untuk melanjutkan nya<br>
di kamar mandinya yg seperti kolam Stefaning itu kaStefani<br>
sangat luas.<br>
Kontan saja KaStefani terburu nafsu aku langsung tancap gas<br>
dan segera memasukan penis ku ke dalam vagina nya yg merah<br>
merekah itu.<br>
aku sangat menikmati guyuran shower yg membasahi tubuh<br>
kami,seolah-olah membasahi jiwa yg kekeringan akan kehausan<br>
sex.<br>
Stefani terus merancau dan akhirnya aku sangat merasakan<br>
kenikmatan yg luar biasa, penis ku yg dari tadi di sedot<br>
kurasakan sangat membengkak dan mencapai klimaks sampai<br>
ubun-ubun rasanya,<br>
aku berteriak,<br>
“Stefani aku mauuuuuuu keeee luuu arrrrrrrrrrrrrrrrrr<br>
mauuu diii kelluariinnn dii mannna.jeritku menahan nikmat”,<br>
dia sambil ngos-ngosan bilang<br>
“di dalam ajjjaaaaa”,<br>
lalu aku berkata,<br>
” nga papa faninn”,<br>
Stefani menjawab,<br>
“laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr”,<br>
dan Stefani juga tampak merancau lagi dan berteriak,<br>
“yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa<br>
saaammaaaaaaaaaaa aaaaa”.<br>
Aku tak dapat menahan lagi dan jebolah pertahananku<br>
kusemburkan maniku di dalam vaginanya dia juga tampak<br>
mencapai orgasme keduanya.<br>
Setelah itu dia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan<br>
sisa-sisa<br>
maniku, lalu kami mandi bersama.<br>
Setelah selesai aku pamit pulang, aku pamit dengan mengecup<br>
kening Stefani dan berkata pelajaran nya udah cukup kan, dia<br>
hanya tersenyum dengan lembut sungguh seperti gadis yg<br>
sangat polos dan berkata,<br>
“Roy besok kesini ya ajak Ronald, Jefry ama Rudi, jangan lupa<br>
loh “.<br>
Aku cukup bingung kok ngajak yg lain segala ya batin ku.<br>
Lalu selepas jam 6 malam esok nya kami ber 4 berkunjung ke<br>
rumah Stefani. Betapa kaget nya kami ketika di sana kami di<br>
sambut dengan mesra oleh keempat gadis yg sangat cantik di<br>
antaranya Karina,<br>
Monica, Cindy dan Stefani tentunya, lalu tanpa basa-basi lagi<br>
mereka berkata.<br>
“wah wah kak roy jahat kok kita kita kemafani nga di ajak<br>
sech yg di ajak cumin Stefani aja,nga suka ya ma kita kita “,<br>
kontan saja aku sendiri kaget.<br>
Dan teman temanku juga ikutan binggung,<br>
lalu tanpa rasa malu Stefani<br>
“menjawab roy kemafani ma aku ML loh”.<br>
Aku kaget kenapa dia membuka rahasiaku tapi sebelum aku<br>
sempat bicara Stefani menjawab<br>
“jadi hari ini Ronald, Jefry ama Rudi ngajarin Karina, Monica<br>
and Cindy, terus Stefani tentunya ama roy dong”,<br>
katanya.<br>
Tentu saja teman- teman ku nga jadi marah malah jadi<br>
senang, alu aku berkata dalam hati wah rejeki mereka juga<br>
neh. Lalu kami pergi ke daerah Kaliurang dah menyewa sebuah<br>
villa di sana dan melewati hari dan malam penuh akan nafsu,<br>
gairah dan kehausan akan sex.<br>
Dan sampai sekarang jika ada waktu kami masih melakukan nya<br>
baik di kamar mandi warnetku, di rumah Stefani, di hotel atau<br>
villa.<br>
Bahkan sekarang banyak pelanggan wanita ku menjadi kekasih<br>
ku hanya untuk semalam/one night stand.begitu juga dengan<br>
teman-teman ku Ronald, Jefry dan Rudi mereka juga kalang<br>
kabut menerima order dari para wanita yg kesepian. Tapi atas<br>
dasar suka sama suka, maaf kami bukan Gigolo.</p>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-68753910436291611082013-02-24T23:34:00.000+07:002013-02-24T23:34:00.074+07:00Ummi Annida<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5w7G3YZyiC00uopqQZ9KgkwBXEZjHLS4BqS4-TiCP7rRCV-GHc48aIPFGZ_WQKlWhNUimMX8tHHyhXj3xJ7ihGtiSP8qkQ1XccfskAsKCZm_IITpf07sKK_qlSUKvqFIdaze-Vn6Y08/s1600/6btvjm746ttt.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5w7G3YZyiC00uopqQZ9KgkwBXEZjHLS4BqS4-TiCP7rRCV-GHc48aIPFGZ_WQKlWhNUimMX8tHHyhXj3xJ7ihGtiSP8qkQ1XccfskAsKCZm_IITpf07sKK_qlSUKvqFIdaze-Vn6Y08/s320/6btvjm746ttt.JPG" width="213" /></a></div>
Ummi Annida sudah cukup lama menjadi ustadzah di rumah bapak amin. Ini
merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. ummi Annida merasa kerasan
karena keluarga bapak amin cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan
lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang ustadzah. ummi Annida sadar
akan hal ini, terutama akan kebaikan bapak amin, yang karena
kesibukannya sehingga harus menyerahkan kewajibanya membimbing anak-anak
kepada ummi Annida.<br />
<br />
Walaupun bukan dari kota, ummi Annida tergolong wanita yang cerdas,
aktif, dan menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 42 tahunan.
Penampilannya seperti umumnya aktifis muslimah<br />
<a name='more'></a>. Ia pandai beradaptasi
sehingga cepat mendapat banyak rekan terutama partai keadilan. kesibukan
membuat jiwa dan raganya sehat, tubuhnya nampak masih sintal, berwibawa
dan keibuan.<br />
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, ummi Annida masih memiliki
energi yang tinggi karena ternyata selain mengajar dan koordinator
aktifis, ia penulis yang produktif.<br />
Malam itu, ummi Annida kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu.
Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya
menahan syahwatnya yang menggebu-gebu. Sebenarnya terpikir untuk
melakukan onani namun hal itu tak cukup.Akhirnya ummi Annida hanya bisa
mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.<br />
<br />
<br />
Dalam mimpinya ummi Annida merasakan gerayangan lembut ke sekujur
tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar
milik leleki yang dicintainya. Menggerayang melucuti kancing baju
tidurnya hingga terbuka sedikit demi sedikit, mempertontonkan kedua buah
dadanya yang mengkal padat berisi dari bali bra. Tanpa sadar ummi
Annida mengigau sambil membusungkan dadanya.<br />
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”<br />
Kedua tangan ummi Annidaa memegang kepala itu dan membenamkannya ke
dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di susunya. ummi Annida
terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua
payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.<br />
Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa
meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa
ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada
seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu,
menyelinap masuk lewat bawah jilbab yang masih dikenakan. Ia mengira
suaminya yang yang baru datang dari desa dan langsung sedang
mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas
kedatangannya ini meski sudah larut. Apa tidak takut. Tiba-tiba ia
sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau itu bukan suaminya yang
datang?<br />
<br />
ummi Annida langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan
hendak mengingatkan lelaki yang tengah menggumulinya. Namun belum sempat
ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan suaminya?! Yang
lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah raffa,
putra tunggal bapak amin yang masih berumur 15 tahunan!?<br />
“raffa?!” pekiknya sambil menahan suaranya.<br />
“ ngapain di kamar ummi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah raffa yang merah padam.<br />
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.<br />
“ummi..ngghh.. anu.. ma-maafin raffa..” katanya dengan suara memelas.<br />
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah ummi Annida.<br />
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak bapak amin berani berbuat seperti itu padanya.<br />
“raffa.. ngghh.. tadinya mau minta tolong ummi bikinin PR..” katanya menjelaskan.<br />
<br />
“Tapi waktu liat ummi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. raffa nggak tahan..” katanya kemudian.<br />
“Oohh.. raffa.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan abah gimana?” Tanya ummi Annida.<br />
“raffa tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab raffa ragu-ragu.<br />
“Tapi kenapa?” Tanya ummi Annida penasaran<br />
Kepala ummi Annida bagaikan disamber geledek mendengar ucapan raffa.
Berarti dia tahu perbuatannya yang sering nonton adegan hubungan suami
istri di tv, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?<br />
“Kenapa raffa pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.<br />
“Andre sering ngebayangin ummi.. juga.. ngghh.. anu..”<br />
“Anu apa?” desak ummi Annida makin penasaran.<br />
“raffa suka ngintip.. ummi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah baju panjang ummi Annida yang sudah tersingkap lebar.<br />
raffa melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung
tegak di dada ustadzahnya itu. ummi Annida dengan refleks merapikan
bajunya untuk menutupi dadanya yang terbuka. Kurang ajar mata anak bau
kencur ini, gerutu ummi Annida dalam hati.<br />
“Boleh khan ummi?” kata raffa kemudian.<br />
“Boleh apa?” sentak ummi Annida mulai tajam.<br />
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta raffa tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali ummi Annida.<br />
“raffa jangan kurang ajar begitu sama ummi.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”<br />
“ boleh ya..? Nanti Andre bilangin lho..kalo ummi sering nonton ” kata raffa mengancam.<br />
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata ummi Annida gusar.<br />
“Kalau gitu boleh dong raffa?”<br />
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, keluhnya dalam
hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan.
Jangan sampai! ummi Annida berpikir keras bagaimana caranya agar anak
ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. ummi Annida lalu
tersenyum kepada raffa seraya meraih tangannya.<br />
“raffa mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan raffa ke atas payudaranya yang sudah tertutup baju dan kerudung.<br />
“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.<br />
raffa meremas kedua bukit kembar milik ummi Annida dengan bebas dan
sepuas-puasnya. “Gimana raffa.. enak nggak?” Tanya ummi Annida sambil
melirik wajah anak itu.<br />
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir ummi Annida.<br />
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan
rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?<br />
Setelah berpikiran seperti itu, ummi Annida menjadi penasaran. Ingin
tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya
masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal ummi Annida
jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu.
Kalau saja lelaki ini adalah suaminya, tentunya sudah ia terkam sejak
tadi dan menggumulinya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun.
Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah
akan membuatnya ketakutan.<br />
Lalu ummi Annida membuka kancing bajunya, menyingkap jilbab dan
membiarkan raffa meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja
dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah
dadanya yang paling dibanggakan. raffa mencoba memilin-milin putingnya
sambil melirik ke wajah ummi Annida yang nampak meringis seperti menahan
sesuatu.<br />
<br />
“Sakit ummi?” tanyanya.<br />
“Nggak ffa. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil
diremas.. uugghh..”raffa mengikuti semua perintah ummi Annida. Ia
menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik
sekali! Pikir raffa dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium
buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.<br />
“ups…Oughhh……!!Aaahhh..Ssshhh…Oohhh….ter ussss…”<br />
ummi Annida terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski
sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya
terangsang hebat. Apalagi tangan raffa satunya lagi sudah mulai berani
mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan
ummi Annida seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar
menunggu gerayangan tangan raffa di balik roknya segera sampai ke
pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya ummi
Annida mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh
daerah paling sensitive. ummi Annida menuntun menuju batas celana dalam.<br />
Raffa terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu
hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak
ditahan oleh ummi Annida.<br />
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh ffa!”<br />
Raffa semangat mendengar erangan ummi Annida yang begitu merangsang.
Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani
mempermainkan bibir kemaluan ummi Annida. Terasa hangat dan sedikit
basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar ummi
Annida melenguh. Raffa meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes
di daerah itu membuat jari raffa mudah melesak ke dalam dan terus
semakin dalam.<br />
“Akhh.. ffa masukin terusshh.. ya begitu. Oohh anak pinter!” desah ummi
Annida mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur
tubuhnya.<br />
Sambil terus menyuruh raffa berbuat ini dan itu. Tangan ummi Annida
mulai menggerayang ke tubuh raffa. Pertama-tama ia lucuti pakaian
atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya.<br />
“Mmmpphh..”, desah ummi Annida begitu merasakan batang anak itu sudah keras seperti baja.<br />
Ia melirik ke bawah dan melihat batang raffa mengacung tegang sekali.
Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar suaminya, tapi cukup besar
untuk ukuran anak seumurnya. Tangan ummi Annida mengocok perlahan batang
itu. rffa melenguh keenakan.<br />
“Oouhhgghh…. uueeanaakkhh! ” pekik ummi Annida perlahan.<br />
ummi Annida tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan
saja. Kepolosan dan keluguannya membuat ummi Annida semakin terangsang
dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan
jemarinya di dalam liang kewanitaannya. Rasanya ia tak kuat menahan
desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar..
lalu..,Oooohh…Aaahhhh….aaa…aaa…mau…lagi. ……. ummi Annida merasakan
semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.Heran
juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan.
Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu
ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya
cepat orgasme.<br />
Raffa terperangah menyaksikan ekspresi wajah ummi Annida yang nampak
begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Araffa menghentikan
gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat ummi Annida
kesakitan.<br />
“ummi? ummi Annida kenapa? Nggak apa-apa ?” tanyanya demikian polos.<br />
“Nggak sayang.. ummi Annida justru sedang menikmati perbuatan raffa,”
demikian kata ummi Annida seraya menciumi wajah tampan anak itu.<br />
Dengan penuh nafsu, bibir raffa dikulum, dijilati sementara kedua
tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Raffa senang
melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua
payudara ustadzahnya ini, lalu mempermainkan putingnya.<br />
<br />
“Aduh enakk.. enak sekali. raffa pinter.. uugghh!” erang ummi Annida kenikmatan.<br />
ummi Annida benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang
terbaik anak ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia
lupakan. Ia yakin raffa masih perjaka tulen. ummi Annida semakin
terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia
mendorong tubuh raffa hingga telentang lurus di ranjang dan mulai
menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu wajahnya
dengan penuh nafsu.<br />
Tubuh raffa berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu
lihai. Apalagi saat lidah ummi Annida mempermainkan hidungnya, kemudian
melata-lata ke sekujur lehernya. Raffa merasakan bagian bawah perutnya
berkedut-kedut. Bahkan saking enaknya, raffa merasa tak sanggup lagi
menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. ummi
Annida rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat
ia melepaskan pelukanya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan
raffa sehingga tidak langsung menyembur.<br />
“Akh ummi.. kenapa?” Tanya raffa bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.<br />
“Nggak apa-apa. Tenang saja, ffa. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh raffa.<br />
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, ummi Annida
mengarahkan batang raffa persis ke arah liang kewanitaannya.
Perlahan-lahan tubuh ummi Annida turun sambil memegang raffa yang sudah
mulai masuk.<br />
“Uugghh.. enak nggak……. ouchhhh?”<br />
“Aduuhh.. ummi Annida.. aapphh..! ” pekiknya.<br />
raffa merasakannya seperti disedot liang kewanitaan ummi Annida. Terasa
sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun.
bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. ummi Annida tak mau kalah.
Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukannya.<br />
“Auugghh eehhhhhhh..uueennaakk! ” jerit ummi Annida seperti kesetanan.<br />
“Terusssssss, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”<br />
mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.<br />
“ummi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.<br />
“Iya …… ayo.. keluarin aja. ummi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.<br />
Raffa mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang ummi
Annida dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi
goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke
atas dan sambil memeluk tubuh ummi Annida erat-erat, raffa menyemburkan
cairan kentalnya berkali-kali.<br />
“Crot.. croott.. crott!”<br />
“Aaakkhh..” ummi Annida juga mengalami orgasme.<br />
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan eratnya.<br />
“Ooohh.. achhhhhh….ehhhhhh.. hebat sekali..”<br />
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang
merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka
tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam
di luar cukup dingin. Nampak senyum ummi Annida mengembang di bibirnya.
Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada raafa.<br />
“Gimana. Enak khan?”<br />
“Iya umi, enak sekali,” jawab raffa seraya memeluk ummi Annida.Tangannya
mencolek nakal ke buah dada ummi Annida yang menggelantung persis di
depan mukanya.<br />
Tangan ummi Annida kembali merayap ke arah batang raffa yang sudah
lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan
kembali kehidupannya.raffa hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan
hangatnya tubuh ummi Annida ketika menggulumulinya. Mereka kembali
bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok
ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar ummi Annida dengan tubuh
lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak
wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman
yang luar biasa.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-55786094171487793452013-02-22T23:29:00.000+07:002013-02-22T23:29:00.894+07:00ML Tante Ratih Waktu Hujan Di Kamarnya <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjliknif3mMb1ffDbPreR7oemA-Hfa4GkC0tDviwQZuurQk-WOMkSaF1vdkcfgWKy3Gj9KuehPYAiCkTqY84DatLidqa_UOG-3Ctwjk2wQnR9pWRofwhIRzv38bLv7pDAV9DIexnm64EPY/s1600/a3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjliknif3mMb1ffDbPreR7oemA-Hfa4GkC0tDviwQZuurQk-WOMkSaF1vdkcfgWKy3Gj9KuehPYAiCkTqY84DatLidqa_UOG-3Ctwjk2wQnR9pWRofwhIRzv38bLv7pDAV9DIexnm64EPY/s320/a3.jpg" width="241" /></a></div>
Kisah ini terjadi ketika aku mash berumur delapanbelas tahun, murid
kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di
Sumatera.<br />
<br />
Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang
memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku.
Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul
dengan perempuan selain ibuku, akupun jadi canggung kalau berdekatan
dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua,
jarang perempuan.<br />
<br />
Selain itu aku merasa rendahdiri dengan penampilan diriku di hadapan
perempuan. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda
ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku
yang mirip <br />
<a name='more'></a>keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka
main sepakbola.<br />
<br />
Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu
pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di
lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di
kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berarti bola sudah sukar
direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau
sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk
kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian
lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan
berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau
umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang
lain.<br />
<br />
Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu
aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar
sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan seksi, yang mau
diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh
lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih
kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara
laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam
masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.<br />
<br />
Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak
punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya
nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang
*********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap
pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat
dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan main banyaknya
yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran
rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala.
Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi
kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku
langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan
panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap
berlaga.<br />
<br />
Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan ….. Tante Ratih.<br />
<br />
Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir
para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah
dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali
seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk
anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya
pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu
aku bersaing dengan mereka. Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan
RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya
tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan
hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda,
bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau
barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut
sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku
terkatup gagu dan nafasku sesak. Itu Lala.<br />
<br />
Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di
dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku.
Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan
kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan
dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah
orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari
Bandung, dan dia ini wuahh mak … sungguh-sungguh audzubile cantiknya.
Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha
kokoh, meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng
serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di
kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari
jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.<br />
<br />
Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali
15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa
berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak
bekerja, hanya ibu rumahtangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya,
terkadang dia datang ke rumahku.<br />
<br />
Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di
sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu
kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati
Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku
akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran
lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celah kangkangan kedua
pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut
ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak
berdiri. Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu
pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante
Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat
celana dalamnya.<br />
<br />
Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini
terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia
dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku
mengenai hal itu untuk menghibur dia.<br />
<br />
Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita.
Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe …. Tante
Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film
setan di televisi hehehe …. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau
suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut,
lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.<br />
<br />
Dan inilah permulaan cerita.<br />
<br />
Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya
(kami di sebelah kiri) meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar
dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal
ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek,
mereka tidak berteguran.<br />
<br />
Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya,
sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapur untuk urusan
bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih
uring-uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu
masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di
kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.<br />
<br />
Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku.
Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya
lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena
kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa
Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah
seorang dari adik-adikku. Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang
sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan
tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini
tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak
akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku
itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu
hehehehe.<br />
<br />
Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante
Ratih tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang
membalut ketat badannya yang sintal padat.<br />
<br />
“Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.<br />
<br />
“Saya sudah makan, Tante,” kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.<br />
<br />
“Didit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan
ibumu”, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.<br />
<br />
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak
banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau
perempuan cantik lainnya. Karena gugup.<br />
<br />
“Tapi Tante suka orang pendiam”, sambungnya.<br />
<br />
Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara
panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan
sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa.
Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem
yang sama sekali tidak menarik. Karena itu Tante Ratih mematikan
televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku
sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab
singkat-singkat saja seperti orang blo’on. Kelihatannya dia memang ingin
mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke
kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar
dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya
memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau
kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak
enak bahkan kesakitan. Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru
menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana
blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan
disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa
dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan
hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga
semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti
bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.<br />
<br />
Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.<br />
<br />
“Ya, Tante?”<br />
<br />
“Tolong temani Tante mencari senter”.<br />
<br />
“Dimana Tante?”, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.<br />
<br />
“Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.” Tante baru saja
menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk.
Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.<br />
<br />
“Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.”<br />
<br />
“Tante takut tidur dalam gelap Dit”.<br />
<br />
“Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri
terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah
mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.<br />
<br />
“Di kamar tidur Tante?”, tanyanya.<br />
<br />
“Ya saya tidur di bawah”, kataku. “di karpet di lantai.” Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.<br />
<br />
“Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ….. “<br />
<br />
Aku terkesiap. “A … asal apa Tante?”<br />
<br />
“Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu”.<br />
<br />
“Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante”. Dalam hati aku
melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian
runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante Ratih yang cantik banget.
Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.<br />
<br />
Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding
aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali
meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari
kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia
membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke
tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya
tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di
tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu
banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku
pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah.
Perempuan cantik dan seksi lagi.<br />
<br />
“Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?” bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.<br />
<br />
“Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,”
kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami
berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur.
Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.<br />
<br />
“Dit,” kudengar dia memecah keheningan. “Kamu pernah bersetubuh?”<br />
<br />
Nafasku sesak dan mereguk ludah.<br />
<br />
“Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku.<br />
<br />
“Celana dalam Tante?”<br />
<br />
“Hmmh”.<br />
<br />
“Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.<br />
<br />
Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.<br />
<br />
“Nanggelin celana dalam Tante?”<br />
<br />
“Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.”<br />
<br />
Aku diam agak lama.<br />
<br />
“Takutnya nanti bilah saya tidak mau kendor Tante”.<br />
<br />
“Nanti Tante kendorin”.<br />
<br />
“Sama apa?”<br />
<br />
“Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.” Suaranya penuh tantangan.<br />
<br />
Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan
emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan
cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku
dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final
kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan
bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah
ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua
mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh
kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa
melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih.
Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup
mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk
ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di
bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang
tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!<br />
<br />
Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang
vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya
kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku
kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi
dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama
kalinya aku rasakan. Ohhhhh … Ohhhhh ….<br />
<br />
Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot,
itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia
muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang
kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku
rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar
aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa,
apalagi puas.<br />
<br />
Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai
sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku
malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main
beberapa menit saja sudah loyo.<br />
<br />
“Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang”, katanya masih
tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya
tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok
membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.<br />
<br />
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke
kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya
yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah
akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali
ke sofa karena lampu sudah nyala?<br />
<br />
Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.<br />
<br />
”Apa ini Tante?”<br />
<br />
“Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi”, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.<br />
<br />
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir
telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap
kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali
membawa gelas berisi air putih.<br />
<br />
Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.<br />
<br />
“Enak sekali Tante”, bisikku dekat telinganya.<br />
<br />
“Telor mentah dan madu lebah?”, tanyanya.<br />
<br />
“Bukan. Meqi Tante enak sekali.”<br />
<br />
“Mau lagi?” tanyanya menggoda.<br />
<br />
“Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.<br />
<br />
“Tapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.”<br />
<br />
“Iya Tante, janji”.<br />
<br />
Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya
tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan
VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba
mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu
lehernya. Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu
kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke
bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat
belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan
itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkat-angkat panggulnya
menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali
tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah
“Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi”, teriaknya tak sabar. Penis
yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.<br />
<br />
Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan
bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa
menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua
pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.<br />
<br />
“Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan
punggungku dengan mesra. Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin
bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan
Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkan seluruh batangku sampai
ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan
ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas,
meremas dan menghisap kontolku. Reaksi Tante ini menyebabkan aku
kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat
ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini
aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.<br />
<br />
“Maafkan Tante”, bisikku di telinganya.<br />
<br />
“Tak apa-apa Dit,” katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.<br />
<br />
“Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau
ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan”, katanya
tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh.
Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang
dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada
kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad
untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa,
bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.<br />
<br />
Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun
pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka
mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi. Kupandang Tante
Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak ber-celana dalam
dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di
selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian
dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. Ujung jembutnya
juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa
melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah
hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan
mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus
ke kamar mandi.<br />
<br />
Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok
pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih
memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.<br />
<br />
“Ini Dit, mandi saja disini,” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? ****** bener.<br />
<br />
Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan
singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan
kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.<br />
<br />
“Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku.<br />
<br />
Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah
Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku
tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak
sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor
mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu
dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh
pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari
terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega
berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri.
Madu lebahnya kusendok lebih banyak.<br />
<br />
Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.<br />
<br />
Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.<br />
<br />
“Tante, ini teh telornya masih ada”, kataku.<br />
<br />
“Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.<br />
<br />
“Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima
gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.<br />
<br />
“Saya kan dapat lagi ya Tante”, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi
dari gelas besar itu. “Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum
dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan
padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.<br />
<br />
Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.<br />
<br />
“Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku.<br />
<br />
Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya
segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket,
perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis
filem Jepang.<br />
<br />
Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu,
karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif.
Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke
mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya
yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu
kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku
lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher,
belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil
susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung,
mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.<br />
<br />
Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku
turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi
jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat
klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu
aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.<br />
<br />
Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante
Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding
liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia
juga.<br />
<br />
Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan
buru-buru ya sayang, …….. jangan buru-buru ya sayang.” Dan aku memang
berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih
sepakbola-ku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah
jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi
malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang
kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing
reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku
menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.<br />
<br />
Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya
menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama
Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan
lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil
mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan
menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang
mengarah ke jaring gawangnya. Selama lima menit berikutnya aku semakin
meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring
dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan
berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menit
berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi
hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang
kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama
membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka
kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke
panggulku Tante Ratih berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang ….
jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan,
menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil
inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku
gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu.
Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan
kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku
sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap
serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah
lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante
Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat
rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan
mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.<br />
<br />
“Dit”, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”<br />
<br />
“Memek Tante tebal dan enak sekali”, kataku balas memuji dia. Dan
pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi.
Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku
semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan
kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan
kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke
dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit
“oooooohhhhhh…” . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku,
takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah.
Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat
itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya
mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme
hebat sekali.<br />
<br />
“Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi”, katanya dengan nafas
panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada
keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan
letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi
senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.<br />
<br />
“Enak Tante?”, bisikku.<br />
<br />
“Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali”,
katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum
keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang
masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak
melanjutkan pertempuran.<br />
<br />
“Sebentar lagi ya Tante,” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti.
Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda.
Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua
tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam
mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air
mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali
berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya
berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti
tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.<br />
<br />
Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan
berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang
yang dimanfaatkan.<br />
<br />
Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau
sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan.
Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante
Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga
nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya
dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe
kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu
degil mendesak dan membujuk terus.<br />
<br />
Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai
itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil,
ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau
hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning.
Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe …
tapi itu cerita lain lagilah.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-23484040491014050592013-02-21T23:23:00.000+07:002013-02-21T23:23:48.106+07:00Dikocokin istri tetangga <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_-DdrZQ9dWqSUTRnVUTe9TMHFiOVuoN1Am1e2iwW1sqN0yMQLyHhPVtK439VHD-k1GWBPQNr-wa9r9vu1_1qEZoatATo3xm0j2ZoharJJhKw9jnUicFedLcPPnt3nJj24FNH0aspNZiI/s1600/670463071a544776aae39014b3c9d39bbecfd6c.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_-DdrZQ9dWqSUTRnVUTe9TMHFiOVuoN1Am1e2iwW1sqN0yMQLyHhPVtK439VHD-k1GWBPQNr-wa9r9vu1_1qEZoatATo3xm0j2ZoharJJhKw9jnUicFedLcPPnt3nJj24FNH0aspNZiI/s320/670463071a544776aae39014b3c9d39bbecfd6c.jpg" width="240" /></a></div>
Aku adalah seorang perantau.di jakarta, Namaku hendro. Usia ku 20 tahun
saat itu. Berangkat dari kampung dengan cita-cita memperbaiki nasib di
tengah kota metropolitan yang katanya kejam . Aku tinggal di rumah petak
bersama kakak perempuan di selatan Jakarta. Sebagai pendatang baru di
perantaau wajar toh aku numpang bersama kakak, apalagi kakaku berstatus
belum kawin. Berikut ini adalah pengalaman ketika aku pertama kali
mengenal yang namanya seks<br />
<a name='more'></a>. yang mengajariku adalah seorang wanita
setengah baya berstatus istri orang bernama bu Irma. Aku sendiri
memanggilnya mba irma, mungkin karena sama-sama dari jawa jadi aku
memanggil mba.. Mba irma adalah wanita berparas manis berusia 36 tahun.
Dia telah memiliki anak berusia 7 tahun yang sedang duduk di kelas 1 SD.
Mba irma adalah tetanggaku yang juga ngontrak di deretan rumah petak
itu.<br />
<br />
Kejadian itu terjadi pada hari minggu di awal bulan. Kakakku ketika
sedang jalan-jalan sama pacarnya, sementara suami mba irma juga sedang
sedang pulang kampung karena ada sedikit keperluan, mba irma sendiri
tidak ikut karena biasanya dia pulang kalo lebaran tok.<br />
Jam setengah dua siang aku baru habis makan di warung nasi depan. Di
depan rumah mba irma tampak sendirian. Para tetangga di rumah petak itu
mungkin pada jalan-jalan di hari minngu ini. Aku sendiri gak pergi
kemana-mana. Cewek gak punya. Jalan-jalan sama siapa.<br />
<br />
“dari mana dro” sapa mba irma<br />
“habis makan mba”<br />
“oo….”<br />
Aku sempat masuk ke kemar mandi, kemudian menyalakan tv di ruang depan.
Kini posisi ku di pintu rumah sambil ngobrol dengan mba irma yang duduk
di tembok pembatas petakan rumah yang tingginya selutut.. Kami pun
ngobrol tentang macem-macem,<br />
“retno sebentar lagi mau nikah, kamu sendiri kapan dro” Tanya mba irma.
Retno yang di maksud adalah kakakku, memang setelah lebarn ini mau
nikah.<br />
“wah gak tahu mba. Belum ada bayangan”<br />
“tapi kalo kawin sih sudah kan?”canda mba irma senyum-senyum<br />
“wah mba ini bisa aja”<br />
“anak jaman sekarang udah nggak aneh, ya kan?”<br />
“iya sih, tapi nggak nggak termasuk saya kan mba” kilahku, karena memang aku belum pernah ml.<br />
Entah bagaimana awalnya, tempat kami ngobrol menjadi berubah. Mba indah
di muka pintu rumahku, sementara aku lebih masuk kedalam.<br />
<br />
“aduh mba pengen pipis nih, numpang ke belakang ya dro”<br />
Tanpa minta persetujuan dariku mba irma ke kamar mandi di belakang.
Sekembalinya dari kamar mandi aku bener-bener terangsang dengan gaya mba
irma yang membentulkan posisi celana dalamnya. Yah meskipun dia memakai
rok tapi kalo liat dia sambil jalan membetulka posisi celana dalam,
terangsang juga. Atau karena memang teganganku tinggi kali ye..<br />
<br />
“sering sering aja mba numpang pipis disini, biar nanti saya intip hehehe….” Aku mencandainya<br />
“gak usah di intip, kalo mau lihat juga di kasih” jawabnya kalem mesem-mesem<br />
Skak mat. Mati kutu aku tidak berkata-kata lagi. Ternyata dia pintar bercanda.<br />
Mba irma tertawa dalam kemenangan. Sementara aku juga ikut mentertawakan kekalahanku .<br />
Mba irma tidak keluar dari ruang depan rumahku. Kini dia malah tidur telentang di tikar menghadap tv dengan tergeletak disana.<br />
“dro kalo mau ngintip dari sana”katanya menunjuk<br />
Sontak saja aku kaget. Tapi aku tertawa saja.<br />
“loh kok malah ketawa, katanya mau ngintip hehehe…..”<br />
“aduh kalah deh mba,” kataku tak mau melanjutkan obrolan soal intip mengintip tadi.<br />
“coba kesini sebentar dro”.<br />
Aku mendekati mba irma yang sudah dalam posisi duduk.<br />
“ada apa mba?”<br />
“ade kecil kamu bangun ya?”<br />
Gila…. Edan…. busyet ….sekali lagi aku mati kutu. Wajahku entah mau di taruh dimana lagi di godaan mba irma.<br />
“eee….eeeee……..”<br />
Tangan mba irma bergerilya tepat di kontolku. Meremas-remas keras
membuat jantung ku naik turun. Takut. Enak. Dan entah apalagi perasaan
yang berkumpul jadi satu.<br />
“wah keras banget dro.” Mbak irma berbisik pelan. Kemudian dia membuka
resleting dan kancing celana serta mengeluarkan kontolku dan balik
celana dalam.<br />
<br />
“mba….mba ….” Aku terbata-bata<br />
Mba irma terus meremas kontolku, matanya kadang melirik kearah pintu.
Tubuhnya sudah rapat di tubuku. Bahkan dengan sangat menggairahkan dia
sengaja menggesek-gesekan toketnya di lenganku. Sementara aku yang
semula diam ikut larut dalam permainan dengan meremas toket dan memeluk
tubuhnya.<br />
<br />
‘ginama dro, enak nggak….”<br />
Aku hanya mengganguk.<br />
“liat-liat keluar barangkali ada orang”<br />
Setelah mengatakan itu, mba irma lebih nekat. Mulutnya langsung turun ke
bawah. Menghisap kontolku. Gila bener. Baru pertama kali kontolku di
hisap cewek begini.<br />
‘oghhh…oghhh…..”<br />
Entah apa yang ada di pikiran mba irma, dia sangat menikmat kontolku.
Dikocoknya dengan tangan. Di sedot dengan mulut serta di permainkan
dengan lidah.<br />
Aku terus bekerja. Tangan kananku menggangkat roknya hingga menampakan
celana dalam warna putih. Aku sangat bernafsu meremas bokong besar ini.
Sementara tangan kiriku bergerak mengelus kepala mba irma.<br />
Tidak sampai sepuluh menit kejadian itu. Karena tiba-tiba spermaku muncrat ke dalam mulutnya. Crot….crot…..seeerrrrrrr…….<br />
Kepala mba irma sempat terkaget ketika semportan pertamaku. Selanjutkan mulut dapat menguasai lompatan –lompatan air kental ini.<br />
Mulut mba irma baru lepas ketika semprotanku sudah habis. Luar biasa.
Setelah itu mba irma menelan semua sperma yang masih terkumpul di
mulutnya.<br />
Aku membenahi celana. Kemudian mba irma mengecup jidatku. “enak sayang?”<br />
aku hanya mengganguk kemudian memeluknya.<br />
“ambilin mba minum yah”<br />
Aku mengambil segelas air putih dan memberikan kepadanya. Setelah meneguk setengah gelas. Mba irma kembali mendekat.<br />
“tuntasin mba ya sayang”.setelah mengatakan itu mba irma berbaring
telentang, melorotka celana dalamnya. Kemudian memasukan ke saku roknya
sendiri. .mba irma kemudian memintaku untuk menjilati memeknya sampai
dia mencapai orgasme. Semua aman terkendali tidak ada yang tahu.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-57279915291095859802013-02-21T23:21:00.002+07:002013-02-21T23:21:28.785+07:00Kurengut keperjakaan anak majikan ku <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXYPWGzvf-9dj3FdL5Y9Y7uzoZL-CBW2aSrbI0YVFhcDN2EQjc5fCsUaW9NoWpFfvyRz9Tv1dq7vk4SMyX3DU9iiWRtiPW2nYaFK0fsCsA0yUlJwD3fXLEnV2BdJvTH7Y6BBXhR2klQx8/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXYPWGzvf-9dj3FdL5Y9Y7uzoZL-CBW2aSrbI0YVFhcDN2EQjc5fCsUaW9NoWpFfvyRz9Tv1dq7vk4SMyX3DU9iiWRtiPW2nYaFK0fsCsA0yUlJwD3fXLEnV2BdJvTH7Y6BBXhR2klQx8/s320/2.jpg" width="320" /></a></div>
Namaku Asri, biasa dipanggil "Sri" saja, asli dari Solo, pernah 4 kali
menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami
semua meninggalkanku,bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161
cm dengan berat badan 50 kg,"kamu persis Desy Ratnasari, Sri!", kata
mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku
persis seperti Desy Ratnasari.<br />
<br />
Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg
Yogyakarta,majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang
masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang
pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan
lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai
guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini,
tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22thn, masih kuliah, kata Ibu
Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi
insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng<br />
<a name='more'></a>, pinter pula...<br />
<br />
Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi
dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang
hingga semata-kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang
dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan
soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu,
pakaianku semuanya agak ketat,sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup
terlihat dengan jelas.<br />
<br />
Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk
tubuhku,aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke
arahnya,sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling
telat jam 7:15,mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas
Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan
bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau
ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan
keperjakaannya.<br />
<br />
Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di
rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum
berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah.
Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai
membersihkan rumah dan mencuci pakaian. "Baik, Bu!", begitu sahutku pada
Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku
selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti
mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan
mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan
sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan
pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul,
kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa
merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku.<br />
<br />
"Mas Har. Mas Har!" panggilku menggoda, "tadi Ibu pesan supaya Mbak Sri
memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas
Har?"<br />
<br />
Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat
penampilanku,"Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sri... Persis Desy
Ratnasari... ck, ck, ck..."<br />
<br />
"Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?"<br />
<br />
"Jadi, dong..." sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, "ayo,
ayo...",ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi....<br />
<br />
"Kok Wangi, Mas Har?" Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.<br />
<br />
"Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,".<br />
<br />
Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana
aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai
kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum "to-the-point" ,
padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat
merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan
sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.<br />
<br />
"Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?", aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.<br />
<br />
"Mau Mbak Sri ajari?", wajahnya merah padam dan segera berubah pucat.
Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya,
dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya
yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya
yang merah delima, dia makin menggebu, batang kontolnya mengeras seperti
kayu...<br />
<br />
Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan...<br />
<br />
"Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong..." desahku makin membuat nafasnya menderu...<br />
<br />
"Mbak Sri, aku cinta kamu...." suaranya agak bergetar..<br />
<br />
"Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,"
kubisikkan desahanku lagi.... Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos
oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut
kontolnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan
kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat...<br />
<br />
"Aduuuh, enaaaak, Mbak Sri...." jeritnya...<br />
<br />
Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan
kontolnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi
muncrat. Dia membukarok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka
selangkanganku.<br />
<br />
"Jilat itil Mbak Sri, Mas Haaaarrr..., yang lamaaa...", godaku lagi...
Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke nonokku dan menjilati
itilku dengan sangatnafsunya.... "Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr...
., sampai air mani Mabk Sri keluar, ya masHaaar".<br />
<br />
"Lho, perempuan juga punya air mani..?" tanyanya blo'on. Aku tak menyahut karena keenakan...<br />
<br />
"Mas Haaarrr, saya mau keluaaar..." serrrrrr.... serrrrrrrrr. ... membasahi wajahnya yang penuh birahi.<br />
<br />
"Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sri puaaaaaassss sekali bercinta
dengan MasHar..... ****** Mas Har belum keluar ya? Mari saya masukin ke
liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan. ..."<br />
<br />
Kugenggam batang pelernya, dan kutuntun mendekati lubang nonokku,
kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi... Sebelum
kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang
nonokku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu nonokku dengan
kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus
kontolnya Mas Har nanti..<br />
<br />
"Sebelum masuk, bilang 'kulonuwun' dulu, dong sayaaaaaang. ..", Candaku....<br />
<br />
Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas
meja kecildi samping ranjang..... lagunya.... mana tahaaaan....<br />
<br />
"Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu..... ."<br />
<br />
"Kulonuwun, Mbak Sri cintakuuuuu. ..."<br />
<br />
"Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu. ..", segera kubuka
lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan
kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang kenikmatannya bisa
menghunjam dalam-dalam. ... Sreslepppppp. ........ blebessss... ..<br />
<br />
"Auuuuuow... .", kami berdua berteriak bersamaan... ..<br />
<br />
"Enaaaak banget Mbak Sri, nonok Mbak Sri kok enak gini sih....?"<br />
<br />
"Karena Mbak Sri belum pernah melahirkan, Mas Har... Jadi nonok Mbak Sri
belum pernah melar dibobol kepala bayi..... kalau pernah melahirkan,
apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti nonoknya longgar
sekali, dan nggak bisa rapet seperti nonoknya Mbak Sri begini,
sayaaaaang.. . lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti
SUPER-PERET. ...", kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan...
Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat
sekali....<br />
<br />
Sekarang giliranku yang di atas... Mas Har terlentang keenakan, aku
naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah,
kalau aku di atas, itilkuyang bertumbukan dengan tulang selangkang Mas
Pur, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya. ....<br />
<br />
Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC,
sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan
dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap
terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har
malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada
tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur
tubuhku.<br />
<br />
Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi... kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan ****** dan nonok kami.<br />
<br />
Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh... sodokannya mantep
sekali... terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep. .. terkadang
cepat plok-plok-plok. .. benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan
Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga
kali air nonokku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu
itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme... benar-benar
nonokku sampai kredut-kredut karena dihunjam dengan mantapnya oleh
****** yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam
alu..... bertubi-tubi. ... kian lama kian cepat...... waduuuuhhhhh.
.....Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan... ...<br />
<br />
"Mbak Sri, aku hampir keluaaaaaar nih...!!" ....<br />
<br />
"Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar.... Yuk
kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg"<br />
<br />
"Ambil nafas panjang, Mas Har... lalu tancepkan kontolnya
sedalam-dalamnya sampai kandas...... baru ditembakkan, ya Maaaasss...
ssssshhhhhh. ......."<br />
<br />
Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku
kulingkarkanpada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih
lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hunjaman ******
Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh...hhhhh.
...hhhhhh. .... seirama dengan hunjaman kontolnya yang semakin
cepat.....<br />
<br />
"Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!" , Mas Har menancapkan kontolnya
lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut
rahimku....bersamaan dengan keluarnya air nonokku yang kelima kali, Mas
Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat
kerasnya....<br />
<br />
CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT
!!!CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan
CROOTTTTT!!!CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi..... Seperti wong edan,
kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;<br />
<br />
"Enaaaaaaaaaakkkkk! "..... sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya...
dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama nonokku sampai seperti
"bonyok" rasanya..... Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh
telanjangku. .... sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan...<br />
<br />
"Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang... masih terasa enaknya...
tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh
cabut yaaa......"pintaku memelas..... kami kembali bercipokan dengan
lekatnya.... .. kontolnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo
seperti punya mantan-mantan suamiku dulu....<br />
<br />
"Mbak Sri sayaaaang, terima kasih banyak ya..... pengalaman pertama ini
sungguh-sungguh luar biasa... Mbak Sri telah memberikan pelayanan dan
pelajaran yang maha-penting untuk saya...... saya akan selalu mencintai
dan memiliki Mbak Sriselamanya... ."<br />
<br />
"Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki... tanpa kawin pun
kalau setiap pagi --setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja--,
kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss.....
Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita
tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai nonok saya endut-endutan rasanya
tadi....."<br />
<br />
"Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk
mahasiswa baru... jadi ndak ada kuliah...", kata Mas Harianto.<br />
<br />
"Nah... kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya
sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main
teruuuusss,sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?", sahutku semakin
menggelorakan birahinya.<br />
<br />
"Nantang ya?" Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia.....<br />
<br />
"aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri...."<br />
<br />
kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat.... setelah
mencabut kontolnya dari nonokku, Mas Har terlentang di sisiku,
kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu....
radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi... lagunya masih
tetap "kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu...."<br />
<br />
Setelah lagunya habis, "Mas sayaaang, Mbak Sri mau bangun dulu ya.... Mbak Sriharus masak sarapan untuk Mas...."<br />
<br />
"Untuk kita berdua, dong, Mbak Sri.... masak untuk dua porsi ya... nanti
kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?", sambil ditowelnya
tetekku, aku kegelian dan"auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin
Mbak Sri ya.., Mbak Sri tambah sayang deh".<br />
<br />
Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,<br />
<br />
"Mas, numpang cebokan, ya..."<br />
<br />
Kuceboki nonokku, nonok Asri yang paling beruntung hari ini, karena bisa
merenggutdan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har... waduuuuhhh.. .
benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun nonokku
sampai kewalahan disumpal dengan ****** yang begitu gede dan kerasnya --
hampir sejengkal-tanganku panjangnya.. .. wheleh.. wheleh....<br />
<br />
"Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu- Jahe
(STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat
lagi, ya sayaaaaaang...."<br />
<br />
Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil
kubisikkan kata-kata sayangku... "Sekarang Mas Har istirahat dulu,
ya..." kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu...<br />
<br />
"Terima kasih, Mbak Sri... Mbak begitu baik sama saya... saya sangat sayang sama Mbak Sri...".<br />
<br />
Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ
untuk kekasihku... . setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,<br />
<br />
"Mas Har sayaaaang... . mari diminum dulu STMJ-nya, biar kontolnya keras
kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sri ajari lagi gaya-gaya yang lain,
ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan
masih ada seratusgaya lagi lainnya, Masssss," kataku membangkitkan lagi
gelora birahinya... selesai minum diciuminya bibirku dan kedua
pipiku.... dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh
telanjang dilapisi selimut.<br />
<br />
Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku,
menyapu rumah dan mengepelnya. . semua kulakukan dengan cepat dan
bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama
lagi dengan Mas Har nanti....<br />
<br />
Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar,
sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua...
hmmm.... nikmat dan mesranya... seperti penganten baru rasanya...<br />
<br />
Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar,
kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan
kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan
pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa
beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung
kubuka saja pintu kamarnya...<br />
<br />
Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun
dari tidurnya,tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco
(mengocok kontolnya), dengan wajah merah-padam. .. Segera kuletakkan
makanan di atas meja tulisnya..<br />
<br />
"Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya... nanti bisa lecet...
nanti pasti Mbak Sri kocokkan... tapi Mas Har harus makan dulu, supaya
ada tenaga lagi...kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama
senggamanya, Mas!"<br />
<br />
Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku,
dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku
yang kiri... Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,<br />
<br />
"Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang. .., yuk kita makan nasi goreng
kesukaan Mas,sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut..."<br />
<br />
Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya
mengkilik-kilik itilku dengan sangat birahinya. Wah! Edhiaan tenan
reaksi STMJ tadi.... Hihihi...<br />
<br />
"Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak
nikmaaat.... ",dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan
tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar
coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har
pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku.... wah! mesranya,
Mas Har-ku ini...Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu
aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan
kumasukkan pisang tadi ke dalam liang nonokku.... Mas Har agak
terkejut,<br />
<br />
"Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang nonok Mbak Sri?
Kalau bisa, nanti Mbak Sri ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama
yang lain deh!"<br />
<br />
"Siapa takut!" sahut Mas Har...<br />
<br />
Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap... mulutnya di depan
nonokku,ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit
digigitnya daging pisangnya, sedangkan kontolnya pun terjuntai ngaceng
di depan mulutku.... segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang
ngaceng itu ke dalam mulutku,kumainkan lidahku mengusap-usap kepala
kontolnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang nonokku,
sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan
seluruh bulu-bulu tubuhku....<br />
<br />
"Mbak Sri, pisangnya sudah habis.... hebat kan?" Katanya lugu...<br />
<br />
"Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sri..." sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.<br />
<br />
"Sekarang apalagi?" tanya Mas Har...<br />
<br />
"Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang nonok saya... dan saya
akan meng-emuti dan mengocok ****** Mas dengan mulut saya.... ini
namanya gaya 69,Mas sayaaang... mulut Mas ketemu nonok saya dan mulut
saya ketemu ****** Mas Har.... Enaaaak kan, sayaaang?"<br />
<br />
"Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak......"<br />
<br />
"Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas.... harus sabar dan tenang,
sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan
cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar kan saya harus nunggu
lagi ****** Mas ngaceng...kasian dong sama saya, Mas," suaraku kubikin
seperti mau menangis.... .<br />
<br />
"Maafkan saya, ya Mbak Sri.... saya belum ngerti... mesti harus banyak belajar sama Mbak....."<br />
<br />
Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis kontolnya, kuhisap-hisap dan
kumaju-mundurkan dalam mulutku.... sementara Mas Har meluruskan lidahnya
dan menjilati ITIL-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam
liang nonokku... ini berlangsung cukup lama...<br />
<br />
Pada menit kelimabelas, serrr... serrrr... serrrr.... cairan hangat
nonokku meluap,sekarang Mas Har malah menelannya.. .. aooowwww!<br />
<br />
Dan pada menit keduapuluhlima, serrr... serrrr... serrrr.... lagi, kali
ini lebih enaaaaklagi, kukejangkan seluruh tubuhku.... sambil mulutku
tetap terus mengocok kontolnya yang kerasnya minta-ampuuuuun. ... pada
waktu itu juga,kontolnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya,
langsung kutelan<br />
<br />
seluruhnya, sampai hampir keselek..... .<br />
<br />
"Enaaaakkkk. ...." Mas Har berteriak keenakan.... .<br />
<br />
Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut
kontolnya yang masih cukup keras, kuhisap terus kontolnya, sampai tubuh
Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya. ....
kujilati ****** Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku
berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih
tetap di atas...<br />
<br />
"Gimana, Mas Har sayaaang.... Enak opo ora?" godaku...<br />
<br />
"Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan.... ", kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu.....<br />
<br />
Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi.... mulut kami tetap
berpagutan dengan sangat kuaaaatnya.. ... Kucari kontolnya dan
kupegang... wah sudah ngaceng keras lagi rupanya..... luarbiasa kuatnya
Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi.....<br />
<br />
"Mas Har... saya ajari gaya kuda-kudaan. .. mau nggak?",<br />
<br />
"Mau dong, sayaaaang... . Gimana?", tanyanya penasaran... .<br />
<br />
"Mas Har duduk menyender dulu....."<br />
<br />
Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah
bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil
posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam kontolnya dan kutancapkan ke
nonokku dari belakang.... BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua
tetekku dari belakang....<br />
<br />
Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang
naik kuda....semuanya berlangsung dengan sangat halus.... sehingga tidak
sampai menimbulkan lecet pada ****** Mas Har maupun nonokku.....<br />
<br />
"Gimana Mas?", tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat..... .<br />
<br />
"Benar-benar Mbak Sri pantas menjadi dosen percintaan saya.....",
katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan...<br />
<br />
Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har...
Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat
perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har.....
inilah arti sesungguhnya persetubuhan. ...<br />
<br />
Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa
kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin
didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya,
diremas-remas lagi...membuatku kembali ingin mencapai puncak
kenikmatan.. .. kukejangkan seluruh anggota tubuhku.... Mas Har sudah
mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak.....<br />
<br />
"Keluar lagi ya, Mbak?" tanyanya.... . Ya! serrr... serrrr...
serrrrr...., kembali cairan hangat nonokku tertumpah lagi.... kelelahan
aku rasanya..... .<br />
<br />
lelah tapi enaaak....<br />
<br />
Aku melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, kekeringkan nonokku dengan
dasterku supaya peret lagi... Mas Har melihat pemandangan ini dengan
wajah lugu,kuberi dia senyum manis....<br />
<br />
"Saya sudah capek, Mas.... Gantian dong... Mas Har sekarang yang goyang, ya?"<br />
<br />
Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang..... Mas Har
kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari
belakang,<br />
<br />
"Yang ini gaya anjing-anjingan, Mas..... tapi jangan salah masuk ke
lubang pantatya... pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho
ya...."<br />
<br />
"Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sri?" tanyanya lucuuuu....<br />
<br />
"memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan... .. itu
kan namanya tidak adil, Mas.... Lagipula lubang pantat itu kan saluran
untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena
penyakit aids, Mas.... Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho,
hiiii.... seremmmm.... "<br />
<br />
Mas Har memasukkan kontolnya pelan-pelan ke lubang nonokku dari belakang
sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii. ....
seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini..... aku
tahu sekarang.... Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku
persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada
diriku....<br />
<br />
"Aaaaahhhhhh. ...", aku mendesah sambil merasakan hunjaman kontolnya
yang kembali menembus nonokku, demikian juga dengan Mas Har...
dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya
meremas tetekku..... . Dia mulai menggoyangkan kontolnya maju mundur....
blep-blep-blep. .....aduuuuhhh. ....mantapnyaaaa. ..... tenaganya
sangat kuat dan berirama tetap...... membuat aliran-darahku menggelepar
di sekujur tubuhku..... ..<br />
<br />
"Enaaaak, Maaaaasssss. ......", lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota
tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat nonokku kesekian
kalinya..... . puaaaasssss sekali tiada taranya..... ..<br />
<br />
"aaaaaahhhhhhhh. ......... ", lenguhku.... ....<br />
<br />
"Lap dulu dong, Mbak Sriiii..... becek sekali nih...." pintanya.... .<br />
<br />
Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya..... . segera dia mengeringkan
nonokku dan juga kontolnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku.... .<br />
<br />
"Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr. ...." desahnya membuatku semakin terangsang.. ....<br />
<br />
"Tembakkan saja, Massss...... .."Tembakannya masih sekencang yang
sebelumnya.. .... sampai nonokku penuh dengan air-pejunya yang
ekstra-kental itu.......<br />
<br />
"Aaaaahhhhhhhh. ......" Mas Har berteriak keenakan.... .. demikian juga
dengan aku,kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi kontolnya dengan cairan
hangat kenikmatan nonokku..... .<br />
<br />
"Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr..... ... Mbak Sri cintaaaaa banget sama Mas Har......."<br />
<br />
"Aku juga Mbak..... selain Mbak Sri, tidak ada perempuan lain yang aku
cintai didunia ini .....", aku tahu kata-kata ini sangat jujur....
membuatku semakin menggelinjang kenikmatan.. ....<br />
<br />
"Terima kasih Mas Harrrrrr.... . untuk cinta Mas Har yang begitu besar
kepada saya....." Dengan tanpa melepaskan kontolnya, Mas Har dengan
hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh
telanjangku. ... dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku
mengambil posisi tengkurap... .. dengan Mas Har tengkurap di
belakangku.. ...<br />
<br />
Mulutnya didekatkan pada telingaku... . nafasnya menghembusi tengkukku... .membuatku terangsang lagi......<br />
<br />
"Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sri..... Apa Mbak Sri juga puas?"<br />
<br />
"Tentu, Mas Har..... dari pagi tadi sudah sembilan kali nonok saya
memuntahkan air hangatnya... .. Pasti saya puasssss bangettt, Mas!"<br />
<br />
"Terima kasih, ya sayaaaang... ... aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sri seperti ini......."<br />
<br />
"Boleh, Massss.... saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari.....
kecuali hari Minggu tentunya.... . Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah
kalau Minggu...."<br />
<br />
Mas Har melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, aku segera mengambil
posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku....<br />
<br />
Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40...... sambil berpelukan dan
berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami
berdua... dan kami pun tertidur sampai siang.....<br />
<br />
Sudah hampir jam setengah-dua ketika aku terbangun, pantes perutku
rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari
tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat
langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya
untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini,<br />
<br />
"Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore...."<br />
<br />
"Mmmm..." Mas Har menggeliat, "sudah jam berapa, istriku?""Setengah-dua, suamikuuuu.. ...", jawabku genit....<br />
<br />
"Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa,
kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sri tutup tadi...."<br />
<br />
Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/ mengangkatku ke ruang tamu.<br />
<br />
"Edhian tenan, koyok penganten anyar wae....." kataku dalam hati.... ("gila benar,seperti pengantin baru saja")....<br />
<br />
Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil
kuelus-elus ****** Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu
lagi.....<br />
<br />
Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku
segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga
mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan. ...<br />
<br />
"Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya.....,
lebih terasa lho gesekan ****** Mas Har di dalam nonok Mbak Sri nanti,"
ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har....<br />
<br />
Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan
mesra.Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk,
belakang telinga, leher,terus turun ke bawah, payudara-kiriku
kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut.....<br />
<br />
Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak kagi ke
bawah,ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku
mendesah-mendesisnikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut
lubang nonokku, mengenaiitilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat...,
kukejangkan seluruh tubuhku,sampai pingganggku tertekuk ke atas,
serrrrrr.... kubasahi tangannya yang lembutdengan semburan cairan hangat
yang cukup deras dari nonokku...<br />
<br />
"Mas, masukkan sekarang, Masssss..... Mbak Sri udah nggak tahaaaannnn. .....",pintaku manja.....<br />
<br />
Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku
tinggi-tinggi,kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang
kenikmatan.. ...<br />
<br />
"aaaaahhhhhh. ......" lenguhan kami kembali terdengar lebih seru....
****** Mas Harbaru masuk setengahnya dalam nonokku, dimajukannya lagi
kontolnya, dankumajukan pula nonokku menyambut sodokannya yang
mantap-perkasa. ....<br />
<br />
"Mas sayaaaang... maju-mundurnya barengan, ya.....", ajakku sambil
mengajariteknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini "Gaya Miring",
dengan gaya inikami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak
saja.....<br />
<br />
Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba.... rasanya
lebih enakdibandingkan pria di atas wanita di bawah.... Kulihat Mas Har
merem-melek,demikian juga dengan diriku, ****** Mas Har dengan irama
teratur terusmenghunjam-mantap berirama di dalam liang sempit Asri.....
nonokku mulaitersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan
hangatnya... ..<br />
<br />
"Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk. .......", aku agak berteriaksambilmendesis.... ...<br />
<br />
Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini.....<br />
<br />
"Ganti gaya, Maaaasssss.. .. cabut dulu sebentar.... ." ajakku lagi,
sambil kuputartubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har
memelukku kuat daribelakang, sambil meremas lembut kedua tetekku,
kuangkat kakiku sebelah, dankuhantar lagi kontolnya memasuki
nonokku..... .<br />
<br />
"aaaaaaaaahhhhhhhhh hh.... enak, Mbak Sriiiiii.... ..., gesekannya lebih
terasa dariyang tadiiiiii... .." Mas Har mendesah nikmat.....<br />
<br />
Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif
memaju-mundurkankontolnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya.
.....<br />
<br />
Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini......<br />
<br />
"Mbak Sri, siap-siap yaaa.... rudalku hampir nembak...."<br />
<br />
Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya......<br />
<br />
"Aaah, aaah, aaahh...." Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air
maninyadengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh
dinding-dindingrahimku..... setrumnya kembali menyengat seluruh kujur
tubuhku.....<br />
<br />
"Aaaaaaaa... ......" aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga airnonokku..... .<br />
<br />
Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus
terasa.....tanpa melepaskan pelukan dan juga kontolnya, masih dengan
posisi miring, kamitertidur lagi beberapa menit... sampai semua getaran
mereda......<br />
<br />
Jam tiga sudah lewat.... berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dankakak-kakaknya pulang dari kerja.....<br />
<br />
"Mas, bangun, Mas.... sudah jam tiga lewat..... saya kan mesti
membereskan kamarini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila
ada Ibu....."<br />
<br />
"Mandi bareng, yok..... di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?"ajaknya....<br />
<br />
Dicabutnya kontolnya dari lobang nonokku yang sudah kering,
aduuuhhhhenaknya..... . Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas
Har bangkit danmemelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan nonokku,
kembali birahiku naik.....Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami
berdua berpelukan, berciuman,merangkul kuat.... Dengan posisi berdiri
kembali ****** Mas Har mengeras bagaibatu, segera kurenggut dan
kugenggam dan kumasukkan lagi ke nonokku. Dengantubuh basah disiram air
hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kamibersenggama
lagi...... bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan
kontolnyamaju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat
tubuhnya yangperkasa.....<br />
<br />
"Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg. ...", tanpa melepaskan kedua alat
kelaminkami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di
bagian-bagian yang peka-rangsangan. ...<br />
<br />
"Lepas dulu, ya sayaaanggg.. .. kuambilkan handuk baru untuk
kekasihku... ..", MasHar melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian,
dan diambilnya dua<br />
<br />
handuk baru, satu untukku satu untuknya... Selesai handukan, aku
bermaksudmengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir
persenggamaan hari ini sudahselesai.....<br />
<br />
"Eiittt, tunggu dulu, istriku..... Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi diliang hangat cinta kita......"<br />
<br />
Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini..... kuhitung-hitung sudah 12 kaliaku menyemburkan air nonok sedari pagi tadi...<br />
<br />
Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang... biar Mas Har menindihkudari atas.....<br />
<br />
Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup..... dengan "Gaya
Sederhana"pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang
melindungikepasrahan wanita.... Mas Har terus menggoyang kontolnya
maju-mundur. ....<br />
<br />
Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus denganmantapnya maju-mundur begitu kuat.....<br />
<br />
"Mas Har, Mbak Sri sudah mau keluar lagiiiiii... ...", kukejangkan kedua kakiku dansekujur tubuhku.....<br />
<br />
"Mbak, aku juga mau keluar sekarang.... ..", dalam waktu bersamaan kami
salingmenyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami
masing-masing. .....<br />
<br />
"Enaaaaaaaaaaakkkkk kk, Mas Haaaaaarrrrrr. ......"<br />
<br />
"Puaaaaassssss, Mbak Sriiiiii.... ......"<br />
<br />
Mas Har langsung ambruk di atas ketelanjanganku, waktu sudah hampir
jamemapat..... semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya.....<br />
<br />
"Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sri mau siap-siap dulu ya, sayaang..."<br />
<br />
Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut kontolnya... . "<br />
<br />
ari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sriii... Bagaimana akuakan sanggup melupakannya? "<br />
<br />
Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har.... segera
aku larimenuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes
dari lubangnonokku yang agak bonyok.....<br />
<br />
Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus
berlenganpanjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas.... semua
ini untuk"mengelabui" Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk
menutupi sisi lainkehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama..Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-44066681130735050372013-02-19T19:51:00.000+07:002013-02-19T19:51:00.273+07:00Kakek yang beruntung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDMnNDzAH8r47szd9iYvsbGh9zb57x46j4u4D5d1n3_DdHH8Mq05ox7W6sLtiERCfsinDh-Mp6BjF5ACyQ5oVsbfE4tQPdUuBYhjngbwPD1IZ1Jb9liIob2mFLR4yh1LXAnBVmvMp0kEQ/s1600/model1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDMnNDzAH8r47szd9iYvsbGh9zb57x46j4u4D5d1n3_DdHH8Mq05ox7W6sLtiERCfsinDh-Mp6BjF5ACyQ5oVsbfE4tQPdUuBYhjngbwPD1IZ1Jb9liIob2mFLR4yh1LXAnBVmvMp0kEQ/s320/model1.jpg" width="320" /></a></div>
Joko adalah seorang kakek berumur 65 tahun yang telah memiliki 5 orang
cucu, kelima cucu Joko ini merupakan anak-anak dari keempat anaknya yang
telah dewasa dan semuanya telah bekerja di luar kota dan bahkan ada
pula yang bekerja di luar pulau Jawa. Joko menjalani hidup sehari-hari
bersama istrinya yang setia. Istri Joko berusia 50 tahun, beda 15 tahun
dengan Joko. Istri Joko merupakan istri yang setia yang telah menemani
dan hidup bersama Joko selama 40 tahun. Keduanya hidup di desa, sebut
saja nama desanya adalah Desa Sukamaju. Namun yang akan diutarakan oleh
penulis pada cerita ini bukan mengenai kehidupan Joko dengan istrinya<br />
<a name='more'></a>
melainkan kehidupan Joko sebagai “Kakek Yang Beruntung”, mau tau kenapa
si Joko disebut beruntung. Ikuti saja cerita ini setiap
episode-episodenya, don’t miss it.<br />
<br />
Cerita ini bermula ketika Desa Sukamaju, tempat di mana si kakek jagoan
kita tinggal, kedatangan sepasang penganten baru dari salah satu kota
besar di propinsi Jawa Timur . Dan secara kebetulan, pada saat itu rumah
tepat di sebelah rumah Joko sedang kososng. Sepasang penganten baru itu
akhirnya memutuskan untuk menempati rumah itu karena rumah itu berada
di tempat yang strategis, selain dekat dengan jalan besar, hawanya sejuk
dan adem serta karena rumah itu dekat dengan pasar sehingga tidak perlu
berjalan jauh kalau perlu belanja kebutuhan sehari-hari. Mereka
memutuskan untuk pindah dari kota ke desa karena sang suami ditugaskan
sebagai salah satu pimpinan di Koramil I Desa Sukamaju. Setelah si Joko
berbincang-bincang dengan calon tetangganya itu, diperoleh informasi
bahwa si suami bernama Andi berusia 25 tahun sedangkan istrinya bernama
Dina berusia 21 tahun. Andi bekerja sebagai Angkatan Darat pemula yang
baru saja lulus akademi militer di kota asalnya. Selama perbincangan
sambil memperkenalkan dirinya dan istrinya, si Joko juga bersikap ramah
kepada sepasang calon tetangganya tersebut. Karena sikap Joko yang ramah
itulah Andi dan Dina merasa sudah nyaman dan tak perlu lagi khawatir
mengenai bagaimana pergaulan di desa yang baru akan mereka tinggali ini,
bahkan dalam waktu yang singkat itu mereka telah menganggap Joko dan
istrinya selayaknya bapak dan ibunya sendiri. Mereka tidak tahu apa yang
ada di dalam benak Joko pada saat itu. “It’s show time” kata Joko dalam
hati.<br />
<br />
Selama perbincangan yang akrab dengan Andi dan Dina itu, mata si Joko
selau mencuri-curi pandang kepada Dina yang ikut mendengarkan Andi
ngobrol dengan Joko. Si Joko tak henti-hentinya mencari kesempatan untuk
mengintip kearah tubuh Dina. Dina tidak memperhatikan perilaku Joko itu
karena selain si Joko cukup lihai dalam hal intip-mengintip sehingga
tidak ketahuan juga karena Dina terlalu asik mengobrol dengan istri Joko
yang juga terkenal ramah di desa itu. Dina adalah wanita yang cantik
dengan kaca mata yang menambah keanggunannya, tubuh Dina sangat sexy
selain kulitnya yang putih banget bak pualam, terawat layaknya
cewek-cewek kota, mulus, juga karena kulitnya mengkilat bila terkena
cahaya matahari, serta rambutnya hitam panjang. Tapi yang membuat Joko
menelan ludahnya beberapa kali bukan karena itu tetapi justru karena
ukuran buah dada dan pantat Dina yang di atas rata-rata. Buah dada Dina
berukuran kira-kira 40 A sehingga hampir menyerupai buah melon yang
menggantung indah, sedangkan pantatnya sangat kencang sehingga seperti
ada yang menariknya ke atas, sangat bagus, bulat, kencang ke atas.
Apalagi pada saat itu Dina menggunakan kaos ketat berwarna putih dengan
celana jeans ketat selutut, membuat si Joko ngaceng walaupun usianya
sudah tua bangkotan tetapi tidak dapat mengahalangi nafsu
kelaki-lakiannya. Setelah ngobrol kesana kemari, akhirnya istri Joko
mengajak Joko untuk pulang karena dia harus masak untuk hari ini. Joko
mengiyakan dan ikut pulang bersama istrinya walaupun hatinya masih ingin
melahap pemandangan gratis tubuh Dina yang super duper big bang HOT
man!<br />
<br />
Selama beberapa hari pertama pasangan pengantin baru itu hidup di desa,
Joko selalu dengan senang hati membantu tetangga barunya itu. Selain
karena amal juga memberikan kesempatan bagi Joko untuk menonton tubuh
Dina yang sexy. Selama beberapa hari ini, Dina sudah menjadi bintang
desa. Karena sewaktu dia pergi ke pasar, selalu menjadi tontonan para
warga desa dan tukang ojek yang setiap pagi selalu nongkrong di pasar
dekat rumah Dina. Tetapi Dina cuek saja terhadap perilaku warga desa
itu, karena selain Dina memakai baju yang sopan juga dia mencoba untuk
bersikap ramah kepada siapa saja sehingga warga desa yang pada awalnya
bernafsu menjadi segan dan hormat kepada Dina. Andi memang beruntung
memiliki istri cantik dan bohay seperti Dina tetapi memang pantas karena
Andi yang seorang tentara dianugerahi wajah yang tampan sebanding
dengan istrinya yang cantik. Pernah pada suatu pagi ketika Andi sudah
berangkat dinas, Dina sendiri di rumah sambil bersih-bersih rumah. Dina
pada saat itu yang selalu memakai kacamatanya hanya menggunakan tanktop
ketat berwarna putih dan celana pendek ketat di atas lutut yang membuat
payudara jumbonya dan pantatnya sungguh menantang ke atas, siapa saja
yang melihat Dina pasti akan onani seketika saking terlalu seksinya
istri Andi itu. Si Joko yang pada saat itu menikmati hari-hari
pensiunnya tidak ada pekerjaan sehingga dia iseng-iseng berkunjung ke
rumah tetangganya sambil mengharapkan jatuhnya durian nomplok (bahasa
apaan nomplok). “Rajin banget ibu ini” sapa Joko kepada Dina di depan
rumah Dina. “Ah, enggak kok pak udah biasa kayak gini”, jawab Dina yang
kaget tetapi tetap ramah. Dina tidak risih menggunakan pakaian yang
super sexy itu karena ia telah menganggap Joko sebagai pengganti orang
tuanya di desa itu padahal bila kepada orang lain, Dina selalu menjaga
kesopanannya baik dalam berpakaian maupun tingkah lakunya.<br />
<br />
“Mangga mampir atuh pak Joko”, kata Dina mempersilakan Joko masuk dengan
logat sundanya. Joko yang tidak melepaskan kesempatan itu dengan basa
basi dan malu malu kucing mampir juga ke rumah penganten baru itu.<br />
<br />
Setelah mempersilahkan Joko duduk dan membuatkan minum, Dina berkata, ”
Pak, tunggu sebentar ya saya mau ngepel lantai dulu, mangga diunjuk dulu
atuh naon bapak teak”,”Iya bu makasih enggak usah repot-repot bu”,
jawab Joko basa basi. Dina langsung mengambil lap basah dan mulai
mengepel lantai sambil menungging yang membuat pantatnya
bergoyang-goyang ketika dia mengepel lantai bergerak dari kiri ke kanan.
Payudaranya juga bergoyang-goyang ke samping seperti mau keluar
menembus tanktop ketat yang dipakainya saat itu. Si Joko yang melihat
pemandangan itu hanya bisa menelan air liurnya sendiri sambil
berpura-pura minum yang telah disuguhkan oleh Dina. Seketika Dina
merubah posisinya saat mengepel lantai menghadap Joko, membuat tanktop
berdada rendah yang dipakai Dina saat itu membuat payudara Dina betul
betul terlihat besar, putih, dan mengkilat tekena cahaya saat Dina
membungkuk mengepel lantai. Buah dadanya membusung bulat
bergoyang-goyang seperti buah melon bahkan pinggiran bra Dina terlihat
jelas saat itu. Sungguh pemandangan yang indah di pagi hari “betul-betul
kejatuhan durian nomplok!!!”,pikir Joko dalam hati. Bila tidak
memperhatikan posisinya sebagai sesepuh di desa itu, Joko pasti sudah
onani di tempat saat itu juga. Setelah hampir 10 menit mengepel, Dina
akhirnya selesai dan duduk di ruang tamu mendampingi Joko ngobrol masih
dengan badan yang basah karena keringat. Badan yang basah itu membuat
kulit Dina yang putih itu kelihatan mengkilat bercahaya dan bra yang
dikenakan mengecap tembus dari balik tanktopnya. Si Joko jadi tidak
konsentrasi selama ngobrol dengan Dina, matanya selalu terarah pada dada
dan kaki Dina yang putih mulus jenjang tanpa cela. Untung Joko
merupakan kakek yang berpengalaman sehingga kegugupanya dapat dia
sembunyikan sambil terus mengobrol bersama Dina sampai Andi pulang dan
Joko pun pamit pulang.<br />
<br />
Esok harinya di rumah, Joko hanya bisa melamun sambil menemani istrinya
masak di dapur. “Kapan aku bisa menjebol “gawang” Dina”, pikirnya yang
sudah dirasuki berbagai jenis iblis dan setan karena keseksian tubuh
Dina yang seperti bintang bokep Amerika itu tetapi yang ada pada Dina
asli semua tidak seperti bintang bokep Amerika yang kebanyakan disuntik
silikon. Sungguh beruntung Andi bisa punya istri yang cantik jelita,
anggun yang lebih cocok jadi bintang sinetron daripada jadi ibu rumah
tangga seperti itu. Lamunan Joko dibuyarkan oleh istrinya yang berteriak
,”Pak….Pak…Pak!” Joko kaget tak terasa dia air liur menetes dari
mulutnya NGILER hehehehe.<br />
<br />
Keesokan harinya Joko kembali mampir lagi ke rumah Dina saat Andi sedang
dinas. Andi yang telah mengetahui hal ini menjadi rutinitas bagi Joko
tidak keberatan sama sekali karena selain Joko sebagai tetangga
satu-satunya di komplek rumah itu (NB: rumah Andi paling pojok,
sedangkan rumah Joko tepat di sebelah rumahnya) juga karena kehadiran
Joko dapat menjaga istrinya yang bohay itu. Menjaga atau justru Melahap
tepatnya pikir Joko dalam hati. Saat itu Dina sangat cantik karena
rambut panjangnya diikat kebelakang sehingga menunjukkan lehernya yang
putih serta kacamatanya yang selalu digunakannya menambah kesan anggun
pada diri Dina. Dina yang pada saat itu memakai kaos berwarna biru
ukurannya sangat kecil menurut Joko sampai-sampai dadanya yang membusung
bak semangka mengangkat kaos ketatnya sehingga pusarnya tidak dapat
tertutupi oleh kaos itu. Joko yang saat itu berdiri sambil ngobrol
menemani Dina memasak di dapur terpaksa harus agak membungkuk karena
penisnya sudah mengacung keras maksimal Bos! Ingin rasanya langsung dia
remas-remas balon besar itu sambil menyodok-nyodok vaginanya yang belum
pernah ia lihat itu.<br />
<br />
Ketika Dina membalikkan badannya menghadap wajan saat ia memasak
sehingga secara otomatis dia mambelakangi Joko sambil terus ngobrol,
Joko dapat dengan leluasa melihat pantat indah kencang milik Dina yang
saat itu terbungkus rok khas ibu rumah tangga di bawah lutut tetapi
entah karena ukuran rok tu yang kekecilan atau pantat Dina yang semok
sehingga pinggir celana dalam Dina terlihat tembus mngecap di roknya.
Pantatnya yang bergoyang-goyang saat ia menggoreng membuat penis Joko
yang mengacung tegak dari tadi akhirnya tak mampu lagi menahan keluarnya
muatan di dalamnya maklumlah karena sejak isteri Joko menopause, Joko
tidak pernah merasakan bercinta lagi. Karena sperma Joko yang keluar
prematur itulah ia minta ijin pulang terburu-buru kepada Dina dan ambil
langkah seribu. Dina yang sedang asik memasak terlihat bingung dengan
perilaku Joko itu. Dalam waktu 1 minggu Dina telah menjadi primadona di
desa itu. Bukan hanya para pemuda yang ingin merasakan tubuh wanita muda
itu tetapi para orang tua, kakek-kakek, remaja, bahkan sampai anak
kecil ingusan pun ikut mencuri-curi pandang saat Dina pergi ke pasar
atau menjemur pakaian di luar. Joko merasa beruntung karena menjadi
tetangga seorang wanita yang diinginkan bukan hanya warga desa tetapi
mungkin desa tetangga pun mulai penasaran dengan hanya sekedar lewat
depan rumah pasangan pengantin baru itu. Dari perbincangan yang
dilakukan selama ini dengan Dina, baru diketahui oleh Joko bahwa Dina
dan Andi dating ke Desa Sukamaju ini sekalian berbulan madu tetapi hal
itu belum kesampaian karena Andi sangat sibuk dengan tugasnya sebagai
salah satu pimpinan KORAMIL I di desa itu. Dina berani menceritakan hal
yang sangat pribadi ini karena Joko telah dianggap sebagai bapaknya
sendiri yang telah bersedia menolong segala keperluan sebagai pendatang
baru dan telah bersedia menemaninya selama suaminya dinas. Joko menarik
kesimpulan bahwa mungkin si Dina ini masih orisinil alias belum pernah
tersentuh alias masih perawan dong. Memikirkan hal itu saja sudah
membuat konaknya ngaceng ke ubun-ubun. It’s SHOW TIME pikirnya.<br />
<br />
Sampai pada suatu saat di siang hari seperti biasanya Joko mampir ke
rumah Dina untuk menemaninya masak. Andi datang terburu-buru ke rumahnya
dan langsung mandi belum sempat bagi Dina atau Joko untuk menanyakan
apapun kepadanya. Setelah mandi baru Andi menceritakan bahwa ia akan
ditugaskan selama 1 minggu ini ke pulau Madura untuk menjaga Pilgub
putaran 2 yang akan akan dilakukan di sana. Andi tergesa mengepak
barang-barangnya setealh itu berbicara sebentar dengan Dina yang
terlihat sedih dengan kabar itu tetapi dia harus kuat karena itulah
resiko menjadi istri tentara. Tak lupa Andi memberikan uang kepada
istrinya dan mengecup sayang dahi istrinya itu. Setelah mencium
istrinya, Andi berbicara kepada Joko dan memberikan amanah untuk menjaga
dan memenuhi segala keperluan istrinya. Joko mengiyakan dan mereka
bersalaman. Andi segera berangkat naik ojek dan hilang dari pandangan,
Joko mulai berpikir yang macam-macam sambil melihat istri Andi yang
masih terlihat sedih itu. “1 Minggu bersama Dina, hehehehe cukup lama!”,
katanya dalam hati. (Dasar si Joko tua-tua keladi makin tua makin
keladi hehehe salah ya!) Malam harinya Joko pamit kepada istrinya untuk
manjaga rumah Dina sampai jam 11 malam. Istri Joko mengijinkannya dan
menaruh curiga sedikitpun kepada Joko, karena selama kehidupan
pernikahannya yang telah mencapai usia 40 tahun itu Joko tidak pernah
macam-macam, jangankan berselingkuh melirik wanita lain pun tidak.
Mungkin hanya Dina yang sanggup meruntuhkan keimanan Joko karena bodinya
yang bohay montok itu masih perawan lagi.<br />
<br />
Petang itu Joko sudah standby di rumah Dina sambil nonton TV di ruang
keluarga sambil minum kopi yang disediakan Dina tadi. Dina yang sedang
mencuci piring di dapur ikut ngobrol dengan Joko. Setelah keluar dari
dapur, Dina membawa handuk yang menandakan ia akan mandi menuju ruang
belakang. Nafsu Joko melonjak naik dalam situasi seperti ini namun Joko
masih stay cool sambil mencari-cari titik kelemahan cewek bohay ini,
apapun yang terjadi dia harus bisa menancapkan penisnya dalam-dalam ke
dalam vagina pelacur satu ini pikir Joko yang mulai tak terkendali.
Sesaat kemudian Dina mandi dan tanpa sengaja meletakkan kacamatanya di
ruang keluarga tempat Joko nonton TV. 10 menit berlalu tiba tiba Joko
dikagetkan oleh panggilan Dina, “Pak…Pak Joko tolong ambilkan kacamata
saya di ruang tengah pak..”. “Sebentar bu….” jawab Joko, “Cepetan Pak….
mata saya kabur tanpa kaca mata ” mendengar kata-kata terakhir Dina itu
Joko kaget dan otaknya mulai berpikir, “akhirnya aku tau juga
kelemahanmu Dina!!! Hehe” senyum Joko mengembang. Joko segera
menghampiri kamar mandi, betapa kagetnya ia saat melihat pintunya
sedikit terbuka. Joko mencoba mengintip ke dalam secara perlahan-lahan
dan yang membuat Joko tambah kaget bercampur senang adalah Dina dalam
keadaan telanjang bulat tanpa sehelai kain menutupi tubuhnya yang montok
sexy itu. Anehnya mata Dina menghadap ke arahnya tetapi dia tak
bereaksi sama sekali. “Pak …. Mana kacamata saya !!!!,cepet pak saya tak
bisa lihat kalo gini”, jerit Dina. Joko yang mendengar hal ini langsung
mendapat ide yang sangat busuk. Dia mencoba membuka pintu pelan-pelan
dan masuk secara mengendap-endap sehingga Dina tidak menyadari
kedatangannya. Dina betul-betul buta tanpa kacamatanya apalagi lampu di
desa itu remang-remang sehingga membatasi jarak pandang siapapun yang
bermata normal apalagi Dina yang matanya negatif 30. Sekejap Joko telah
berada di dalam kamar mandi dengan leluasa dia menikmati pemandangan
yang sangat menggairahkan.<br />
<br />
Bodi Dina sangat sexy bohay montok banget, putih mengkilat karena sisa
air sehabis mandi tadi. Rambutnya yang hitam panjang sepunggung terlihat
segar karena basah, dan yang membuat Joko tidak kuat adalah buah dada
Dina yang bulat besar seperti melon mendekati semangka. Walaupun
payudara Dina sangat besar tetapi sangat kencang tegak mengacung ke atas
tidak menggelambir dan dower seperti payudara besar pada umumnya.
Putingnya berwarna merah muda khas perawan yang mengacung ke depan
padahal ia belum terangsang tetapi bentuk putingnya sangat bagus
sempurna. Ditambah dari ujung puting itu menetes air yang berasal dari
bagian atas tubuh Dina membuat Joko ingin menggigit gemas puting itu
kalau bisa sampai Dina kesakitan. Setelah puas menonton lekuk tubuh
sempurna bagian atas Dina, Joko memalingkan pandangannya menuju bagian
bawah tubuh Dina. “Pak Joko mana kacamata saya, lama banget!!” teriak
Dina. Dengan begini Joko mengetahui bahwa Dina belum menyadari dia ada
di sebelahnya menatap liar tubuh yang seharusnya hanya untuk suaminya
saja itu. Lanjut!!! Pikir Joko bersemangat. Melihat bagian bawah Dina
membuat sperma Joko ingin meledak saja dari dalam celananya. Bagaimana
tidak, perut yang ramping dan kencang (karena selama di kota Dina rajin
fitness) ditambah rambut vagina yang dicukur rapi sehingga membentuk
huruf V terlihat menggoda di vagina Dina. Vagina Dina yang masih perawan
juga terlihat sexy dengan dua gundukan yang menggemaskan menutupi
lubang yang belum terjamah oleh laki-laki manapun. Lubang inilah yang
diinginkan oleh seluruh warga desa untuk dijebol dan kalau bisa
menghamilinya sampai jadi anak kalau bisa karena bodi Dina yang
semlohai.<br />
<br />
Pantat Dina pun sangat sempurna masterpiece (bahasanya duh duh duh)
pikir Joko sangat bersih putih basah oleh air sangat kencang menantang
bahkan seperti terangkat ke atas padahal Dina hanya berdiri biasa normal
tetapi pantatnya seperti menungging. Seketika seperti biasanya, sperma
Joko meledak begitu saja di dalam celana yang membuat kakek itu keluar
dari kamar mandi dan meletakkan kacamata Dina di meja depan kamar mandi
“I..Ini bu uuuhh.” Kata Joko sambil bergetar setelah celananya basah
oleh spermanya yang banyak itu. Joko pamit kepada Dina dan langsung
terburu-buru pulang untuk mandi dan membersihkan celananya yang basah.
Melihat Joko mandi malam-malam membuat istri Joko beingung buat apa dia
mandi malam-malam begini. Dalam hati Joko berkata,”awas ya Dina…tunggu
pembalasanku”. Joko merasa dipermainkan oleh bodi Dina yang seksi itu
walaupun Dina tidak tahu apa yang salah dengan bodinya. Joko berniat
tidak akan puas dan akan mati gentayangan bila dalam hidupnya yang telah
senja ini tidak sempat menjebol sedalam-dalamnnya menembus vagina Dina
yang menggiurkan itu.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-33260092263306494842013-02-18T19:47:00.000+07:002013-02-18T19:47:00.154+07:00Si Hansip yg kesepian <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtxDd20EOCTDDXsw3LowpPWCozM3ciOYf6f2kavvnbf1d3uDGULdiRpVCIykjcloqhd26Yw-9fSWXj-7IphJLrwGGfn6jaFVgWLh21MO5owvs1ijSzrZeVDhG8Jcgm9x_sMNvvQNQRBbU/s1600/BackseatAsianGirlfriendGetNakedForSomeFunwww_005.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtxDd20EOCTDDXsw3LowpPWCozM3ciOYf6f2kavvnbf1d3uDGULdiRpVCIykjcloqhd26Yw-9fSWXj-7IphJLrwGGfn6jaFVgWLh21MO5owvs1ijSzrZeVDhG8Jcgm9x_sMNvvQNQRBbU/s320/BackseatAsianGirlfriendGetNakedForSomeFunwww_005.jpg" width="320" /></a></div>
Pagi hari itu aku bangun pagi sekali, hari itu aku sedang libur sekolah
karena seluruh kelas dipergunakan untuk Ebtanas. Karena nggak bisa tidur
lagi, aku memutuskan untuk olah raga pagi. Biasa, untuk menjaga stamina
tubuhku, aku selalu senam sendiri dirumahku, selain halaman belakang
rumahku yg luas, papa juga menyediakan satu ruangan yg dilengkapi
peralatan fitness.<br />
<br />
Aku mengenakan kaus ku yang paling enak dipakai, dan yg dapat menyerap
keringat, kausku santai sekali, berlengan pendek sebatas pangkal lengan,
dengan belahan <br />
<a name='more'></a>dada yg rendah, sampai-2x gumpalan buah dadaku yg gempal
itu nampak tersembul keluar bila meski aku sedang berdiri tegak,
apalagi kalo menunduk...hihihi..., meskipun tanpa disanggah oleh BH pun
bentuk buah dadaku tetap indah dan menantang. Untung kausku tidak ketat,
karena kalau ketat bakal malah menonjolkan buah dadaku ini.<br />
<br />
aku nggak memakai BH karena aku agak gerah dgn BH ku yg mulai terlalu
kecil itu, juga aku belum sempat untuk membeli BH baru dgn ukuran yg
pas, sedang buah dadaku udah semakin besar, hanya dalam beberapa bulan
saja, entah kenapa.<br />
Kupakai celana pendek yg agak ketat, saking pendeknya sampai-2x pada
saat aku berdiri tegakpun, buah pantatku yg bulat itu nampak tersembul
indah dan sexy. Bisa membayangkan? he..he..he..<br />
<br />
Selesai olah raga diruang olah raga, aku ambil sepedaku dan mulai
bersepeda di kompleksku yg masih sepi itu. saat itu kurang lebih pukul
05.10 pagi, suasana masih agak dingin, masih gelap dgn penerangan lampu
jalan. Di tikungan jalan, beberapa blok dari rumahku, ada pos hansip yg
agak gelap karena bola lampunya yg mungkin hanya 20 watt saja. Disana
ada seorang hansip yg sedang tidur-2x an, hansip itu terlihat masih muda
sekali, menurutku kurang lebih baru berusia 19thn, mungkin, tubuhnya yg
kurus itu terbungkus pakaian seragam hansip hijau dan terbalut sarung
aja. wajahnya jelek sekali dengan giginya yg agak tonggos, matanya
bundar besar tapi agak ngantuk.<br />
<br />
Timbul niat isengku untuk menggodanya, sambil bersepeda dari jauh
kutarik kausku agar lebih kedepan, agar susuku lebih nampak jelas,
karena sepedaku adalah sepeda balap, jadi aku harus menunduk apabila aku
memegang setir nya. Jadi, ya bayangin sendiri gimana tampaknya... .
Kuhentikan sepedaku didepan pos nya dan berpura-2x kecapaian.<br />
<br />
'pagi bang. koq tiduran bang? hayooo...nggak jaga yaa?' sapaku. 'eh...,
pagi non', sahutnya sambil menguap, dia bangkit duduk dan mengarahkan
pandangannya kepadaku. Matanya tertumbuk pada susuku yg nampak jelas
sekali disela-2x belahan kausku yg lebar itu, dia terbelalak.<br />
'ehh, anu non, ketiduran..., capek.....' katanya tergagap karena kaget
dan matanya yg membelalak tetap tertuju pada dua gumpalan susuku itu,
buah dadaku tergantung dan putingnya yg indah itu mencuat indah. 'kenapa
non? ada yg bisa dibantu?' tanyanya.<br />
Aku menjawab, 'anu bang, aku tadi terjatuh dan punggungku serta pantatku
sakit sekali sekarang, bisa bantu pijit nggak bang?' godaku. Dia
memperhatikan aku dgn seksama, seperti orang yg sedang menilai-2x, wajah
cantik, bahkan bisa dibilang cantik sekali, kulitnya juga putih bersih,
mulus, keturunan chinese.<br />
tubuhnya masih kecil, tapi pinggulnya udah membentuk indah sekali,
seperti gadis umur 20-an, pantatnya bulat sempurna, waah apalagi susu
nya itu, daritadi dia memperhatikan susuku, itu susu bukan main
indahnya, bergelantung dan putingnya mendongak dgn pongahnya. kulihat
dia memperhatikan susuku terus.<br />
<br />
Sambil menengok kesekelilingnya, untuk melihat keadaan, dia berkata 'mari non, duduk didalam sini, biar aku pijitin.'<br />
kuletakkan sepedaku dipinggir pos dan aku masuk kedalam pos ukuran 2 x 2
meter itu. Saat berdiri, kuperhatikan dia melihat puting susuku
menonjol dari balik kausku, semakin menampakkan keindahan susuku, susuku
yg gempal, bonggolnya yg besar, putih mulus, kulihat kontolnya udah
ngaceng berat, wuaahh...asyikk pikirku mesum, aku mulai memikirkan
****** itu dalam genggamanku..., dan.... .<br />
<br />
Didalam pos, aku duduk disampingnya sambil membelakanginya, kuarahkan
punggungku, dia dengan terampil mulai memijiti punggungku, tapi tidak
lama. Dia mulai mengarahkan pijitannya ke bongkahan pantatku,<br />
katanya, 'agak nungging dikit non, aku nggak bisa mijit kalo non duduk' ,
aku merubah posisiku, kutunggingkan pantatku kearahnya, tapi dia
bukannya memijit malah melorotkan celanaku, plus celana dalamku juga.
Tanpa ba-bi-bu, dia mulai menciumi pantatku, diciuminya memekku yg
terbuka itu dengan mulutnya.<br />
'non pengen aku begini kan ....mmmhhh?' katanya berani, aku cuman
mendesis-2x nikmat 'auuuhh....emmmh..ehhh, mmhhh...iya baanng, jilatin
memekku ya baang..., aku lagi pengen banget niihhh...', dia semakin
berani memasukkan lidahnya kememekku, aku semakin geli dibuatnya.<br />
Dia bangkit sebentar, lalu... dengan sekali putar, dia padamkan
satu-2xnya lampu didalam pos itu, khawatir ada yg lewat dan melihat kami
didalam pos itu.<br />
<br />
Dia melanjutkan aksinya, sekarang dia mulai meremas-2x susuku yg dari
tadi diincarnya, kausku dilepasnya dengan cepat, aku menjadi telanjang
bulat, tanpa sehelai benangpun, didalam pos hansip, dipinggir jalan
kompleks ku sendiri.<br />
Dia mulai melepasi pakaiannya sendiri, ternyata dia hanya memakai kemeja
seragam, dibalik sarungnya dia tidak mengenakan apapun, terlihat olehku
kontolnya yg udah ngaceng keras sekali, hitam, mengacung keatas, dengan
otot-2xnya yg melingkar-2x, aku terkesima melihat ****** yg hitam itu.<br />
<br />
Dia membalik tubuhku dan ditelentangkan diatas dipan, dia berbaring
miring di dipan dan kontolnya diarahkan kewajahku sambil wajahnya
sendiri mengarah kememekku, dia menyuruhku menggengam kontolnya dan
berkata 'ayo non, kau masukkan kontolku kedalam mulut mu itu, jilati dan
hisap, cicipi kontolku ini', dia sendiri kembali mengaduk-2x memekku
dan lubangnya dengan lidahnya. sambil kugenggam, aku masukkan kontolnya
kedalam mulutku dan mulai mengemotnya, tanganku mengocok-2x kontolnya.<br />
'aahhh..ahhhahhhh....ennaaakkk' dia menikmati permainan lidahku. sementara memekku juga geli karena lidahnya.<br />
<br />
kelihatannya dia nggak mau lama-2x, dia ingin permainan yg lebih dalam,
tubuhku digendongnya, diangkat dan ditempelkan kedinding pos, tangannya
menyanggah kedua kakiku dengan kedua lututku terlipat, kedua paha dan
memekku terbuka lebar, dengan posisi tubuhku digendongnya seperti itu,
diapun mulai menancapkan kontolnya kememekku, 'ssslluuuppphhh.....'<br />
<br />
'addduuuhh...aduuhh baaaanng...enaak sekaliiii...terusss
baaaang...terusssiinn...lebih dalaaaammm..., lebih dalaam lagii...'
teriakku nikmat, sambil menjepit pinggangnya dengan kakiku, kontolnya
menancap dalam sekali dengan posisiku seperti itu,
'aakkhhh...aduuh..memekmu enaak sekali nnooonnn..., seemmmpiiit..
bangeetthh...' serunya sambil menambah kekuatan hujaman kontolnya.<br />
sementara kontolnya keluar masuk dengan kerasnya, tanganku memeluk
kepalanya , kupeluk erat dan kusodorkan susuku untuk dilumatnya. Indah
sekali pemandangan didalam pos itu, tubuhku didesaknya kedinding pos itu
sambil kontolnya menancap dimemekku, mulutnya mengulum puting susuku
sampai kemerah-2x an.<br />
'ssppp...ssppphh...' seluruh buah dadaku dijilatinya, putingku
dilumatnya, digigiti dengan gemasnya, kelihatannya dia benar-2x
mengagumi buah dadaku, mulutnya bergantian mengulum kedua susuku ini.<br />
<br />
Tidak lama kemudian dia mendesis ditelingaku, 'aduuh...adduuhh.. aakkuu
... mm ..aauu... keluarrrr nnnnooooo..oonn....', aku juga tak mau
ketinggalan, 'hhkk...mmhh...sssshhh...aakkuu juggaa baaangg...jangan
keluarin didalamm..yaa banng.. jangaan ... didalam yyaaaaaa....
aaaaakkkhhhhh...' aku keluarkan cairanku dengan kenikmatan yg luar
biasa,<br />
tapi kelihatannya dia nggak ada niatan untuk mencabut kontolnya dari memekku, aku merasakan semburan pejuhnnya didalam memekku.<br />
'aaaakkkhhh...aakkkhhh...nnnhhh....hhkkk...udaahh keeluuaarr..
nooonn...', aku melihat si hansip itu menikmati sekali semburan pejuhnya
didalam memekku, dia kelihatan sangat menikmati tubuhku, dia tidak
henti-2xnya meremas-2x buah dadaku yg gempal itu.<br />
<br />
'maapin abang ya non, tadi abang nggak sempat ngeluarin..., nggak apa-2x
ya?' tanyanya sambil mesem. Sial, kupikir. enak aja bilang nggak
sempat, dasar. 'iya udah deh... kan udah telanjur...' sautku agak
dongkol.<br />
<br />
Setelah itu, dia terbaring lemas tanpa sehelai benangpun ditubuhnya,
sambil tangannya tetap menggenggan buah dadaku. kontolnya udah terjulai
lemas,<br />
<br />
katanya 'eemmhhh.. non, enak sekali memekmu itu, aku belum pernah
merasakan memek anak gedongan yg kaya, keturunan lagi. kapan non bakal
bersepeda pagi lagi?',<br />
jawabku 'hmm, enak yah? kontolmu itu juga enak bang, tapi aku nggak mau
sering-2x beginian, ntar aku bisa hamil kalo pejuhmu selalu keluar
didalam memekku ini..., gini aja, kalo aku pengen ngerasain kontolmu
lagi, aku akan datang kesini lagi..., tapi lain kali kalo keluarin
pejuhmu jangan didalam yah...',<br />
'baik deh non, tapi keluarin nya dimana dong? habis lebih enak kalo keluarnya didalam, sambil goyang gitu...' tanyanya tolol,<br />
'ya udah, lain kali keluarin pejuhmu didalam mulutku aja, biar aku nggak
hamil, lagipula aku suka ngerasain pejuh didalam mulutku koq...'
jawabku enteng. si hansip muda itu hanya terbelalak dan kulihat
kontolnya mulai ngaceng lagi.<br />
aku cepat-2x keluar dari pos itu. pikirku, lebih baik aku cepat-2x
angkat kaki dari sini sebelum aku digarapnya lagi. bisa hamil gue..<br />
<br />
akupun mengenakan kembali pakaianku dan melanjutkan bersepeda lagi. Seperti tidak pernah terjadi apa-2x.<br />
<br />
Dalam hati aku berpikir, andaikata dihitung, udah berapa ****** yg
pernah masuk ke memekku ini, udah berapa orang yg telah menikmati
tubuhku ini, aku makin pengen mencoba ******-2x yg lain, aku menikmati
sekali ngentot dengan orang yg belum pernah aku kenal sebelumnya, bahkan
yg namanya pun aku tidak tahu.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-55118353659003919382013-02-17T19:45:00.000+07:002013-02-17T19:45:00.733+07:00Jeritan Nikmat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3df4EkHxtWjukj_Us8Q2ABc7HPmzx644i8J4OJEqKCh2A17ZXtja0g3TEAfVs-1D3QpzfX-H_Q7mP8dSzHbD-r2jkDB_H00mIiigBdHW5dAPZw8gGy9CGAzCn140zxqdpBdqpdOvfRKU/s1600/15.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3df4EkHxtWjukj_Us8Q2ABc7HPmzx644i8J4OJEqKCh2A17ZXtja0g3TEAfVs-1D3QpzfX-H_Q7mP8dSzHbD-r2jkDB_H00mIiigBdHW5dAPZw8gGy9CGAzCn140zxqdpBdqpdOvfRKU/s320/15.jpg" width="258" /></a></div>
Namaku Ujang, untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin
mencekik leher akhirnya aku memutuskan untuk mengadu nasibku, melamar
pekerjaan di sebuah perusahaan ternama yang bergerak di berbagai bidang,
dari sekian juta pelamar akhirnya aku diterima bekerja di perusahaan
itu, badanku yang kekar dengan wajah sangar tidak dapat menutupi
keramahanku, aku adalah tipe orang yang teliti, ulet, dan juga cekatan
dalam bekerja, ciehhhh, pokoknya dijamin Ujang yang paling hebat..!!<br />
<br />
Gantengkah aku?? tergantung dari sudut mana anda memandangku,<br />
<br />
contohnya sebagai berikut <br />
<a name='more'></a>:<br />
<br />
Jika dilihat dari samping ??? - agak kurang jelas<br />
<br />
Jika dilihat dari belakang ?? - jelas ngak kelihatan<br />
<br />
Jika dilihat dari atas ??? - Sulit diprediksi<br />
<br />
Jika dilihat dari depan ??? - yah jangan dibandingkan dengan bintang
film atuh !!!, nggak adil bangettt !!!, nyari-in lawan itu yang
seimbang, misalnya sama bokir tentu aku rada-rada menang sedikit.
bibirku yang tebal seksi, mataku yang indah besar bagaikan sepasang
combro.<br />
<br />
“Ujanggg…..!!!” tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari ruangan
direktur utama, lamunanku langsung buyar seketika kemudian dengan
tergopoh-gopoh aku berlari menghampiri ruangan mengerikan itu, sebuah
ruangan paling menyeramkan bagi para office boy, ihh, aku sampai
bergidik.<br />
<br />
<br />
<br />
“Iya…Bu…” Aku tertunduk tidak berani menatap wajah direktur utama yang
merah padam, penyihir tua yang ditakuti oleh kawan maupun lawan, apalagi
oleh para office boy. Bu Selmy menatapku dengan matanya yang melotot,
kalau saja seorang gadis cantik yang memelototiku pasti aku langsung
horny, tapi ini seekor srigala tua yang menyeramkan dengan giginya yang
runcing siap untuk melahapku hidup-hidup, dari yang aku dengar sich Bu
Selmy yang berdarah Sunda-Belanda ini terobsesi dengan gadis-gadis
keturunan Chinese, ada yang bilang Bu Selmy seorang sex maniac, ada juga
yang bilang Bu Selmy seorang lesbi, tapi yang pasti sich staf-staf
wanita di perusahaan tempatku bekerja, bermata sipit, berwajah dan putih
mulus, bodynya dijamin bikin SERRRRR….!!!<br />
<br />
“Kamu tuh gimana sich, kayak baru kerja aja..!! Punya kuping itu dipakai
untuk mendengar…, coba sekarang kamu lihat, disuruh pesan jangan pake
sambal eh malah dibanyakin sambalnya, kalau BODO ITU JANGAN DIPIARA
DONG…!! ”<br />
<br />
“COBA KAMU LIAT APA YANG KAMU PESAN…!! “<br />
<br />
“Pakai kuping Bu ?? ” Aku gugup hingga menceracau tidak karuan.<br />
<br />
“PAKE MATAAAAAA…..!!!BRAKKK!! ” Bu Selmy tambah sewot, ia membentakku sambil menggebrak meja.<br />
<br />
<br />
<br />
“KAMU LIAT NGAK YANG MERAH-MERAH INI APAA-AN ???!! “<br />
<br />
“Iy.., Iyaa Bu saya dengar, itu samballlll….” nafasku terengah-engah
kecapaian ketika mencapai klimaks, walah !! makin ngaco…..!!<br />
<br />
“MAKAN AJA GEDE…!! PERCUMA SAYA NGEGAJI KAMU..!! “Bu Selmy membentakku, sampai kemaluan-ku berkedut-kedut ketakutan..<br />
<br />
“KELUAR….!!!! “.<br />
<br />
<br />
<br />
Langkahku agak limbung ketika keluar dari ruangan penyiksaan yang sudah
terkenal sampai ke seantero jagat raya ini, aku merangkak berusaha
mencapai gudang, tempat persembunyian teraman bagi para OB<br />
<br />
“UJANG….!! “<br />
<br />
“MAMPUSSS….!! “Aku melompat karena kaget ketika seseorang memanggilku
dari belakang, aku menolehkan kepala ke belakang, sementara Basri
temanku sesame OB, cengar-cengir kemudian tertawa ngakak
terpingkal-pingkal.<br />
<br />
“Diapain lu sama Bu Selmy…?? Sampe lemes begitu kaya abis muncrat HUA HA HA HA “<br />
<br />
“Boro-boro, muncrat, yang ada jantung gua lepas!! ” aku menggerutu panjang lebar, Basri tambah cekakakan.<br />
<br />
“BASRIIIIII……!!! ” kembali terdengar teriakan keras yang melengking,
wajah Basri langsung pucat, duh Basri mirip seperti tawanan yang hendak
dihukum mati, ia melangkah lemas masuk ke ruangan XXX. Itulah
sepenggalan mimpi buruk yang menjadi kenyataan dan selalu setia
menghantui kami para Office Boy di perusahaan besar itu.<br />
<br />
“Ujang… sini….” seorang gadis cantik melambai-lambaikan tangannya ke
arahku, beruntung banget bagiku karena ternyata yang memanggilku kali
ini adalah Nona Shasha. Bu Selmy, sangat amat anti banget pada pria,
makanya staf-staf diperusahaan kami kebanyakan wanita. Jika ada staf
pria paling staf dengan jabatan kecil atau juga macam kami inilah.<br />
<br />
“Iya Non… ?? ” Aku langsung stand-by, siap untuk menanti perintah.<br />
<br />
“Tolong kamu fotocopy-in berkas-berkas ini, inget jangan salah lagi
yach” Non Shasa tersenyum ramah kemudian jari-jari lentiknya kembali
mengetik di atas keyboard, otak kotorku langsung bekerja, kuraih
tubuhnya yang sexy dan kupeluk dengan erat,<br />
<br />
<br />
<br />
“OAHHH, AHHHH AHHHHHHH….!!!”<br />
<br />
“Ahhhh Non Shasaaaa…, Oyeahhhhh…”<br />
<br />
“Ujangggg, Euhhh, enakkk amat sichhhh…….”<br />
<br />
“Memek Non Shasha juga enakkkk…., sempittt…..”<br />
<br />
“Kayaknya sich bukan punyaku yang sempit, Titit kamu yang kegedean Owwwwwwwaaahhhhh…..”<br />
<br />
“Jrebbb…, Jrebbbbb…, Jrebbbbbb…..”<br />
<br />
“Owwww, Owwwww,,,, Ampun Janggg, Akhhh….”<br />
<br />
“Jang ?? koq malah bengong sichh….”aku kembali tersentak tersadar dari
dunia khayalku ketika terdengar suara Nona Shasha yang menegurku, si
cantik itu menatapku dengan tatapan matanya yang menyelidik.<br />
<br />
“Ooo, Iy.. Iyaa Nonn…..” aku menutupi selangkanganku yang menggembung ke
depan dengan setumpukan berkas-berkas yang harus difotocopy, celana
panjang ini terasa semakin sesak ketika senjata superku meronta liar,
panjang, dan keras, aku melirik ke kiri dan ke kanan, dengan pede
kutekan tombol-tombol yang ada, kemudian Ujang yang hebat ini berteriak
keras, gembira karena “keberhasilannya…”.<br />
<br />
“MAMANNNN, TULUNGIN DONGGGG…..!! “<br />
<br />
“WADUHH JANGGGG !!! Lu apain mesin fotocopynya??” Maman bengong menatap
mesin fotocopy yang sudah meringkuk tanpa daya tidak sanggup ketika aku
yang super hebat ini menurunkan titahnya, aku hanya tersenyum pahit,
kemudian memohon dengan memelas.<br />
<br />
“Makanya Jang, jangan keseringan nonton film yang enggak-enggak, masa
mesin fotocopy lu sodok juga, jadi rusak-kan!!!” Maman menunjuk sesuatu
diselangkanganku, ia cengengesan menyindirku. Akhirnya dengan bantuan
Maman aku berhasil juga menyelesaikan tugas dari bidadariku yang cantik,
Nona Shasa. Duhhh, si putih yang sexy mulus pasti sudah tidak sabaran
menungguku, senyum di wajahku langsung lenyap ketika terdengar
teriakan-teriakan keras Bu Selmy di ruangan Shasha.<br />
<br />
<br />
<br />
“Shasha, saya sudah nunggu dari tadi, mana copyannya ?? “<br />
<br />
“Eee, itu, ituuuu, lagi difotocopy Buuuuu…” Shasha tertunduk tanpa berani memandang wajah Bu Selmy.<br />
<br />
Dengan gagah berani aku membuka pintu dan maju ke hadapan Bu Selmy,
kutampar dan kujambak rambutnya , “DASAR PELACUR TUA, JANGAN GANGGU NON
SHASHA, JIKA BERANI HADAPI AKU…..” Ujang si pendekar sakti, mengeluarkan
jurus terhebatnya, kutampar lagi mulut Bu Selmy sampai ia terjengkang..<br />
<br />
“UJANGGGG……,” Glekkkkk khayalanku berlari ketakutan, lidahku mendadak
kelu kemudian tubuhku kaku menengang, tengkukku terasa dingin ketika Bu
Selmy menatapku dengan beringas.<br />
<br />
“Kamu fotocopy di mana ??? lamanya kebangetan !!, sampe setaun..!! “<br />
<br />
“ENGGAK BU, cuma 2 jam Saja…..”Aku menjawab dengan polos.<br />
<br />
“BELEGUGGG….SIAH..!!,” Bu Selmy bertambah murka, wajahnya semakin
kemerahan seperti istrinya Rahwana, dengan kasar ia merebut setumpukan
berkas yang sudah difotocopy dari tanganku, sementara Shasha mengambil
berkas asli dari tanganku.<br />
<br />
“DASAR GOBLOKKKK…SEMUA!!!!.BLAMMM!!!.” sambil membentak dengan keras Bu
Selmy membanting pintu. Karena terkejut tubuh Nona Shasha sampai
terpelanting, berkas-berkas document berserakan di atas lantai, dengan
sigap aku meraih pinggangnya yang ramping, mana mungkin kubiarkan Nona
Shasha terjengkang tanpa daya, kedua tanganku membelit pinggangnya yang
ramping, secara otomatis wajah kami semakin mendekat.<br />
<br />
<br />
<br />
Suasana berubah menjadi hening, ketika aku dan dia saling berpandangan,
Ohhhh, baru kali ini wajahku sedekat ini dengan wajahnya, wajah
cantiknya tampak tegang, entah karena baru dibentak oleh Bu Selmy atau
karena wajahku semakin mendekat ke wajahnya.<br />
<br />
<br />
<br />
“Cuppphhh….” dengan memberanikan diri kukecup bibirnya yang sedikit
merekah, nafas Nona Shasha sesekali tertahan ketika tanganku merayapi
tubuhnya, sementara bibirku melumat bibirnya yang seksi, kukulum-kulum
dan kuemut bibir Non Shasha<br />
<br />
“Emmm, Mmmmmmhh, Mmmmmhhh” dengan lincah tanganku melepaskan blazer
warna hitam yang menempel di tubuhnya yang seksi, tiba-tiba tubuhnya
tersentak ketika tanganku mulai berani melepaskan sebuah kancing baju
kemeja putihnya, ia berusaha berontak, kudesakkan tubuh mulusnya ke arah
dinding untuk meredam perlawanannya, sambil melumat-lumat bibirnya,
tanganku kembali bergerilya melepaskan kancing-kancing baju kemeja putih
Non Shasha, ia hanya mendesah panjang ketika aku melepaskan kemeja
putihnya.<br />
<br />
“Uhhhh, Ujanggg…..” Nona Shasha menggeliat lembut ketika aku membalikkan
tubuhnya, kulepaskan pengait branya kemudian kuloloskan bra Nona Shasha
melalui kedua tangannya, kutekan-tekan bokongnya kemudian kuremasi buah
pantatnya yang bulat padat, tidak lupa aku juga melepaskan rok mini
ketat warna hitam yang membalut pinggangnya, tiba-tiba ia membalikkan
tubuhnya, kearahku..<br />
<br />
“Wahhhhhh…….., Heuhhhhhh……” tubuhku terluka berat ketika terserempet
buah dadanya yang membuntal padat, Wuihhhhhhhh….., Buset dah, gundukan
payudara Nona Shasha menempel di dadaku ketika ia mengalungkan kedua
tangannya di leherku. Gundukan itu terasa kenyal, hangat dan lembut
ketika menggesek tubuhku, Ohh Beibei..!! I love you Shasha…!!<br />
<br />
<br />
<br />
“Emmmhhh, Emmmmhhh. Ckkk Ckkk ” Bibirku kembali melumati bibirnya, aku
menjulurkan lidahku untuk bermain dirongga mulutnya, berusaha mengajak
lidah Nona Shasha untuk bermain - main dengan lidahku, semula ia hanya
diam, perlahan-lahan permainan lidahku membuatnya semakin bernafsu,
sedikit demi sedikit lidahnya semakin terjulur keluar, kuciumi lidah itu
dan kuhisap-hisap. Aku menundukkan kepalaku sedangkan Non Shasha
berjingjit ketika berciuman denganku maklumlah tubuhku tinggi seperti
pemain basket, tinggi Non Shasha hanya seulu hatiku saja. Tiba-tiba Nona
Shasha menarikku dan mendudukkanku di atas kursi sementara ia bersujud
di antara kedua kakiku, berkali-kali tangannya hendak menarik resleting
celanaku, tapi batal lagi, batal laggiiii…., akhirnya dengan terpaksa
aku membuka sendiri resleting celanaku dan mengeluarkan benda besar
panjang kehitaman<br />
<br />
“Wowwww….????!! Ihhhh Ujanggggg ” Non Shasha melotot menatap batang
kemaluanku yang besar dan panjang, kubimbing tangannya ke arah batang
kemaluanku, jari-jari tangannya yang lentik kini mengusapi batang
kemaluanku, berkali-kali ia bergantian memandangi wajah dan batang
kemaluanku yang besar dan panjang.<br />
<br />
“Shasha sayangg, ….Ouchhh ” Aku terperanjat ketika tangan Nona Shasha
menarik batang kemaluanku, aku memandanginya keheranan, kusangka Non
Shasha marah karena aku memanggil namanya langsung, tanpa embel-embel,
Shasha menelan ludah beberapa kali sambil mengelus benda panjang di
selangkanganku.<br />
<br />
“kocokin dong…” Aku menjawil dagunya, aku semakin lebar mengangkangkan
kedua kakiku ketika Nona Shasha mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku.<br />
<br />
“Non Shasha pernah ewean ?? ” aku bertanya padanya, aku tersenyum lebar ketika ia menggelengkan kepalanya.<br />
<br />
“Kamu pernah ?? “<br />
<br />
“Hhhhhhh, Dulu waktu kecil saya pernah diperkosa….” Aku menghela nafas panjang mengingat masa-masa kelabuku<br />
<br />
<br />
<br />
“Gimana rasanya ?? enakkk ?? ” Non Shasha tambah penasaran.<br />
<br />
“Kalau yang memperkosa saya secantik Non Shasha sich pasti enak… “dalam
hati aku menangis sesegukan ketika mengingat seorang tante bertubuh
gemuk menelanjangiku dan kemudian memperkosaku habis-habisan (kisah
sedih tempoe doeloe, ehek ehekkkk..).<br />
<br />
“Ngomong-ngomong Non Shasha mau merkosa saya nich ?? “<br />
<br />
“Enak aja…!!, ya enggak lahhh..!!, aku cuma pengen tau aja koqq…” Nona
Shasha mendekatkan kepalanya ke arah batang kemaluanku, ia segera
menarik kepalanya sambil menutup hidung dengan tangan kanannya.<br />
<br />
“Ihhhh, koq bauuu yachh….”<br />
<br />
“WADUH, itu mah udah dari sananya…,siniiii…. “tanganku menekan belakang
kepala Non Shasha agar ia terbiasa mencium wangi dan harumnya batang
kemaluanku, berulang kali aku membujuknya agar mau menjilati dan
menghisapi penisku, namun dengan tegas ia menolak keinginanku, akhirnya
aku hanya pasrah membiarkan tangannya mengelusi dan mengocok-ngocok
batang kemaluanku.<br />
<br />
“Shasha, gantian donggg….” aku meraih tubuhnya dan mendudukkan Non
Shasha di atas kursi sedangkan aku berlutut di hadapannya, kuelus-elus
bulatan payudaranya sampai ia menggelinjang kegelian. Kuremas -remas
induk payudara Non Shasha seperti yang sering kulihat di film - film
porno yang sering kutonton, pantesan pemeran pria ketagihan
megang-megang susu pemeran wanita, ternyata rasanya aduhai banget,
hangat, lembut, kenyal rada-rada keras. Kedua tanganku membelit
melingkari pinggang Non Shasha, kuciumi bulatan buah dadanya yang
semakin menggembung padat seperti dua buah gunung yang hendak meletus.<br />
<br />
<br />
<br />
“Ahhh, Ujangggg, kamu belajar dari mana sichhh….”Non Shasha menggeliat
kegelian ia berusaha meronta ,aku semakin erat membelit pinggangnya yang
ramping, kuciumi induk payudara Non Shasha yang sekal, lidahku terjulur
keluar seperti lidah seekor ****** yang sedang kehausan, kujilati
belahan dadanya yang lembut halus. Ujung lidahku menari-nari memutari
putting susunya, kujepit dengan bibir atas dan bibir bawahku yang
mengatup kemudian bibirku bergerak ke kiri dan ke kanan seperti gerakan
orang sedang membilas pakaian.<br />
<br />
“Nguhhhh, Unnnhhhh.. Akkhhh Ujanggg… geliii, aduhhh, aduhhh!” Non Shasha
mendesah-desah kegelian, kedua tangannya berusaha mendorong kepalaku.<br />
<br />
“HHHHH..” Non Shasha menghela nafas ketika tiba-tiba aku mencaplok
puncak payudaranya, percuma saja ketika Non Shasha berusaha menarik
dadanya, karena kedua tanganku malah mendorong punggungnya ke depan
sehingga buah dadanya semakin membusung ke depan.<br />
<br />
“Gila kamu, Ujang hentikan.!!, aduhh, Hssssshh Hhhhsssss…” Nona Shasha
semakin sering mendesis lirih ketika aku semakin rakus menciumi,
menjilati dan mengenyot-ngenyot payudaranya, sambil melakukan
kenyotan-kenyotan kedua tanganku bergerak cepat menarik kain segitiga
itu dari selangkangan Non Shasha, kutarik lepas kain segitiga putih itu.<br />
<br />
“Ujanggg, Ohhh, Ujangggg…, ” kini kedua tangan Non Shasha malah memeluk kepalaku dan membelai-belai rambutku<br />
<br />
Aku menatap wajahnya yang cantik kemudian bibirku kembali mengejar
bibirnya, kukecup-kecup dengan lembut sebelum akhirnya aku menjulurkan
lidahku. Lidah Non Shasha juga terjulur keluar menyambut lidahku,
akhirnya lidah kami saling mengelus, menjilat dan mengait, ciumanku
kembali turun mencumbui kedua payudaranya, terus semakin turun, turun ke
perut dan<br />
<br />
“Ahmmmmm, Aaaa….” Non Shasha mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ketika
aku mulai menciumi permukaan vaginanya, kubasuh dan kumandikan
rambut-rambut tipis yang menghiasi daerah intimnya, hidungku kembang
kempis ketika menghirup aroma vaginanya yang wangi menggodaku agar
segera melakukan penjelajahan lebih lanjut.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku menciumi bibir vaginanya kemudian kujilati belahannya yang mulai
dibasahi cairan-cairan kewanitaanya yang meleleh mirip seperti cairan
lilin yang meleleh, kubersihkan belahan vaginanya dari lelehan - lelehan
cairan nafsunya yang terasa gurih dimulutku.<br />
<br />
“Ehhh, Nggakk…. Mauu, jangan Ujangg…!! ” Non Shasha panik ketika aku menggesek-gesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya.<br />
<br />
“Yaaa, terserah, silahkan aja non Shasha teriak makin keras, paling juga
kita digerebek terus dipaksa kawin… he he he…. ” Aku mengancamnya, tapi
terus terang dalam hati aku merasa was-was kalau Non Shasha beneran
teriak mampuslah aku..!!!<br />
<br />
“Ujanggg, jangan Ujanggg, Aku nggak mauuu…! Tolong Ujang..!!” Nona
Shasha berbisik memelas ia memohon padaku, sementara aku semakin keras
berusaha membobol vaginanya, berkali-kali kujejal-jejalkan kepala
penisku sampai akhirnya perlahan-lahan kepala penisku mulai membelah
belahan vaginanya.<br />
<br />
“Ujang aku mohonnn, Jangaaaahhhhhhh….!!!Ampunnn Ammmhhh, Hkkk Hkkkkk,
Hkkkk ” Nona Shasha tidak sanggup untuk meneruskan kata-katanya, matanya
mendelik , kemudian kepalanya tergolek ke samping kanan, ia terisak
berusaha menahan tangisannya..<br />
<br />
“Krrrtt…, Brrrttt…..Ammmfffhhh, sakit… Ohhhhh” Non Shasha berusaha keras
menahan jeritannya ketika ada sesuatu yang berderak di dalam vaginanya,
rasanya enak sekali ketika kepala penisku merobek-robek selaput
kegadisannya, kutekankan batang kemaluanku semakin dalam. Batang penisku
yang besar dan panjang mengggeliat setengah mati berusaha menjelajahi
gua sempit yang selama ini belum pernah terjamah oleh siapapun.<br />
<br />
Kutarik kemudian kubenamkan batang kemaluanku sekaligus, ada
cairan-cairan merah bercampur cairan kewanitaan Non Shasha, yang
meleleh, ketika Aku berkali-kali menarik dan menjebloskan batang
penisku.<br />
<br />
<br />
<br />
“Ohhhhh….” terdengar rintihan kecil Non Shasha, tubuhnya yang seksi dan
mulus menggeliat-geliat resah ketika aku mulai mengayun-ngayunkan batang
kemaluanku menyodok- nyodok lubang vaginanya, uhh, gila sempit banget
lubang vaginanya.<br />
<br />
Batang kemaluanku begitu kesulitan ketika berusaha melakukan genjotan -
genjotan ala Ujang yang hebat, kucolok-colok belahan vaginanya dengan
batang besar di selangkanganku.<br />
<br />
“Wahhh Shasha, memek lu enak banget sich” Aku semakin ngelunjak,
kugenjot-genjot lubang vaginanya, semakin lama semakin kuat kuayunkan
batang kemaluanku menyodok-nyodok belahan vagina Non Shasha yang
menggigit batang kemaluanku.<br />
<br />
“UJANGG…., Oww..!! Crrr Crrrrttt…..”lubang vagina Non Shasha terasa
seperti sedang mengunyah batang kemaluanku, rasanya enak sekali ketika
lubang vaginanya berkedut-kedut mengenyot batang penisku.<br />
<br />
“Cleppp, Cleppp, Cleppp, Clepppp” suara-suara becek terdengar semakin
nyaring ketika batang kemaluanku menyodoki belahan vaginanya yang sudah
banjir oleh cairan kenikmatannya, kutusuk-tusuk belahan vagina Non
Shasha dalam gerakan-gerakan lembut yang teratur untuk menikmati
kehangatan dan jepitan lubang vaginanya yang peret, kubelai rambutnya
dan ia menatapku dengan tatapan matanya yang sayu.<br />
<br />
Kupandangi buah dadanya yang bergoyang-goyang dengan indah ketika
kusodokkan batang kemaluanku, kucubit dan kutarik-tarik putting susunya
sampai ia mendesis sambil menggeliatkan tubuhnya yang sudah basah,
bercucuran air keringat..<br />
<br />
<br />
<br />
“Ohhh, Ujanggg….!! Enakkk…., Ujanggg…..!! ” kedua tangan Nona Shasha
berpegangan pada lengan kursi ketika aku berusaha setengah mati
menggerayangi dan meremas-remas buah dadanya sambil menyodok-nyodokkan
batang kemaluanku.<br />
<br />
Aku semakin ketagihan untuk menggenjot-genjot vagina Non Shasha, rasanya
nikmat sekali ketika batang kemaluanku mengexplorasi lubang vaginanya
yang sempit dan seret, kubenamkan batang kemaluanku dalam-dalam sambil
meremas induk payudaranya. Ia menatapku seolah sedang memohon agar aku
kembali menggenjoti vaginanya, sementara aku malah terkagum-kagum
menatap lekuk liku tubuhnya sambil mengelusi kedua pahanya yang sedang
mengangkang, tubuhnya yang putih mulus kini terkulai pasrah dihadapanku,
ia tampak kecewa ketika aku mencabut kemaluanku, kubersihkan
selangkangannya dengan kertas tissue.<br />
<br />
“Ahhhhhhhhhhhh…., ” Non Shasha mendesah panjang ketika aku menjilati
batang lebernya, kedua tangannya memeluk kepalaku, harum tubuh Nona
Shasha semakin membuatku terangsang, kugeluti dan kucumbui lehernya,
seperti film-film yang sering kutonton, hanya bedanya kini akulah aktor
utama yang terganteng di dalam ruangan ini, tiba-tiba aku melirik ke
kiri dan ke kanan, emang nggak ada laki-laki lagi selain diriku ini T_T
Jari tanganku mencubit dan menjepit putting susu Non Shasha, kemudian
kupelintir-pelintir putting yang keras meruncing itu, kuusap-usap
pangkal payudara Non Shasha bagian bawah, kubelai dan kemudian
kuremas-remas dengan lembut. Nona Shasha memberikan reaksi yang
membuatku semakin bersemangat untuk mengelus-ngelus dan meremasi
gundukan buah dadanya yang putih menggembung.<br />
<br />
“Ujangg, kamu belajar dari mana sichhh, koq enak amattt….” Tanpa sadar
Nona Shasha merintih lirih ketika aku menjulurkan lidahku keluar dan
menggergaji putting susunya dengan lidahku, berkali-kali ujung lidahku
yang lancip memutari putting susunya, lidahku menarikan tarian birahi
untuk merangsang Non Shasha yang cantik.<br />
<br />
<br />
<br />
“Cuppp Cuppppp, Hummmm.. Mummhhhh” kukecupi gundukan buah dada Non
Shasha sebelum akhirnya kukemut-kemut putingnya yang berwarna kemerahan,
kubenamkan kepalaku diantara kedua buah dadanya, dengan semakin rakus
kujilati belahan dada Nona Shasha, sesekali kuciumi dan kugigit-gigit
kecil induk pentil susunya yang semakin lancip.<br />
<br />
Mataku sampai teler ketika ia mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar,
ia seperti menantangku untuk segera menikmati belahan vaginanya,
wajahnya yang cantik tertunduk malu, ia tidak berani menatapku.
Kutundukkan kepalaku sambil menjulurkan lidah keluar. Perlahan-lahan
lidahku menggelitiki belahan bibir vaginanya, kukorek-korek lubang
vaginanya yang menebarkan aroma yang membuatku semakin gemas
melumat-lumat vaginanya, kueemut-emut bibir vaginanya, kuhisap-hisap
lubang vagina Non Shasha yang bertambah basah karena cairan nafsunya
yang semakin banyak meleleh.<br />
<br />
“Aaaaa…, Essshhh, Ouuhhhh… Ujangggg, Kamu nakallll Ekkhhh..”<br />
<br />
Lidahku menggelitiki daging kecil mungil yang biasanya disebut sebagai
itil atau kelentit, sesekali tubuh Nona Shasha tersentak ketika lidahku
mengait daging itu.<br />
<br />
Kugesek-gesek belahan vagina Nona Shasha dengan mengunakan kepala
penisku, kemudian kujejalkan kembali batang penisku membelah belahan
vagina Non Shasha, aku semakin bernafsu, ATAS NAMA CINTA, Emmmnh salah
ding.., ATAS NAMA NAFSU!!!!, kurojok-rojokkan batang kemaluan kuat-kuat
sampai Nona Shasha meringis kewalahan menerima sodokan-sodokanku.<br />
<br />
“Ahhhhhhhhhhh…., ” Mata sipitnya terbelak lebar sementara mulutnya
terbuka lebar seperti hendak mengucapkan huruf “A”, berkali-kali tubuh
seksinya tersentak-sentak dengan kuat menerima jatah sodokan mautku yang
menghajar lubang vaginanya.<br />
<br />
<br />
<br />
“Ennnhhh, Ennnhhh…, Assshhhh,, Hssshhhhh” berkali-kali Nona Shasha mendesis pelan, kepalanya terlempar ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
Tampaknya ia semakin kewalahan menghadapi genjotan-genjotan penisku,
kuhajar belahan vaginanya sambil menatap dalam-dalam ekspresi wajahnya,
dari ekspresi wajahnya tampaknya ia sangat menikmati sodokan-sodokan
batang penisku. Aku semakin bernafsu menghantamkan penisku, kurojok dan
kusentakkan batang kemaluanku kuat-kuat, akhirnya dalam hitungan menit
Nona Shasha kembali menggelepar tanpa daya.<br />
<br />
“Crrrr…, Crrrrtt Crrrrreettt….., Hssssshh, gila kamu.. Owww, pelannn Sssh”<br />
<br />
kutarik dan kubetot batang kemaluanku kuat-kuat, kemudian kuayun-ayunkan
dengan sentakan-sentakan kuat yang berirama, kusodok-sodok belahan
vagina Non Shasha, Clepppp.. Clppppp… Clpppppp, suara-suara aneh itu
terdengar ketika aku membenam-benamkan batang kemaluanku menyodok
belahan vaginanya.<br />
<br />
Aku menarik nafas panjang - panjang, kemudian kutarik tubuh Non Shasha,
kini ia nungging diatas lantai, kugesekkan kepala kemaluanku pada
belahan vaginanya kemudian kutekankan kepala penisku yang semakin
terbenam di belahan vaginanya, setelah membekap mulutnya dengan bibirku
kujebloskan benda panjang di selangkanganku menyodok vaginanya dari
belakang.<br />
<br />
“Haemmmm… !!” Non Shasha menjerit keras dan kupompa vaginanya dengan
lembut, kedua tanganku meraih buah dadanya dari belakang, sambil
menyodok-nyodok vaginanya aku meremas-remas kedua gunung kenyalnya.<br />
<br />
“Hhhhh Hhhhhhhhhh.. Hssshh Ujanggg Hssssss “terdengar suara Non Shasha
mendesis pelan ketika aku melepaskan kuluman bibirku , hembusan nafasnya
yang harum dan hangat menerpa wajahku, entah kenapa tiba-tiba Non
Shasha tiba-tiba terisak menangis, air matanya meleleh melalui pipinya,
aku hanya tersenyum sambil mengecup pipinya, kubelai rambutnya yang
dicat pirang, Shasha benar-benar cantik, pinggangnya ramping, perutnya
rata, kuremas pinggulnya dan kutepuk bokongnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Non Shasha semakin kuat terisak ketika tubuhnya terayun-ayun, sambil
mengayunkan batang kemaluanku aku memejamkan mataku untuk lebih meresapi
kenikmatan belahan vaginanya, kuaduk-aduk belahan vaginanya kuat-kuat<br />
<br />
“Crrrrr Crrrrr…… Crrrrrrr…… Nhhhhh” tubuh Non Shasha mengejang kemudian
terkulai lemas, ia meringis ketika aku memompa dengan semakin cepat dan
dalam, menusuki belahan sempit vaginanya dari belakang, kedua tanganku
mengelus pinggangnya yang ramping, tubuhnya yang putih dan mulus
terdorong maju mundur dengan teratur ketika aku menjejalkan benda besar
di selangkanganku menyodok-nyodok vagina Shasha yang sedang menungging,
sesekali terdengar suara isak tangisnya, si cantik Shasha menangis,
tangisannya terdengar begitu merdu karena diiringi suara
rintihan-rintihan kecil yang membuatku semakin bernafsu merojok-rojok
liang vaginanya yang peret.<br />
<br />
“UJANGGGG……!!! ” tiba-tiba terdengar suara jeritan keras memanggil
namaku, jeritan penyihir tua yang menakutkan, membuat konsentrasiku
buyar, pertahananku hancur berantakan.<br />
<br />
“Huek…, ngahaaakkk Kecrotttt… Crrrotttttt….” jeritan keras itu membuatku
kehilangan kendali, berkali-kali penisku menyemburkan lahar panas,
padahal aku masih ingin menggarap tubuh mulus nona Shasha dengan batang
kemaluanku yang besar dan panjang, Non Shasha menahan nafas ketika aku
mencabut penisku. Aku segera bangkit dan memakai kembali pakaianku,
karena kembali terdengar jeritan keras menggelegar memanggil namaku.<br />
<br />
“UJANGGGGG……!! ” kembali terdengar jeritan pembawa nikmat melengking
tinggi memanggil namaku, (Ujang lagi..!, Ujang Lagii…!!sabar atuhh..!!
cape nihh abis ngentot tapi EUNAKKKKK )<br />
<br />
<br />
<br />
Sebelum keluar dari ruangan itu aku masih sempat mengecup bibir Nona
Shasha yang seksi, ia hanya diam menatapku yang meremas payudaranya
kemudian menarik gemas putting susunya hingga ia mendesis lirih, sebelum
menutup pintu ruangan itu aku kembali mengintip kedalam, Shasha sedang
memakai celana dalamnya dengan terburu-buru, ia membalikkan tubuhnya
ketika menyadari ada sebuah kepala yang tersembul dari sela-sela pintu
yang hampir tertutup…., Kepalaku he he he…, ingatlah wajah burukku yang
dipenuhi bekas luka bopeng ini Shasha sayang, karena AKULAH
PEJANTANMU…….!!<br />
<br />
“UJANGGGGGG…..!! “<br />
<br />
“IYA BUUUUUU…….!!”<br />
<br />
Di sore hari aku menggaruk-garuk kepalaku sambil membersihkan WC kantor,
aku mengeluarkan dan memegang senjataku, kukocok benda di
selangkanganku hingga menegang maksimal……… aku tersenyum mengingat
kejadian tadi sore sepulang jam kantor, langkah Non Shasha agak
mengangkang, ia tertunduk malu ketika aku menatapnya.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-6983387903201193472013-02-16T19:19:00.000+07:002013-02-16T19:19:00.025+07:00Belajar ML dari teman-teman pacarku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzN8MDWFp2QyBjiUzlI-cLxQpsvNDq8TGfkRkDD-J8AJT1Z_TXVj4nIWVv3mojVg-yTWjCIFxyUUDz5caEczS7ljG-EXIpCsaOzNwYoP_bDwaTxxdFMuv6JBtY2fASpUPEdTdr80L2C2I/s1600/0.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzN8MDWFp2QyBjiUzlI-cLxQpsvNDq8TGfkRkDD-J8AJT1Z_TXVj4nIWVv3mojVg-yTWjCIFxyUUDz5caEczS7ljG-EXIpCsaOzNwYoP_bDwaTxxdFMuv6JBtY2fASpUPEdTdr80L2C2I/s320/0.jpg" width="320" /></a></div>
Perkenalkan, nama saya Andi. Saat ini saya berusia 22 tahun. Secara
fisik banyak yang bilang saya tampan. Namun bisa dibilang saya ini culun
abis dan agak kurang pergaulan. Sejak dari SD saya terbiasa
mengancingkan kerah baju bagian atas. Dan entah kenapa sampai saat ini,
saya nyaman-nyaman saja dengan penampilan saya itu meskipun banyak yang
bilang culun. <br />
<a name='more'></a>Saya juga sudah sangat sering menjadi korban jahil
teman-teman.<br />
<br />
Kejadiannya kurang lebih 6 tahun yang lalu, ketika saya masih SMA kelas
1. Hari itu hari sabtu. Semua terasa biasa saja, sampai jam menunjukkan
pukul 3 yang merupakan waktu pulang sekolah. Kejadian itu takkan pernah
saya lupakan. Saya merupakan anak terakhir yang meninggalkan kelas pada
saat itu.<br />
<br />
Karena rasa kebelet kencing saya sudah tidak terelakkan, saya bergegas
ke kamar kecil. Begitu sampai disana, langsung kubuka resleting dan piss
curr,…. (*maaf, memang saya merasa kurang nyaman dengan celana dalam,
jd saya hampir tidak prnah mmakai celana dalam, hehe). Selanjutnya saya
bergegas keluar dari kamar mandi dan selanjutnya pulang.<br />
<br />
Tiba-tiba begitu melewati depan kamar mandi wanita, ada seorang teman sekelas saya wanita menyapa. namanya Jenny.<br />
<br />
“Hai ndi, blum pulang?” tanya Jenny.<br />
<br />
“Iya Jen, ini baru mau pulang” jawabku.<br />
<br />
“Mau bareng gak?” tanya Jenny.<br />
<br />
“Oh, nggak usah Jen. Aku ngekos didepan situ kok” jawabku.<br />
<br />
“Hmmm, yaudah” jawab Jenny agak ketus.<br />
<br />
“Duluan ya Jen” aku pamit<br />
<br />
Jenny tidak mnjawab. Tiba2 dia memanggilku.<br />
<br />
“Eh, Andi sini dong” pinta Jenny.<br />
<br />
“Ada apa?” tanyaku penasaran.<br />
<br />
Tiba-tiba dari dalam kamar mandi muncul 3 orang temannya yang juga
merupakan teman sekelasku. Mereka langsung membekapku dengan sapu tangan
dan menyeretku ke dalam kamar mandi. Dari sapu tangan itu, aku mencium
bau-bau alkohol seperti yang biasanya ada di Lab. Kimia. Seketika itu
aku pun tak sadar.<br />
<br />
Begitu sadar, aku merasa pusing sekali. Tapi aku bingung. Dimana aku??
Kenapa aku masih mengenakan baju seragam lengkap?? Lalu aku menyadari
bahwa aku ditidurkan dengan tangan kakiku diikat dipojok-pojok kasur.
Mulutku juga dilakban. Ada apa ini?? Siapa yang menjahiliku??<br />
<br />
Beberapa menit kemudian muncul seorang wanita yang kukenal. Tak lain tak
bukan adalah Jenny dan ketiga temannya, Rini, Eka, dan Cindy. “Welcome
to my house, Andi” kata Jenny sambil tersenyum. “Oh, tidak. Apa yang
yang akan mereka lakukan padaku” pikirku dalam hati. Kucoba
meronta-ronta tapi mereka tidak menggubrisnya. Mereka malah
tertawa-tawa. Tiba-tiba Jenny bertanya pada Cindy, “Let’s start the
party?”, “Ok guys, Tancaaap!!” jawab Cindy.<br />
<br />
Tiba-tiba mereka semua melepas semua pakaian mereka, alias telanjang
atau bugil. Seumur-umur baru kali itu saya melihat wanita tanpa busana.
Bahkan saya tidak pernah melihat bokep sebelumnya. Secara alamiah penis
saya tiba-tiba ereksi. Cindy melihatnya, kemudian berkata pada Jenny
“Jen, lihat tuh”. Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak begitu
melihat ada yang menonjol dari celana saya.<br />
<br />
Tanpa instruksi, tiba-tiba Rini membuka resleting celana seragam abu-abu
saya. Dia kaget dan berkata “Parah!! Ni anak kagak pake kancut. Eh,
tapi lumayan gede jg titit lo”.<br />
<br />
Aku yang sedang bingung dan ketakutan hanya terdiam saja.<br />
<br />
“Gue nyicip duluan ye” kata Rini. Tiba-tiba dia langsung mengulum dan
menghisap penisku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang seks sebelumnya
langsung terkejut. Seperti disetrum rasanya. Inginku meronta-ronta tapi
semua sia-sia. Ikatan tali itu telalu kuat. Mulutku juga dilakban.<br />
<br />
Tiba-tiba ada rasa seperti ingin kencing, tapi ini lain. Terasa nikmat
sekali. Dan “aaagghhh” aku merasakan ada cairan yang keluar dari penisku
dan masuk ke mulut Rini.<br />
<br />
“Apa ini??” pikirku<br />
<br />
“Hmm, boleh juga lo” kata Rini padaku.<br />
<br />
“Ni, siapa mau? Tar klo uda gw lagi ye.” kata dia pada yang lain.<br />
<br />
“Gampaang. Hari ini mpe besok, Andi buat kita. Hahahhaa” kata Jenny sambil tertawa.<br />
<br />
“Apa?? Aku diginikan sampai besok?? Dimana orang-orang rumah ini??”
pikirku dalam hati Tidak seperti Rini, Jenny tidak mengulum penisku. Dia
langsung memasukkan ke dalam lubang di daerah pantatnya. “Apa ini
vagina??” pikirku sambil ketakutan. Selanjutnya<br />
<br />
Jenny menggenjotnya dengan penuh semangat.<br />
<br />
“Aaagghh, tolong hentikan ini” pintaku dengan tidak jelas karena mulutku masih dilakban.<br />
<br />
Tiba-tiba rasa ingin kencing itu muncul lagi. Dan, akhirnya cairan itu
keluar lagi. Kali ini didalam vagina Jenny. Setelah cairan itu keluar,
Jenny melepaskan vaginanya dari penisku kemudian dia menjilati cairan
sperma yang tersisa di penisku. Jenny pun selesai denganku. Aku
benar-benar merasa jijik dengan ulah mereka semua. Mereka semua
menyetubuhiku yang masih dengan seragam lengkap.<br />
<br />
Jenny kemudian berkata pada Eka “Tuh, giliran lu”<br />
<br />
“Nggak ah, gw ga ada nafsu sama sekali ma tu anak” jawab Eka.<br />
<br />
“Parah lu, dasar lesbi” timpal Cindy.<br />
<br />
“Biarin, EGP” jawab Eka.<br />
<br />
“Alhamdulillah, cobaan ini telah berakhir” pikirku begitu Eka menolak menyetubuhiku.<br />
<br />
Tapi aku baru sadar bahwa Cindy belum melakukannya.<br />
<br />
“Yaudah, klo ga mau biar gw yang ngabisin, hahha” kata Cindy.<br />
<br />
“Astagaaa” pikirku.<br />
<br />
“Ok Ndi, ronde ke-3 dimulai. Are u ready?” tanya Cindy.<br />
<br />
Aku menggeleng-gelengkan kepala minta ampun supaya dihentikan semua ini.
Namun Cindy tidak menggubrisnya. Seperti Rini, dia memulai dengan
mengulum penisku. Karena sudah agak loyo, kali ini spermaku keluar
setelah hampir 20 menit. Setelah puas nyepong aku, dia pun menjilati
sisa-sisa sperma tanpa sisa. Dia benar-benar seperti profesional dan aku
yakin ini pasti bukan yang pertama baginya. Aku benar-benar tersiksa
dengan keadaan ini semua.<br />
<br />
Ternyata dia masih melanjutkan ronde ke-4. Dia memasukkan penisku ke
dalam vaginanya. Tapi yang ini lain, aku benar-benar terbawa dalam
permainannya dan aku merasakan kenikmatan. Dia menggenjot dengan
perasaan. Aku yakin dia benar-benar profesional. Akhirnya aku pun
orgasme dan cairan itu keluar di dalam vagina Cindy. Setelah itu aku
benar-benar merasa teler telah meladeni ketiga wanita itu. Tiba-tiba
Jenny bertanya “Mau makan Ndi?” Aku mengangguk. “Yauda, mandi sana dulu”
Lalu Jenny melepaskan ikatanku. Kemudian dia berkata “Jangan kabur lu.
Lu mpe nyoba kabur ga segan-segan gw potong tu penis. hahaha”<br />
<br />
“Iya Jen” jawabku dengan takut. Kemudian aku pun mandi. Karena tak punya
baju ganti, kupakai lagi seragam putih dan celana abu-abu itu. Kemudian
aku menuju ruang makan dimana mereka berkumpul. “Ayo Ndi makan, ga usah
malu-malu gitu lah” canda Cindy. Aku hanya tersenyum. Setelah itu aku
pun makan dengan lahapnya. Kemudian aku bertanya “Kapan aku bisa pulang
Jen?”<br />
<br />
“Besok ya Ndi” jawab Jenny. “Karena….”<br />
<br />
“Karena apa Jen” tanyaku.<br />
<br />
“Karena malam ini lu belum selesai, hahaha” kata Jenny.<br />
<br />
Seketika dia langsung mencengkeramku bersama 3 orang temannya dan mengikatku lagi<br />
<br />
persis seperti posisi awal tadi.<br />
<br />
“Oh, Tuhan. Cobaan belum usai” pikirku.<br />
<br />
Dan seperti sebelumnya mereka menggilirku. Tapi kali ini aku sudah bisa
agak menikmati permainan mereka, meskipun dengan rasa agak tersiksa.
Keesokan sorenya aku diantarkan pulang oleh Jenny. Dia berpesan “kalo
sampe lu bongkar, lu mati!!”. Aku hanya mengangguk. Dan akhirnya sampai
lulus SMA saya tetap menjaga rahasia itu. Bahkan ketika dulunya masih
bertemu dikelas, mereka pun tersenyum-senyum dan saya membalasnya dengan
senyum yang agak terpaksa. Yah, setidaknya saya sedikit menikmat
permainan mereka meskipun dengan agak tersiksa.Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-42284683249433182142013-02-15T18:55:00.000+07:002013-02-15T18:55:17.532+07:00Ibu Haji<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYCY4LOa6KKswKqWoHzE5zGLY1cYknp7Y5xsKorAOBHRH6LGI6njiHZFRGHCWOGc0dA7F3uLIvY-yafyvOVPy22q-0KQ1lf_gKKDAfKl-1ZmBhBKr8M7tv2mU9VsOCMhpkfBRbW3bzsqI/s1600/i3jwlscrq6fh.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYCY4LOa6KKswKqWoHzE5zGLY1cYknp7Y5xsKorAOBHRH6LGI6njiHZFRGHCWOGc0dA7F3uLIvY-yafyvOVPy22q-0KQ1lf_gKKDAfKl-1ZmBhBKr8M7tv2mU9VsOCMhpkfBRbW3bzsqI/s320/i3jwlscrq6fh.JPG" width="213" /></a></div>
Universitas swasta yang terletak di Jalan DI Panjaitan – Jakarta Timur
itu berada di antara jalan uatama, satu jalan sekunder, sebuah sungai
yang kalau musim banjir pasti meluap, dan rumah2 penduduk yang padat.
Dan di antara kepadatan rumah2 penduduk itu terdapat suatu kisah mesum.
Kisah ini terjalin antara mahasiswa yang kuliah universitas swasta
tersebut dan pemilik kos2an di mana sang mahasiswa tinggal ngekos.<br />
<br />
Bangunan itu terdiri atas rumah2 petak sebanyak 5 pintu yang masing2
petak terdiri atas 3 ruangan. <br />
<a name='more'></a>Di samping rumah2 petak tersebut menempel
rumah utama yang merupakan tempat pemilik kos2an tinggal. Nama pemilik
kos2an adalah Haji Imron. Biasa dipanggil oleh tetangga dan mahasiswa
dengan sebutan Pak Haji. Tempat kos2an dan rumah utama ini di kelilingi
oleh pagar besi setinggi 1,5 meter di bagian depan yang memiliki dua
pintu masuk dan pagar tembok di tiga sisi lainnya setinggi 3 meter.
Halamannnya dihampari oleh konblok dan dihiasi oleh berbagai tanaman,
sehingga terlihat sangat rapi, asri, anggun, dan sejuk. Kos2an ini hanya
diperuntukkan bagi mahasiswa. Di sinilah Rizal, mahasiswa di
universitas swasta itu tinggal. Sudah 3 bulan ia tinggal di sini. Rizal
adalah mahasiswa asal Cikampek, tetapi ia bukanlah asli Cikampek.<br />
<br />
Haji Imron memiliki 3 orang anak. Satu laki2, dan dua perempuan. Dua
anaknya sudah berkeluarga, sedangkan satu lagi yang laki2 masih duduk di
kleas 2 SMU. Yang paling menarik hati Rizal adalah Bu Haji. Walau
usianya sudah 43 tahun penampilanya masih seperti umur 30-an. Bu Haji
selalu ramah pada tetangga maupun mahasiswa2 yang ngekos di rumahnya.
Bodynya bongsor, berkulit kuning langsat, dan selalu memakai kerudung.
Bila ia keluar dengan mobil Innova-nya ia akan memakai kaca mata hitam
sebagai hiasan. Rizal sering mencuri pandang mengamati Bu Haji. Pernah
Rizal menggoda Bu Haji ketika Rizal hendak berangkat ke kampus dengan
motor Honda nya sedangkan Bu Haji hendak keluar dengan Kijang
Innova-nya.<br />
<br />
“Wah, Bu Haji, gayanya seperti cewek2 di kampusku aja nih..,”goda Rizal<br />
“Iya dong, Zal. Biarpun udah tua harus tetap jaga penampilan lho...harus
semangat seperti anak2 muda,”balas Bu Haji sambil melemparkan
senyumnya.<br />
“Iya deh, Bu Haji. Saya setuju kok..,”ujar Bu Rizal. “Saya duluan ,Bu Haji,”seru Rizal sambil melajukan motornya.<br />
<br />
Setiap Rizal pulang malam, Rizal sering mengamati Bu Haji nongkrong
sendirian di ruang tengah menonton televisi. Bahkan kadang sampai larut
malam. Yang paling membuat Rizal kagum sekaligus ngiler adalah ketika
suatu sore ia bertamu sekaligus hendak membayar uang kontrakan bulanan.
Rizal diterima oleh Bu Haji di ruang tengah yang sejuk dan asri itu. Bu
Haji menemuinya dengan celana pendek yang ketat dan kemeja yang longgar.
Bu Haji hanya senyum2 saja melihat Rizal yang kikuk dan mata Rizal yang
kadang2 melirik ke pahanya. Di dalam rumahnya Bu Haji memang sering
memakai celana pendek dan melepaskan kerudungnya.<br />
<br />
Setelah keluar daru rumah Bu Haji dan sampai di kamarnya sendiri, Rizal
membayangkan semua yang baru saja dilihatnya. Paha putih yang gempal dan
padat. Sangat mulus, pikir Rizal. Dan Rizal yakin di balik kemeja
longgar yang dipakai Bu Haji terdapat kulit yang putih-mulus dan buah
dada yang besar. Rizal sering membayangkan bisa menggumuli tubuh Bu Haji
yang bongsor dan putih mulus itu. Rizal juga sering membayangkan memek
Bu Haji, pasti tebal dan empuk gumamnya dalam hati. Tetapi Rizal lalu
tersenyum masem karena tubunya termasuk agak kurus walaupun ia memiliki
tinggi 173 cm. Kalau sudah begitu Rizal akan mengusap-usap kontolnya
lalu melepaskan pusingnya di kamar mandi.<br />
<br />
Pak Haji Imron termasuk tuan tanah. Ia memiliki beberapa kos2an dan
sejumlah rumah yang dikontrakkan. Semua tersebar di wilayah Jabodetabek.
Ia paling sering ke wilayah Depok. Selain mengunjungi anaknya dan rumah
kos2an yang pengelolaannya diserahkan pada anaknya juga karena di
sebelah kos2an itu terdapat kolam pancing yang yang cukup ramai
dikunjungi. Kolam pancing itu juga dikelola oleh anaknya dan menantunya
di samping beberapa pembantu. Hampir setiap hari Pak Haji Imron pergi ke
Depok. Kalau sudah asyik memancing Pak Haji Imron bisa menginap sampai
3-4 hari.<br />
<br />
Suatu sore Rizal berjalan ke samping rumah utama yang ditanami beberapa
batang pohon jambu Taiwan. Ia bermaksud mengambil beberapa buah jambu
Taiwan. Pak Haji dan Bu Haji memang tidak melarang anak2 kosnya
mengambil hasil tanaman yang ada di sekitar rumah itu. Karena kadang2
anak2 kos juga ikut membantu mengurusi tanaman2 tersebut. Saat itu
beberapa pohon jambu sedang berbuah. Buahnya besar2 dan siap dipanen.<br />
<br />
Pohon2 itu terletak di antara tembok pagar dan tembok dinding rumah
utama. Ketika ia hendak melangkah ke rimbunan pohon jambu, ia melihat
daun jendela yang menghadap ke pohon2 jambu itu terbuka. Itu merupakan
kamar tidur Pak Haji dan Bu Haji. Ia seketika ragu. Tetapi di benaknya
adalah bahwa tadi pagi ia melihat Pak Haji dan Bu Haji keluar rumah
memakai Suzuki Escudo. Dan ketika ia terbangun sore ini Suzuki Escudo
belum ada di halaman. Ia hendak membatalkan niatnya karena takut jangan2
ketika ia tertidur tadi Pak Haji dan Bu Haji pulang dan Suzuki Escudo
mungkin dipinjam seseorang atau salah satu anaknya. Setelah beberpa
detik, Rizal memutuskan memeriksa perlahan. Ia berjalan di atas teras
keramik samping yang sempit. Dengan ujung matanya ia mencoba meneliti
kamar itu. Untunglah…,pikirnya. Kamar itu kosong.<br />
Lalu Rizal pun melanjutkan niatnya. Ia mengambil beberapa buah jambu.
Ketika ia hendak berbalik, Rizal sangat kaget dan pucat. Karena pada
saat yang sama ia melihat Bu Haji masuk ke dalam kamar. Bu Haji hanya
memakai celana pendek yang sangat ketat. Dan di atasnya, seluruh kancing
kemeja Bu Haji belum terpasang sehingga memperlihatkan perut dan
pusarnya yang mulus dan putih dan juga BH nya yang membungkus dadanya
yang besar. Bu Haji juga kaget dan hampir berteriak. Tetapi ketika
menyadari bahwa orang yang ada di samping rumah adalah Rizal ia hanya
kaget sebentar saja. Tangannya bergerak mengatupkan kemejanya tanpa
memasang kancingnya.<br />
“Ah…kirain tadi siapa…Ibu kaget setengah mati,”seru Bu Haji dari dalam
kamar. Ia melipat kedua tangan diperutnya sehingga kemejanya tidak
terbuka.<br />
“Maaf Bu Haji…maaf…Maaf Bu Haji…tadi saya kira Bu Haji pergi dengan Pak
Haji…jadi saya berani ke sini,”Rizal berusaha menjelaskan. Ia terlihat
kikuk dan agak malu2.<br />
“Iya sudah…kirain siapa..,”kata Bu Haji. Ia tersenyum pada Rizal.<br />
“Maaf Bu Haji…,”kata Rizal berjalan menunduk. “Permisi Bu Haji…,” kata
Rizal permisi dan melihat ke Bu Haji sebentar. Bu Haji mengangguk
tersenyum. Ketika Rizal melihat Bu Haji sebentar, ia sempat melirik ke
dada Bu Haji yang tidak begitu serius menutupi bagian dadanya.<br />
<br />
Sesampai di kamarnya, Rizal malah tidak memperdulikan jambu yang baru
saja diambilnya. Yang ada dalam pikirannya adalah pusar, perut, dan BH
Bu Haji. Ia terduduk dalam kasurnya. Memandang langit2 kamarnya.
Bayangan Bu Haji yang super seksi tadi memenuhi angannya. Ia
menggerakkan tangannya mengusap-usap kontolnya yang seketika menegang
keras. Rizal menghempaskan punggunya ke kasur. Menarik tangannya dari
selangkangannnya. Ia merenung, jika tadi di belakang Bu Haji muncul Pak
Haji, maka ia akan kena tegur.<br />
<br />
Ketika Rizal masih berusa menenangkan pikirannya tiba2 handphone-nya berbunyi. Rizal mengambil handphone-nya.<br />
“Hallo..”jawabnya. Tapi diseberang tidak ada jawaban. Panggilan itu
terputus. Rizal mengamati nomor “Received Calls” pada handphonenya.
Nomor yang tidak dikenalnya. Ia meletakkan handphone itu. Tetapi ketika
teringat dengan seorang cewek yang baru dikenalnya kemarin ia meraih
lagi handphone tersebut. Siapa tahu cewek itu, pikir Rizal. Rizal
memanggil nomor itu.<br />
“Hallo…,”panggilnya.<br />
“Hallo…emang kamu gak kuliah..?”seketika Rizal heran. Ada riak senang dalam hatinya. Suara itu adalah suara Bu Haji.<br />
“Eh, Bu Haji…eh..nggak Bu Haji…hari ini saya emang ga ada jadwal
kuliah…,”ujar Rizal dengan suara yang dibuatnya sedemikian rupa.<br />
“Hhhmm, gimana jambunya? Enak ga?”tanya Bu Haji di seberang. Suaranya terdengar akrab dan manis di telinga Rizal<br />
“Ah, belum sempat Bu Haji…baru juga mau makan…dari bentuk dan warnanya
kayaknya enak sih..,”kata Rizal mencoba berakrab-akrab ria.<br />
“Ntar kalau udah makan bilang ibu iya. Kalau enak Ibu juga mau ambil,”<br />
“Iya Bu Haji…,”jawab Rizal. Ketika ia merasa Bu Haji hendak menutup
pembicaraan, Rizal buru-buru bertanya.”Ehh, hhmmm…maaf Bu, Pak Haji
kemana? Tadi sepertinya saya lihat bareng Bu Haji keluar,”<br />
“Tadi pagi emang keluar bareng Ibu tapi sebentar aja ke salon. Trus
pulang. Sekarang bapak ke Depok….,” kata Bu Haji menjelaskan.<br />
“Ohh..iya udah deh bu…maaf tadi ya Bu Haji…saya tidak tahu..,”ujar Rizal.<br />
“Hmmm-hhmm..,”Bu Haji tertawa kecil di seberang.”Nanti kalau udah
dimakan jambunya jangan lupa sms bilang ibu ya. SMS aja enak apa
nggak..!”<br />
“Iya bu..”ujar Rizal. Dan pembicaraan pun selesai.<br />
<br />
Malamnya jam tujuh setelah makan, Rizal mengambil HP-nya. Ia belum
memakan jambunya, tetapi dalam hatinya ia akan mengatakan saja bahwa
jambu itu enak.<br />
“Malam Bu Haji…jambunya enak,”begitu is isms Rizal.<br />
“Bener enak?”balas sms Bu Haji.<br />
“Iya Bu. Bener enak”.<br />
“Kamu lagi ngapain?”sms Bu Haji.<br />
“Gak lagi ngapain Bu. Tiduran aja,”balas Rizal sambil heran dgn isi sms Bu Haji.<br />
“Emang ga keluar? Mahasiswa kan ngapelnya ga cuma malam minggu”balas Bu Haji lagi.<br />
“Nggak Bu. Lagi pengen di rumah aja. Maaf, kalau Bu Haji sedang apa?”sms Rizal.<br />
“Lagi sms an ama kamu..hehe..!”jawab sms Bu Haji. Isi sms ini membuat
Rizal senang setengah mati. Ia tersenyun-senyum dalam hati. Rizal agak
bingung untum membalas. Ia tidak tahu hendak mengetik apa. Tiba2 sms Bu
Haji masuk lagi.<br />
“Tadi kamu lihat ibu ya..?”<br />
Rizal hampir berteriak senang setengah mati membaca sms ini. Ia membaca
sms itu berulang-ulang. Ia berpikir sejenak untuk membalas apa.<br />
“Hhmm, iya bu. Maaf…saya tadi tidak sengaja..,”akhirnya hanya itu yang ditulisnya.<br />
“Gak sengaja tapi dah lihat ya…?”sms Bu Haji. Rizal jadi makin semangat.<br />
“Iya bu. Maaf…saya ga ingat lagi kok Bu…tapi…,”balas Rizal. Ia sengaja
menggantung sms nya untuk membuat Bu Haji yang sering diidam-idamkanya
jadi penasaran. Tetapi setelah Rizal menunggu 5 menit Bu Haji tidak lagi
membalas. Ia pun ragu untuk mengirim sms lagi.<br />
<br />
Ketika ia hendak meletakkan HPnya, Bu Haji menelepon. Rizal bersorak dalam hati.<br />
“Hallo…,”sahut Rizal dengan suara dibuat merdu.<br />
“Tapi apa, Zal?”tanya Bu Haji pelan. Suaranya agak sengau.<br />
“Nnnggg…apa ya…? Rizal menyahut dengan canda.<br />
“Apa..ayo apa..?”desak Bu Haji dengan nada seperti tertawa.<br />
“Hhmm…tapi aku senang aja melihatnya…,”akhirnya Rizal memberanikan diri.<br />
“Hhhmmm…kamu ini…kirain apa tadi…emang kamu lihat apa coba..?”tanya Bu Haji.<br />
“Lihat sesuatu…nnggg…yang pengennya ga cuma dilihat…,”Rizal makin berani menggoda.<br />
“Emang pengennya diapain..?”<br />
“Susah dibilangin dengan kata-kata Bu…hehe…,”Rizal tertawa renyah.”Susah
bilanginnya…tapi kalau tiba2 ada di sini…ah..gau taulah…,”Rizal dengan
berani menggoda lebih jauh.<br />
“Heheh….kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.<br />
“Ibu lagi di mana?” Tanya Rizal.<br />
“Lagi di kamar, kenapa?”Tanya Bu Haji.<br />
“Ga…nanya aja kok Bu..!”ujar Rizal.<br />
“Hhhmm..iya udah iya, Zal,”kata Bu Haji menutup pembicaraan.<br />
“Iya Bu. Met malam..,”sahut Rizal<br />
“Iya..,”balas Bu Haji sambil menutup pembicaraan.<br />
<br />
Dalam kamarnya Rizal tersenyum-senyum senang. Entah kenapa nafsu
birahinya timbul. Ia tidur2an di kasurnya sambil senyum-senyum mengingat
semua pembicaraan dengan Bu Haji. Lalu dua jam kemudian sms Bu Haji
masuk lagi.<br />
“Nonton MetroTV deh…acaranya bagus…,”demikian is isms Bu Haji.<br />
Rizal yang memang sedang nonton MetroTV di kamarnya lagsung membalas dengan semangat.<br />
“Iya. Ini juga lagi nonton MetroTV kok Bu. Bu Haji belum bobo..?”tanya
Rizal dalam sms nya. Sengaja ia memilih kata “bobo” untuk membuat
suasana jadi nyaman.<br />
“Belum..kan masih jam 10…,”balas sms Bu Haji.<br />
“Masih di kamar?” Rizal sengaja menanyakan ini.<br />
“Iya…,”jawab Bu Haji<br />
“Di tempat tidur..?” tanya Rizl<br />
“Iya…,”jawab Bu Haji<br />
“Hehe..sama dong…,”balas Rizal genit. Tetapi Bu Haji tidak lagi membalas.<br />
<br />
Sekitar jam 12 malam ketika Rizal dilanda kantuk. Bunyi sms masuk ke HP nya.<br />
“Udah bobo..?” itu isi sms Bu Haji<br />
“Belum…Bu Haji belum bobo..?”Rizal membalas<br />
“Belum juga…masih nonton..,”<br />
“Sama dong…”isi sms Rizal. Kembai lagi Bu Haji tidak membalas. Tetapi
entah kenapa Rizal mengurungkan niatnya tidur. Entah kenapa ia yakin Bu
Haji akan sms lagi. Tetapi kali ini tidak lagi.<br />
<br />
Sekitar jam setengah satu malam yang ada adalah “missed call” dari Bu
Haji. Rizal menelepon balik. Tapi tidak telepon tidak diangkat.<br />
“Belum tidur..?”Rizal coba kirim sms. Tetapi setelah menunggu sepuluh
menit tidak ada jawaban, Rizal akhirnya meletakkan HPnya. Dan
menghempaskan badannya ke kasur. Sekitar jam 02.10 HP nya berbunyi. Di
seberang terdengar suara Bu Haji yang agak sengau dan manja.<br />
“Lagi ngapain, Zal..?”tanya Bu Haji.<br />
Rizal menjawab dengan segenap keyakinan dan keberanian.<br />
“Belum bisa tidur Bu. Gara-gara pemandangan tadi siang di kamar Bu
Haji,”Rizal menahan nafasnya ketika berbicara. Ia pun membuat suaranya
agak sengau dan lirih.<br />
“Hhhmm…terus..?”sahut Bu Haji<br />
“Iya jadi susah tidurnya nih…,”Rizal merengek. Lalu Rizal menyambung lagi.”Bu…!”<br />
“Apa..?jawab Bu Haji<br />
“Tapi jangan marah ya Bu…,”ujar Rizal<br />
“Gak kok..apa..?”tanya Bu Haji.<br />
“Hhhhmm..boleh ga saya kesitu sekarang…?”tanya Rizal dengan suara dibuat
merdu. Dadanya berdegup ketika mengucapkan kata-kata itu.<br />
“Hhhmm kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.”Udah iya..,”ucap Bu Haji.<br />
Pembicaraan seketika terputus. Rizal terdiam. Tetapi hanya berselang dua menit bunyi sms masuk ke HPnya.<br />
<br />
“Pintu samping terbuka…kutunggu..,”demikian isi sms Bu Haji.<br />
Rizal langsung gembira. Badanya dipenuhi nafsu sex. Ia merasakan
kontolnya semakin menegang saja. Dengan perlahan ia keluar kamar dan
melintasi halaman menuju pinti samping. Ketika sampai di pintu samping
dengan yakin ia mendorongnya. Pintu itu terbuka. Di dalam cahaya yang
remang ia melihat bayangan Bu Haji dengan celana pendek dan baju tidur
yang ketat. Bu Haji menarik tangannya dan menutup pintu.<br />
Ketika Bu Haji membelakanginya sambil mengunci pintu, Rizal langsung
memeluk Bu Haji dari belakang. Ia menekan pantat Bu Haji dengan bagian
kontolnya yang tegang. Kedua tangannya melingkari pinggang Bu Haji.
Rizal dengan liar mendaratkan ciuman2 di trengkuk Bu Haji. Bu Haji
langsung berbalik. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Rizal dan
dengan agresif menarik tubuh Rizal ke tembok. Dalam hitungan detik bibir
Rizal sudah dilumat oleh Bu Haji. Rizal membalas dengan memutar dan
memilin lidahnya. Rizal menarik lidah Bu Haji dengan lidahnya. Bu Haji
membalasnya dengan pagutan dan lumatan yang bergelora. Rizal menarik
tubuh Bu Haji sehingga kini Rizal yang bersandar di tembok ruangan
belakang itu. Mereka saling menciumi dan menjilati dengan liar.<br />
<br />
Mulut Bu Haji tak henti-henti mengeluartkan bunyi kecipak ketika mulut
Rizal menyedoti lidah dan bibir Bu Haji. Bu Haji makin dipenuhi nafsu
birahi. Ia makin merapatkan tubuh ke dalam pelukan Rizal. Rizal
menariknya penuh nafsu dan meremasi pantat dan pinggul Bu Haji. Bu Haji
melingkarkan satu tangnnya di leher Rizal dan satunya lagi merababi
leher Rizal. Mulutnya tidak berhenti melumat lidah dan mulut Rizal. Bu
Haji menggeserkan badannya agak ke bawah. Ketika Bu Haji merasakan
****** Rizal yang tegang telah berada di daerah selangkangannya, ia
membuka paha sedikit lalu merapatkannya. Rizal membalas dengan menekan
kontolnya ke arah Bu Haji. Lalu Bu Haji menggesek-gesek ****** Rizal
dengan memeknya yang masih tertutup celana pendek. Rizal membalas dengan
sodokan ke depan sambil meremasi pantat Bu Haji. Ciuman dan jilatan
mereka makin penuh nafsu dan semakin liar. Rizal mengulum bibir Bu Haji.
Lalu menarik bibir Bu Haji dengan sedotan mulutnya. Ketika bibir Bu
Haji terlepas, Rizal merangsek ke leher Bu Haji. Bu Haji menengadah
sambil bagian selangkangannya tetap digesek-gesekkan ke selangkangan
Rizal. Rizal makin nafsu. Ia menciumi bagian atas dada Bu Haji. Bu Haji
makin menengadah…badannya dilengkungkan.<br />
“Hhhmmmhhaahh…jangan bikin merah di situ yah..,”desah Bu Haji<br />
“Mmmhhaahh…,”Rizal hanya mendesah penuh nafsu. Ia membuka kancing depan
baju tidur Bu Haji. Lalu membenamkan wajahnya di dada Bu Haji yang
besar. Rizal menggeser BH Bu Haji ke atas. Lalu tangannya meraih buah
dada yang besar itu. Ia lalu menciumi dan menjilatinya.<br />
“Mmmhhoohhh…,”desah Bu Haji. Rizal makin bernafsu mendengar desah penuh
nafsu Bu Haji. Ia menjilati puting susu Bu Haji lalu menyedotinya.<br />
“Mmmhhhoohhh…hhhoohh…ooohhh…hhhooohhhh…,”begitu desahan penuh nafsu Bu
Haji setiap kali Rizal menyedot puting susu Bu Haji dengan keras. Tubuh
Bu Haji makin melengkung. Ia membusungkan dadanya, menekankan buah
dadanya ke mulut Rizal. Bu Haji melihati mulut Rizal menjilati,menciumi,
dan mengisap-isap buah dadanya. Bu Haji makin keras menggesekkan
selangkangannya ke bagian ****** Rizal. Tangan kirinya mendekap kepala
Rizal untuk terus menciumi buah dadanya sementara tangan kanannya
merabai dada Rizal dan memijat-mijat puting susu Rizal yang kecil. Mulut
Rizal mengecupi puting susu Bu Haji, menyedotinya, lalu
menarik-nariknya dengan mulutnya.<br />
“Hhhmmhhoohh…hhoohhh…hhaaahhh…nngggoohh…,”hanya desah penuh nafsu itu yang keluar dari mulut Bu Haji.<br />
“Mmhhhhh…Zal..Zal…,”bisk Bu Haji di telinga Rizal. Rizal terus saja
menyedot-nyedot susu Bu Haji. Pikiran Rizal sudah dipenuhi nafsu sex.<br />
“Zal…hhhmm…Zal…ke kamar aja…,”bisik Bu Haji.<br />
<br />
Rizal mengendorkan pelukannya. Bu Haji menarik tubuhnya dari pelukan
ketat Rizal. Ia bergerak ke saklar. Klik!!Lalu seluruh ruangan tengah
yang menuju kamar Bu Haji yang terlihat dari luar kalau lampu menyala
langsung gelap. Rizal kembali merangkuli tubuh Bu Haji dan menciumi
bibirnya. Bu Haji membalas dengan tak kalah agresif. Bu Haji meciumi
Rizal, memeluknya, dan menariknya. Rizal mengikuti gerakan Bu Haji. Bu
Haji dan Rizal tetap berpelukan dan berciuman ketika meraka melangkah ke
kamar. Ketika akhirnya sampai di kamar, Bu Haji menarik tubuh Rizal ke
kasur. Rizal tertarik menindih tubuh Bu Haji. Kaki Bu Haji terbuka
menjuntai di lantai sementara tubuhnya rebah di kasur. Rizal menunduk
menggumulinya. Ia menempatkan bagian kontolnya di selangkangan Bu Haji
yang terbuka. Rizal bisa merasakan empuknya memek Bu Haji yang masih
terbungkus celana pendek ketat. Mulutnya menciumi pusar Bu Haji sambil
kedua tangannya menelanjangi tubuh bagian atas Bu Haji. Bu Haji tak
kalah agresif membuka baju Rizal. Ciuman Rizal makin liar. Mulutnya
bergerak ke pinggul Bu Haji. Kedua tangannya membuka celana ketat pendek
Bu Haji. Ia membukanya perlahan-lahan. Bibirnya merangsek menciumi
bagian celana dalam Bu Haji yang terlihat. Bu Haji hanya melihati Rizal.
Ketika akhirnya celana pendek itu lepas, terlihatlah gundukan memek Bu
Haji yang tebal terbungkus celana dalam putih.<br />
“Mmhhhoooh..,”desah Rizal sambil mengecup permukaan celana dalam itu
pelan. Lalu ia berdiri membuka celananya. Ia berdiri telanjang bulat
dengan ****** yang mengacung tegang. Bu Haji memandangi ****** Rizal.
Rizal berdiri mengocok kontolnya sebentar lalu membungkuk membuka celana
dalam Bu Haji. Kini tubuh bugil Bu Haji terpampang di depanya.<br />
<br />
Rizal mendekatkan mulutnya ke memek Bu Haji yang dipenuhi jembut lebat.
“Nnnggghhooohh…,”Rizal mendesah ketika mengecup permukaan memek Bu Haji.<br />
Bu Haji mengangkangkan pahanya lebar-lebar dan mengangkat pantatnya
ketika mulut Rizal menyentuh permukaan memeknya. Rizal lalu mendorong
tubuh Bu Haji perlahan ke tengah tempat tidur. Di tengah2 tempat tidur
itu Bu Haji telentang pasrah dengan paha terbuka. Ia melihat Rizal
mendatangi ke tengah tempat tidur dengan ****** yang teracung tegang.
Ketika Rizal telah memasuki pahanya yang terbuka lebar,Bu Haji melihat
Rizal mengocok-ngocok kontolnya. Lalu ketika Rizal mulai bergerak
menindihnya, Bu Haji merasa darahnya mendesir. Ia makin melebarkan
pahanya. Ia merangkul leher Rizal. Rizal menindih tubuh Bu Haji dan
mencium mulutnya. Bu Haji membalasnya dengan mengulum bibr Rizal. Rizal
mengerakkan pantatnya, dengan kontolnya yang tegang ia mencari memek Bu
Haji. Akhirnya ujung ****** Rizal merasakan permukaan memek Bu Haji yang
basah. Ia menekan-nekannya perlahan. Bu Haji membantunya dengan
menggerakkan pinggulnya. Rizal merasakn ujung kontolnya masuk sedikit di
celah memek Bu Haji. Bu Haji merapatkan selangkangannya. Lalu Rizal
menusukkan kontolnya.<br />
“Hhhooohh Bu Haji..,’desahnya seraya menusukkan kontolnya.<br />
“Nnngghhhoohhh sayang…,”desah Bu Haji. Bu Haji merasakan ****** Rizal
melesak memasuki memeknya yang basah. Bu Haji menggerakkan pinggulnya
menyambut ****** Rizal yang menusuk lobang memeknya. Lalu seketika
melingkarkan pahanya di pinggul Rizal.<br />
<br />
“Hhhooohhh sayang….besar sekali kontolmu…,”desah Bu Haji di telinga
Rizal. Desahan ini membuat Rizal berkobar. Ia menarik kontolnya dan
menusukkannya dengan cepat ke dalam lobang memek Bu Haji. “Hhhhhooohhh
Bu Haji…hhoohhh...”Rizal mengerang penuh nafsu.<br />
“Hhhoohh sayang..kocok terus…hhoohh..enak sekali sayang..hhoohh..,”Bu Ijah mendesah lirih sendu di telunga Rizal.<br />
“HHoohh…hhoohh….hhoo enak sekali..hhohh..hhoohh…Bu Haji
sayang…hhoohhh…hhhoohhh…,”Rizal mengerang penuh nafsu. Rizal
menggerakkan pantatnya naik-turun. Ia menggenjoti tubuh Bu Haji dengan
cepat. Kontolnya keluar masuk dengan cepat dan kuat dalam lobang memek
Bu Haji. Bu Haji makin mengetatkan selangkangannya di pinggul Rizal.<br />
“Oooohhh sayang…genjot sayang…hhhoohh …entoti terus
sayang…hhhooohhh…hhhoohhh..enak sekali tusukan kontolmu
sayang…hhoohh…entotin yang lama say…ooohhh…sayang…oohhh…,”Bu Haji
mendesah penuh nafsu. Rizal merasakan tubuhnya dan tubuh Bu Haji hangat.
Ia melihat wajah Bu Haji yang redup penuh nafsu. Ia melihat wajah Bu
Haji bergerak-gerak mengikuti setiap tusukan kontolnya. Ia merasakan
nikmat yang luar biasa di ujung kontolnya ketika menusuki bagian dalam
lobang memek Bu Haji. Bu Haji merasakan tusukan-tuskan dalam lobang
memeknya begitu cepat. Ia melebarkan pahanya dan betisnya merangkul
pinggul Rizal.<br />
<br />
Dengan matanya yang sayu Bu Haji melihat pantat Rizal naik-turun memompa
dan menggenjotinya. Seiring itu lobang memeknya merasakan nikmat yang
penuh sensasi ditusuki ****** Rizal. Ia menggerakkan tanggannya
merangkul pinggang Rizal. Berusaha menguasai dan memiliki tubuh yang
sedang menggumuli dan menggagahinya.<br />
“Hhhhoohhh sayang… entotin memekku say…ooohhh…terus say..hhhoohh..enak
sekali sayang…oooohhh….,”Bu Haji makin gelap mata menahan nikmatnya
senggama itu.<br />
“Iya say…hhoohh..iya sayang…,”bisik Rizal penuh birahi di telinga Bu
Haji. Ia makin merapatkan tubuhnya yang penuh keringat ke tubuh Bu
Haji.”Iya say..hhhoohh..iya say…enak sekali mengentotimu say…hhhoohh..,”erang
Rizal lirih. Bu Haji makin dipenuhi birahi nafsu. Dengan kedua tangan
mencengkeram erat pinggang Rizal ia menggerakkan pinggulnya makin liar
menerima tusukan-tusukan ****** Rizal dalam lobang memeknya.<br />
“Hhhhggggg….nnggghhooohhh…nnnggghhhhoohhh…,”Bu Haji makin ketat
menempelkan memenya ke pangakal ****** Rizal.. Rizal merasakan tubuh Bu
Haji makin hangat, dan mulai bergoyang liar tidak teratur. Rizal tahu Bu
Haji sesaat lagi akan mengalami orgasme. Rizal memacu tusukan kontolnya
makin cepat. Ia terus memompa dan menggenjot. Lalu ia merasakan pangkal
paha Bu Haji makin melebar dan mendesak ke tubuhnya. Tangan Bu Haji
mencengkeram kuat pinngangnya….<br />
“Hhhhggggghhh…nnggghhhhooohh..Zal…nnggghhhoohhh…oo oohhh…hhhggg..,”
desahan sengau penuh nafsu Bu Haji tiba2 tertahan dan seketika Rizal
merasakan lobang memek Bu Haji berdenyut-denyut cepat, dan seiring itu
kontolnya merasakan siraman mani yang hangat dalam lobang memek Bu Haji.
“Hhhngghhoohhh..hhhoohhh…ooohh..nnggghhhooohhh…,”B u Haji tak henti2
menjerit keenakan merasakn orgasmenya. Rizal memacu makin kuat dan.<br />
“Hhhhnggghhhoohhh…hohohh..ohhhh..,” tak lama berselang Rizalpun
menghujamkan kotolnya dalam2 dan kuat dalam memek Bu Haji.
“Hhhaahh..hhhaaahhh…,”desah Rizal memuncratkan maninya dalam memek Bu
Haji. Kontolnya menyemprotkan mani berkali kali. Kontolnya
mengangguk-angguk dalam memek Bu Haji. Bu Haji merasakan lobang memeknya
dipenuhi mani yang hangat. Ia merem-melek menikmati ****** Rizal yang
berdenyut-denyut dalam lobang memeknya. Bu Haji terus merasakan gerakan
pinggulnya yang belum berhenti bergerak otomatis karena orgsmenya. Ia
meraih mulut Rizal dan seperti kehausan langsung menciumin dan
mengulumnya liar.Rizal membalas lumatan mulut Bu Haji. Matanya
merem-melek menahan nikmatnya orgasmenya sambil tak berhenti mengulumi
bibr Bu Haji.<br />
<br />
Lalu akhirnya ciuman2 mereka mulai longgar seiring makain lemahnya
denyutan2 yang mereka rasakan dalam alat senggama mereka berdua. Dan
akhirnya gerakan2 itu berhenti. Bu Haji mendenguskan nafas sambil
merentangkan kedua tangannya lebar2 ke kiri-kanan. Ia memalingkan wajah
ke samping. Rizal melemaskan tubuhnya di atas tubuh Bu Haji. Wajahnya
menelungkup di sisi leher Bu Haji. Ia mendesahkan nafas satu-satu.<br />
<br />
Kurang lebih lima menit mereka diam membisu. Mereka masih merasakan suhu tubuh yang hangat.<br />
“Zal…,”Bu Haji menggerakkan tangannya ke punggung Rizal. Dan merabanya.<br />
“Nggghhahh…,”Rizal menyahut lemah. Ia bergulir turun dari atas tubuh Bu
Haji. Bu Haji mengejarnya dan memeluknya. Mulutnya mengulum lembut bibir
Rizal.<br />
“Zal, kamu memang sering memimpikan hal ini kan..,”bisik Bu Haji.<br />
“Iya…sangat sering…,”jawab Rizal pelan sambil memadangi mata Bu Haji.<br />
Aku tahu…,”kata Bu Haji. “Dari caramu memandangi aku, aku tahu kamu
sering menginginkan ini. Aku juga Zal..,”bisik Bu Haji lagi. Tangannya
membelai-belai puting Rizal yang mungil.<br />
“Kok bisa..? Ibu cantik. Putih. Tubuh ibu juga bongsor dan seksi sekali. Sedangkan aku bisa dibilang agak kurus…,”kata Rizal.<br />
“Nnngghhhmmmmaahh…,”desah Bu Haji sambil mengulum lagi bibir Rizal.
Rizal membalasnya. “Justru karena badanmu ini yang bikin ibu penasaran.
Karena orang yang punya badan kurusnya seperti kamu ini pasti memiliki
nafsu yang besar. Dan ibu sering mebayangkan nafsumu seperti apa.
Apalagi kamu sering memandangi ibu. Dan tadi nafsumu udah bikin ibu
gelap mata..,”jelas Bu Haji. Rizal lalu mendesakkan badannya ke tubuh
bugil Bu Haji. Memeluknya erat. Menciumi lehernya. Rizal berbisik di
telinga Bu Haji…,”Bu, aku tidur di sini yah…?”<br />
“Iya sayang…,”jawab Bu Haji membalas merengkuh tubuh Rizal.<br />
<br />
Malam itu Rizal tidur di ranjang yang biasa jadi tempat tidur Bu Haji
dan Pak Haji. Menjelang subuh mereka kembali menuntaskan nafsu syahwat
mereka. Yang berlanjut hingga esok siangnya.<br />
<br />
Sejak itu Bu Haji makin jarang mengikuti Pak Haji mengawasi rumah2
mereka. Ia lebih senang tinggal di rumah dan mengikuti dorongan nafsu
seksnya. Rizal berkali-kali menggumuli tubuh Bu Haji mulai dari kamar
mandi, ruang tengah, dapur, sampai kamar tidur. Ia memperlakukan Bu Haji
seperti pacarnya
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-45800841105212898822013-02-14T16:46:00.000+07:002013-02-14T16:46:00.713+07:00Ini punyaku... Mana punyamu...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/fbr3ivowj/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/fbr3ivowj/image.jpg" width="240" /></a></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/9mauykiqb/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/9mauykiqb/image.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/z7n2yf5xv/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/z7n2yf5xv/image.jpg" width="283" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/90lw2gno3/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/90lw2gno3/image.jpg" width="251" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/a460ef8b7/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/a460ef8b7/image.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/bx8x2qthv/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://s19.postimage.org/bx8x2qthv/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/gkez4igur/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/gkez4igur/image.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/v4w1zcbtf/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/v4w1zcbtf/image.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/t1lmroc0j/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://s19.postimage.org/t1lmroc0j/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/5c0sgq30z/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://s19.postimage.org/5c0sgq30z/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/5q24gbn4j/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/5q24gbn4j/image.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/dk2q1puxf/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://s19.postimage.org/dk2q1puxf/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-33485441462400682422013-02-13T12:04:00.000+07:002013-02-13T12:04:00.808+07:00Pacarku dan adik adiknya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0u86pnJ5zhBb4yN6An38BeA6kIl0KCelT2nL6wKaTcD4PC_N6XWZ5vS4WCbV7_mrz1r4daLxpLNCvSrP18FtSeYzm1VGmLiya0x1YEIfYV8Wn3FDQMhwxRiP4Jaj5SZK-B22qtdLditI/s1600/duniasex5dd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0u86pnJ5zhBb4yN6An38BeA6kIl0KCelT2nL6wKaTcD4PC_N6XWZ5vS4WCbV7_mrz1r4daLxpLNCvSrP18FtSeYzm1VGmLiya0x1YEIfYV8Wn3FDQMhwxRiP4Jaj5SZK-B22qtdLditI/s320/duniasex5dd.jpg" width="240" /></a></div>
Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Dian. Dian adalah seorang
gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih
mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya... kira-kira
berukuran 34 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan.
Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan
oral seks.<br />
<br />
Dian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang
pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun
payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya,
ukurannya <br />
<a name='more'></a>36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang
ngapel ke rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang
berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa
enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2
SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna
sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk.
Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya
terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu,
gerak-geriknya sangat sensual.<br />
<br />
<br />
Pada suatu hari, saat di rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang
ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Dian
mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda
sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku
membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan
Dian. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan
sebuah VCD porno.<br />
"Hei, dapat darimana sayang?" tanyaku sedikit terkejut.<br />
"Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena takut ketahuan ibunya", katanya sambil duduk di pangkuanku.<br />
"Nonton ini aja ya sayang. Dian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?" pintanya sedikit memaksa.<br />
"Oke, terserah kamu", jawabku sambil menyalakan TV.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan
panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk
pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku
sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.<br />
"Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?" tanyanya sambil mendesah dan
kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu
tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat
dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang mungil mengelus-elus penisku
yang semakin mengeras.<br />
<br />
Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah
telanjang bulat. Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya
yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang
kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan
payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang
lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan
kugigit dengan lembut.<br />
<br />
"Aahh... ahh... sa.. sayang, Dian udah nggak kuat... emh... ahh... Dian
udah mau keluar... aackh... ahh... ahh!" Kurasakan ada cairan hangat
yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya.
Tangan Dian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan,
sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya.
Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Dian mulai memasukkan penisku
ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk
seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus
mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku.
Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat
kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke
dalam vaginanya yang masih perawan itu.<br />
<br />
Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Dian
terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya
spontan berteriak kaget.<br />
"Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?" teriak Agnes.
Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling berpandangan.
Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat
dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil
menutup matanya.<br />
"Iih... Kakak!" jeritnya. "Itunya berdiri!" katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.<br />
Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, "Agnes, Kakak sama Kak Dian
kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang
pacaran ya... kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti
ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?" tanyaku
sambil mengelus pipinya yang halus. Agnes menggeleng perlahan.<br />
"Mau nggak Kakak ajarin?" tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.<br />
"Mmh, Agnes malu ah Kak", desahnya.<br />
"Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?" kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.<br />
"Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Dian", jawabnya sambil memejamkan mata.<br />
<br />
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa.<br />
"Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?" Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.<br />
"Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi", kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.<br />
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum
penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba
payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali
memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya sangat menikmati
tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu
Agnes. "Agnes, bajunya Kakak buka ya?" pintaku sedikit memaksa sambil
mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka
roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai
basah.<br />
<br />
Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak
menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil
tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera
ditepiskannya tanganku.<br />
"Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil", katanya sambil menutupi
dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca
yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di
belakangnya. "Dibuka dulu ya!" kataku membuka kancing BH-nya sambil
menciumi lehernya.<br />
<br />
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil
memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu.
"Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya
bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu
kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga", kataku
sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Agnes mendesah
keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya
nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju
ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya
masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya.
Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut
sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk
meremas-remas payudaranya adiknya itu. "Aahh... ach... ge... geli Kak.
Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh... aahh...
ahh."<br />
<br />
Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari
tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian
menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu
Elsa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka
BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan
mukaku. "Wow, tete kamu ... ...bagus banget. Apalagi putingnya, merah
banget kayak permen", godaku sambil meremas-remas payudaranya dan
mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
"Ahh, ah Kakak, bisa aja", katanya sambil tangan kirinya mengelus
kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku.<br />
<br />
Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke
vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena
kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya
yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat
daripada Dian. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar
dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu
terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat
Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah
kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa
mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya.
Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang
putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.<br />
<br />
"aahh, Kak... Elsa mau pipiss..." erangnya sambil meremas pundakku.<br />
"Keluarin aja. Jangan ditahan", kataku.<br />
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak.
Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku
dalam hati. Hangat.<br />
<br />
Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan
Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya
masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya
keduanya sudah sempat ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia
yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian
nungging. "Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini", katanya sambil
mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan
kemudian mengecup penisku dengan mesra.<br />
<br />
Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit
membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih
sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku
agar lebih masuk ke dalam. "Aachk! Sayang, sa... sakit! aahhck...
ahhck..." Dian mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus
kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam
vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya
berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan
penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk
bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat
dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin
kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Dian menggeliat dengan liar dan
mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas
yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya
Dian sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada
cairan yang menetes dari vaginanya.<br />
"Kok ada darahnya sayang?" tanya Dian terkejut ketika melihat ke vaginanya.<br />
"Kan baru pertama kali", balas Dian mesra.<br />
"Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?" kataku
menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian cuma
tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa.<br />
<br />
Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke
mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara
belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga
menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan
kehangatan. "Ooh... Elsa, hangat sekali. Seperti vagina", kataku sambil
memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar
kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.<br />
<br />
Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik
penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. "Dimasukin sekarang ya?" kataku
sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih
mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam
kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena
lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang
dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi
tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang
belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan
saat itu. Kupercepat kocokanku. "Aahh... aahh... aacchk... Kak terus
Kak... ahh... ahh... mmh... aahh... Elsa udah mau ke... keluar."
Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat
kocokanku. "Aahh... Kak... Elsa keluar! mmh... aahh... ahh..." Segera
kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan
yang sangat banyak. "Elsa, nikmat khan?" tanyaku sambil menyuruh Agnes
mendekat. "Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu.
Boleh kan Elsa ngerasain lagi?" tanyanya dengan mata yang sayu dan
senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan
lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang kemudian disambut dengan ciuman
mesra oleh Dian.<br />
<br />
"Nah, sekarang giliran kamu", kataku sambil merangkul pundak Agnes.
Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan
payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. "Agnes
jangan tegang ya. Rileks aja", bujukku sambil membelai-belai vaginanya
yang mulai basah. Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku.
Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan
vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan
penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian,
"Kak... aahh... ada yang... mau... keluar dari memek Agnes... aahh...
ahh", erangnya sambil menggeliat-geliat. "Jangan ditahan Agnes. Keluarin
aja", kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas
penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir
cairan hangat. "Aahh... aachk... nikmat sekali Kak... nikmat..." jerit
Agnes dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri.<br />
<br />
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu
jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan
bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia
turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak.
Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit.
Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya
sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan
pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke
vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit
kesakitan.<br />
<br />
Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas
dengan lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok
vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku.
Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke
dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun.
"Aahh... aahh... aachk... Kak... Agnes... mau keluar... lagi", katanya
sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan
cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai
ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya,
kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra.<br />
<br />
Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar
mendekat. Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka
bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi.
Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air
mani yang sejak ... ...tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan
akhirnya, crooottt... croott... creet... creet! Air maniku memancar
banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih
cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar
lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes.
Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah
selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes
di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku
sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian.
Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku
merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih
perawan pula semuanya. That was the best day of my live. <br />
<br />
end
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-37643979108456513932013-02-12T12:00:00.000+07:002013-02-12T12:00:05.806+07:00Anak Ku dan Desi Tanteku <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCtTxWp6u8B7cZvBbNh-vQl3eN_nOurc087pnlEu-tcCo_j7cqNhmjz-vgsWe3FHahtqz8IcgWjDVDk50rYIqe4j5nlnbQEzGDFQB78QtoYCTlsR04wqePQmEyKwAPmVqMAdXEBvoa8aI/s1600/x93u2s4a3e51xql07a88.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCtTxWp6u8B7cZvBbNh-vQl3eN_nOurc087pnlEu-tcCo_j7cqNhmjz-vgsWe3FHahtqz8IcgWjDVDk50rYIqe4j5nlnbQEzGDFQB78QtoYCTlsR04wqePQmEyKwAPmVqMAdXEBvoa8aI/s320/x93u2s4a3e51xql07a88.jpg" width="240" /></a></div>
Sudah 5 tahun tante desi menikah namun belum juga di karuniai anak.
Berbagai cara telah di dicoba agar bisa mempunyai anak. namun tidak
membuahkan hasil juga. Satu cara yang belum dicoba adalah pergi ke dukun
karena tante desi orangnya sangat beragama sehingga dia tidak mau pergi
ke dukun. Ia juga tidak mau mengadopsi anak karena ia yakin ia dan
suaminya tidak mandul dan bisa mempunyai anak.<br />
<br />
Tante Desi umurnya sekitar 28 Tahun, dia menikah dengan om aldi pada
usia 23 dan sekarang aku berusia 21 tahun. Tante desi orangnya cantik,
putih, body sangat merangsang walau dia menggunakan pakaian berkedung
longgar namun seluk tubuhnya dan buah dada yang besar sangat jelas
terlihat dari pakaian longgarnya tersebut. Buah dadanya saya tafsir
berukuran <br />
<a name='more'></a>36B. Melihat body tante saya ini, saya sangat terangsang dan
ingin sekali bisa menggauli tubuh tanteku ini. Akal busuk saya pun
keluar yaitu memprokasi tante dan om agar mau ke dukun kenalan saya yang
sebenarnya dukun palsu. Dukun itu adalah teman yang saya, saya suruh
dia pura-pura menjadi seorang dukun untuk memberikan masukan kepada om
dan tante untuk melakukan hal agar mereka mempunyai keturunan.<br />
<br />
Karena desakan dari ke dua belah keluarga besar om dan tante akhirnya
tante mau juga pergi ke dukun yang telah aku persiapkan itu. Samapi di
sana saya menunggu di luar, hanya tante dan om saja yang masuk ke rumah
si dukun. Sampai di rumah tersebut si Om dan tante langsung
memngemukakan tujuan mereka datang ke si dukun bahwa ingin mempunyai
seorang anak. Singkat cerita si dukun memberikan masukan kepada mereka
dengan pua-pura melakukan ritual yang isi masukan tersebut adalah tante
harus bersetubuh dengan salah satu keponakan mereka yang hari lahirnya
adalah selasa kliwon. Ini adalah rencaku untuk bisa menyetubuhi tanteku
karena dari semua keponakan dia yang lahir selasa kliwon hanya aku saja,
jadi sudah dapat di pastikan tante akan bisa aku setubuhi. Aku tidak
peduli apa nanti tante bisa hamil atau tidak yang penting aku bisa
mewujudkan cita-citaku dari dulu yaitu menyetubuhi tante ku yang cantik
dan seksi itu. Aku berpesan kepada si dukun agar ia bisa mendesak
tanteku agar jika mau punya anak agar mau bersetubuh dengan keponakannya
yang lahirnya adalah selasa kliwon.<br />
<br />
Om dan tante terkejut mendengar itu, merekan tidak bisa melakukan hal
tersebut karena dosa. tapi dengan kecerdikan si dukun atau teman aku
tersebut akhirnya tante dan om luluh dan akan menjalankan perintah
sesuai perintah si dukun. Singkat cerita mereka pulang dan saat ku tanya
apa masukan dari dukun dia cuma jawab pokoknya manjur dengan muka wajah
yang datar. Setelah pulang dari tempat si dukun tante dan om mulai di
tanya sama kedua belah keluar namun jawabnya sama seperti pertanyaan ku
tadi. Walau begitu aku sangat bahagia karena dari sms teman aku bahwa om
dan tante setuju untuk melaksanakan perintah dia, jadi obsesiku
bersetubuh dengan tante akan terwujud juga. Sore itu juga tante dan om
berkunjung ke rumah-rumah ponakan untuk menanyakan hari kelahiran
mereka. Semua ponakan telah ditanya kecuali aku tidak ada yang
kelahirannya selasa kliwon. tante dan Om mulai putus asa dan berfikir
dukun itu mengada-ada karena ponakan mereka tidak ada yang kelahirannya
hari selasa kliwon. Di tengah kebuntuan tersebut aku berkunjung ke rumah
dia dengan alasan mau mengambil dompet aku yang tetinggal di dapur
rumah mereka. Padahal tujuan sebenarnya adalah agar tante dan om sadar
bahwa aku keponakan mereka juga dan belum ditanyai hari kelahiranku. Dan
benar sampai disana aku ditanya hari kelahiranku, saat aku jawab hari
itu adalah selasa kliwon mereka sangat terkejut dan saling memandang,
pasti mereka berfikir ternyata keponakannya tersebut adalah saya.<br />
<br />
Singkat cerita mereka mencritakan apa yang di suruhkan dukun tadi siang
yaitu mengharuskan tante bersetubuh dengan ponakannya sampai hamil.
Mendengar cerita mereka aku pura-pura kaget, padahal dala hati aku
sangat senang sekali. Dengan mengiba om dan tante memohon aku untuk mau
menjalankan perintah tersebut. Aku pun mengiyakan mau untuk menyetubuhi
tante. Mereka berpesan kepada aku agar tidak menceritakan ini semua
kepada siapapun. Dan untuk alasan agar aku bisa menyetubuhi tante setiap
saat maka aku di suruh tinggal dirumah mereka, aku pun menyetubuhi
tanteku malam itu juga. Om pun merelakan tante untuk aku setubuhi dan
pindah kamar sampai aku menghamili tanteku dan aku pun akan menggantikan
posisi om ku sebagi suami tante untuk menyetubuhi tanteku semauku dan
kapan pun aku mau.<br />
<br />
Dengan kecanggungan aku mulai merasang tante, tante pun juga canggung.
Mula-mula aku peluk dia dan aku cium dia. Setelah itu aku remas
payudaranya, sungguh besar dan kenyal. Otomatis pula ****** aku sudah
tegang dan keras sekali ingin sekali segera merasakan vagina tante.
Kecanggungan tante sudah mulai hilang akupun juga begitu. Aku mulai
lucuti pakaian tante dan pakaian ku juga sehingga aku dan tante sudah
telanjang buat. Tante kaget dengan ****** aku yang besar dan panjang,
dia sedikit malu ketika aku menatap tubuh bugilnya. Tapi aku segera
meremas lagi payudaranya dan sangat terasa mengeras tanpa sehelai
pakaian. Setelah puas meremas aku jilati payudara dan turun kebawah ke
vaginanya. Vagina telah basah sekali akibat rangsangku tersebut.
"oh..... Oh....", desah tanteku sangat aku memainkan klirotisnya dengan
lidahku. Karena aku sudah tidak tahan maka aku segera lebarkan pahanya
dan aku arahkan kontolku ke vaginanya. Aku tekan pelan kontolku masuk
kelobang vagina yang sempit, hangat dan nikmat tersebut. masuk lah semua
****** dan mulai aku goyang keluar masuk ke vaginanya. Tante
mengimbangi gerakan naik turun pantatku. Desahan kami berdua mulai
terdengar agak keras dan pastinya om akan mendengar desahan kami. 1,5
jam kami bersetubuh dengan berbagai gaya akhirnya aku tidak bisa
membendung spermaku untuk membasahi vagina tante dan tante sudah tidak
tehitung lagi berapa kali dia orgasme.<br />
<br />
"Oh ... Tante enak sekali punya tante!", ucapku sembari tetap menggoyang
keluar masuk ****** ku ke vaginanya dan terus menahan agar spermaku
tidak buru-uru keluar.<br />
"Oh... agung ****** kamu juga enak banget,, panjang dan besar", ucap tanteku.<br />
"Tante aku mau keluar nih"<br />
"Keluarin sayang, buahi tante dengan spermaku dan bikin hamil tantemu ini"<br />
<br />
Semakin cepat aku menggoyang dan aku tekan dalam-dalam ke vagina dia dan
cret cret cret cret cret cret 6 kali semburan spermaku memenuhi vagina
tante, tante pun mendapatkan orgasme lagi bersamaan dengan klimaksnya
aku. Tante memeluku kuat-kuat dan menekan pantatnya agar vaginya dan
kontolku semakin dalam menyatunya agar sperma tidak ada yang meleleh
keluar. Setelah beristirhat kami melanjutkan ke ronde berikutnya dan
berstubuh dengan berbagai gaya. Malam itu kami bersetubuh 3 kali. Dan
tidur karena kelelahan. Paginya kami bangun kesiangan karena letih
akibat bersetubuh dan kami tidak mendapati om karena dia sudah berangkat
kerja dan akupun tidak kuliah karena sudah kesiangannya. Kami pun
akhirnya bersetuh lagi seharian itu. Sehingga kami berdua tidak memakai
pakai selama di rumah. Saat om pulang dari kerja sedang memergoki kami
bersetubuh di ruang tamu, tante awalnya canggung, namun karena sudah
terbakar nafsu akhirnya tidak memperdulikan kehadiran si om. Bgitulah
setiap hari kami melakukan bersetubuh dengan bebas di rumah.<br />
<br />
3 Bulan kami sudah bersetubuh namun tante belum hamil juga. Sehingga om
dan tante pun mulai berfikir apakah cara ini benar atau salah, namun
disisi lain tante pasti sudah ketagihan dengan ****** aku yang panjang
dan besar ini. Dan aku berbicara kepada mereka dengan berbagai alasan
mungkin tante tidak hamil-hamil karena tante dibuahi tidak murni dari
satu sperma yaitu selain bersetubuh dengan aku tante masih juga melayani
om jika om menginginkannya. karena itu aku mohon kepada om agar
merelakan tante hanya bersetubuh dengan aku saja agar cepat hamil.
Dengan berat hati akhirnya om setuju. Dan tante pun seutuhnya hanya aku
yang akan menyetubuhinya. Dan 3 bulan berikutnya tante positif hamil. Om
dan tante sangat senang, aku pun juga begitu karena aku memang pejantan
tangguh. Keluarga besar juga sangat senang mendengar berita kehamilan
tante. Namun setelah itu om menyuruh aku dan tante tidak bersetubuh
lagi, engan berat hati aku dan tante tidak bersetubuh lagi, namun aku
yakin tante masih menginginkanku. Aku pun tidak tinggal lagi dirumh om
dan tante. 2 Minggu tidak bersetubuh dengan tante membuat aku pusing.
Sampai terdengar kabar tante masuk ke RS, dokter mendiaknosa ada
kelainan pada kandungan tante dan harus di gugurkan, kelainan ini di
karena caa bersetubuh yang salah atau apa kurang athu. Tapi hal ini bisa
jadi alasan aku untuk bisa meniduri tante lagi hingga hamil dan
melahirkan tanpa om sekali saja menyetubuhi tante.<br />
<br />
Singkat cerita om merasa bersalah karena terlalu bernafsu menytubuhi
tante dan dia merelakan aku dan tante bersetubuh sampai hamil dan
melahirkan. Aku dan tante pun bersetubuh layaknya suamai istri hingga
hamil. Untuk menyalurkan hsarat om, tante setuju untuk punya pembantu
yang bisa ditiduri, jadi setiap malam om menyetubuhi pembantu dan
istrinya aku yang setubuhi. 9 Bulan kemudian tante melahirkan anak
perempuan yang cantik seperti ibunya. Keluar sangat senang dengan
kehadiran putri kecil tersebut. Dan keluarga ingin tante secepatnya
memberi adik laki-laki buat putri kecil tersebut dan aku sangat senag
karena akan bebas menyetubuhi tanteku. Om ku jg tetap menyetubuhi
pembantu yang juga kadang aku setubuhi juga Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-51351842801865147892013-02-11T23:07:00.002+07:002013-02-11T23:07:52.502+07:00Lagi Asyik baca, malah diajak ML<div style="text-align: center;">
<a href="http://www.imagebam.com/image/eab14b209775193" target="_blank"><img alt="imagebam.com" src="http://thumbnails85.imagebam.com/20978/eab14b209775193.jpg" /> </a></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://adf.ly/Iw0lA" target="_blank">Download </a></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-25684592246084500912013-02-11T11:55:00.000+07:002013-02-11T11:55:00.202+07:00ML Pertamaku Di Kamar Kost Pacarku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjST-AeXmgGAR943E7cQHWNyrssl7y_4JpD9hMJ1it0sbNKPczUDbAY4kjy0Yc2Oj_MRSIMzrnxDCi1JyoQWrE0hkozy25mjnhNThFWcXy1GtcmtZ_7f6X0gAMhGAq1jK-sLnoM0FFHNqg/s1600/546p5wb848exuu7nbdq4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjST-AeXmgGAR943E7cQHWNyrssl7y_4JpD9hMJ1it0sbNKPczUDbAY4kjy0Yc2Oj_MRSIMzrnxDCi1JyoQWrE0hkozy25mjnhNThFWcXy1GtcmtZ_7f6X0gAMhGAq1jK-sLnoM0FFHNqg/s320/546p5wb848exuu7nbdq4.jpg" width="247" /></a></div>
Sebelumnya gua mau ngenalin diri gua terlebih dulu. Nama gua D****
(Edited), aq laki-laki berumur 16 tahun, tinggi kurang lebih 165, berat
48 kg. Aq pengen nyeritain pengalaman ML gua ama pacar gua waktu di
kost-an. Pacar gua ini bernama A*****(edited),wajahnya cantik, tingginy
kira-kira 158, badannya juga cukup berisi, dia satu sekolah ama gua. <br />
Aq dan dia pertama kali bertemu saat pendaftaran masuk SMA, waktu itu aq
melihat dia sedang mendaftar di bagian administrasi. Karena si A*****
ini cantik, aq tertarik untuk mengajaknya<br />
<a name='more'></a> kenalan. Akhirnya kami pun
berkenalan dan saling memberi tahu nomor telpon. <br />
Selama beberapa hari aq dan dia hanya berhubungan melalui telpon. Tapi
ini tak berlangsung lama, tepat hari minggu siang saat aq sedang
ngobrol-ngobrol di depan kost-an ku, aq melihat dia dan sepertinya dia
ingin datang ke kost-an ku. <br />
Kamu tahu kost-an ini dari mana, aq kan ngekost disini, kataku. <br />
Oh, kamu ngekos disini ya, aq kesini juga mau ngekos disini, jawabnya. <br />
Hatiku sangat senang saat dia mengatakan kalau dia ingin tinggal di
kost-an ku, terang saja aq senang karena dia adalah satu-satunya cewek
yang aq taksir di sekolah ku. <br />
Emank dasar aq lagi beruntung, besoknya sehabis sekolah kami berdua
pulang kekost-an bersama-sama, kesempatan ini tidak kusia-siakan untuk
melakukan pdkt ama si dia...eeiiitthhh, bukan hal ini yang membuat aq
beruntung, tp yang membuat aq beruntung, saat km pulang ke kost-an, di
kost-an kami gx ada stu orangpun kecuali kami berdua. <br />
Emank, gua lagi mujur hari (kataku dalam hati), hal ini tidak
kusia-siakan. Setelah ganti baju, aq mengajaknya ngobrol tentang
pertemanan kami. <br />
A*****, km cantik banget ya hari ini, kataku memuji. <br />
Ah, kamu bisa aja D****, katanya sambil tersipu malu. <br />
A*****, km mau ngga jadi pacar aq, dengan ragu aq menembaknya. <br />
Aq mau koq jadi pacar kamu, jawabnya. <br />
Mendengar hal itu, aq sangat senang, langsung kupegang tangannya, hingga
sampai kucium bibirnya. Perlahan lidahku mulai bergeliat di dalam
mulutnya. Awalnya dia tidak merespon, tapi akhirnya lidahnya pun
akhirnya membalas serangan-serangan lidahku di dalam mulutnya secara
serasi. Terus kulumat bibirnya yang tipis dan merah itu kira-kira hampir
7 menitan kami baru bisa menghirup udara segar, karena aq tak kunjung
melepaskan bibir dari bibirnya yang indah. Baru pertama kali kurasakan
kenikmatan ciuman wanita yang menggairahkan. <br />
Udah dulu ya, aq mau pergi bentar, kataku <br />
Ya deh, hati-hati ya, katanya dengan nada mengkhawatirkan diriku. <br />
Adegan kami berciuman ini terus terjadi berulang kali, hingga akhirnya
pada saat libur hari minggu, semua anak kost pulang. tapi kami berdua
tidak pulang karena kami sudah ada janji. Disini awal mulanya aq akan ML
ama pacarku ini. <br />
Kira-kira pukul 9.30 malam aq duduk di ruang tamu rumah kost sambil
nonton TV, tiba-tiba A***** datang dab duduk di sebelah ku, waktu itu
dia memakai daster putih tipis kira-kira 15 cm diatas lutut. Aq terus
memandangi tubuh nya yang aduhai, TV pun terbengkalai olehku karena ada
yang lebih menarik. Adegan kami berciuman pun terulang kembali, tepi
bedanya kali ini kami sangat bebas karena tidak ada orang lain selain
kami berdua termasuk bapak kost yang sedang keluar negri. <br />
D****, kita pindah aja yuk! jangan disini ah, gx leluasa, katanya
seakan-akan dia ingin mengajakku melakukan hal lain selain berciuman. <br />
Pindah kemana, kataku. Kita kekamarku aja, jawabnya. Pikiran ku mulai
tidak karuan bercampur nafsu ketika mendengar dia mengajakku kekamarnya.
<br />
Sesampainya kami di kamar, adegan kami berciuman kembali terulang, tapi
kali ini tidak lama. Aq terburu nafsu meliht badannya yang montok
yangmengenakan daster tipis sampai-sampai BH dan CDnya tembus pandang
keluar daster. Tanpa pikir panjang aq langsung melucuti dasternya yang
tipis itu. Beruntungnya diriku, rupanya dia tidak marah, malah setelah
kulepas dasternya, spontan dia langsung melepas BH dan CDnya pula. Nafsu
setan tampaknya semakin bergejolak di darah kamiberdua. Aq pun langsung
melepas semua bajuku, hingga <br />
<br />
<br />
akhirnya kami berdu a telanjang bulat. ****** yang tegang rupanya
membuat A***** terangsang, dia langsung menghampiri ku dan mengocok
kontolku dengan tangannya dan dikulumnya ****** yang berukuran kira-kira
16cm. <br />
aaahhhh......aaahhh....teruuuusss, kataku sambil memejamkan mataku
karena merasakan kenikmatan kulumannya. Melihatku mendesah nikmat, dia
pun tersenyum nakal melihatku dengan tanpa menghentikan kulumannya yang
maut. Tak puas hanya dengan dikulum aq kembali menciumnya, kulumat
bibirnya yang merah itu, aaaahhhh....nikmatnya ciuman ini (pikirku dalam
hati), lidah kami salingberada dengan serasi di dalam mulut. <br />
Tak hanya itu, sewaktu aq berciuman kedua tanganku pun bereaksi terhadap
tubuhnya, awalnya aq hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya kuremas-remas
payudaranya yang semakin mengeras akibat terangsang dengan tangan
kananku, sedangkan tangan kiriku menusuk-nusuk lubang vaginanya dengan
nakalnya. Akhirnya aq orgasme yang pertama kali, kusemprotkan saja air
maniku ke dalam multu A***** yang sedang mengulum kontolku dengan
nikmatnya. Si A***** tampak seperti meringis karena merasakan cairan
asing yang masuk ke dalam tubuhnya, kutuntun dia agar mau menelan air
maniku itu. <br />
Jangan kamu muntahkan ya, telan saja itu bagus untuk kesehatan koq, kataku. Dia pun menelan seluruh air maniku. <br />
Setelah orgasme tangan kananku tidak henti-hentinya meremas-remas
payudaranya yang kencang bagaikan pepaya mengkal. tapi kini tangan
kiriku tidak lagi menusuk-nusuk vaginanya, tapi berpindah ke mulutnya
dia pun langsung mengulumi jari telunjukku dengan birahi yang besar. <br />
Kedekatkan mukaku ke depan vagina nya, kujilati vaginanya yang berwarna
merah jambu. aahh....... aaaakhhhh...... geliii.... geliiiiiiiii......
aaaaaaaaaakkkkhhh, desahannya tambah membuatku bergairah untuk menjilati
memeknya. Akhirnya dia pun orgasme, banyak sekali cairan yang keluar
dari vaginanya, kujilati cairan itu sampai bersih sedangkan tangan
kananku terus meremas-remas payudaranya. <br />
Birahi ku semakin memuncak saja, kali ini aq mulai ingin memasukkna
****** ku ke dalam memeknya. Seakan-akan A***** kalau aq ingin
memasukkna kontolku kedalam memeknya dia pun langsung memegang kontolku
dan menuntun kontolku kearah liang surganya sambil mengelus-ngelus
kepala kontolku agar birahi semakin meningkat. Baru setengah dari
kontolku yang masuk kedalam memeknya, dia sudah menjerittt <br />
aaaahhhhhh.......sssaakiiiiiiiiiiiiittt.....,jerit nya sambil menggigit bibir. <br />
tahan sakitnya cuma sebentar koq, kataku membujuk. dia hanya
menggangguk-ngangguk saja. ooohhh, nikmatnya..., aq merasakan dinding
vaginanya menjepit kontolku. Akhirnya seluruh kontolku terbenam ke dalam
liang surganya. Tusukan kontolku yang bertubi-tubi terus menghujam ke
dalam memeknya. Lama-kelamaan pinggulnya si A***** juga ikut bergoyang
majumundur mendukung tusukan-tusukan kontolku. <br />
aaaaaaaaahhhh.......aaakkkhhhhhhhh...., desahnya semakin membuatku ingin
mempercepat gerakan tusukan kontolku yang bertubi-tubi ke dalam
memeknya. <br />
Akhirnya aq orgasme yang kedua kali....tnpa minta permisi kusemprotkan
seluruh air maniku di dalam memeknya. Kami berdua pun melemas. <br />
Akhirnya kami telah selesai.... baru kali ini kurasakan kenikamatan yang
luar biasa, inikah yang dinamakan kenikmatan duniawi, A***** langsung
mengenakan baju kembali, begitu juga aq. Karena lemas aq jadi tertidur
di kamar A***** sampai pagi. <br />
BEgitulah ceritanya, hal ini masuh sering kami lakukan hingga sekarang
ketika tidak ada orang di rumah kost kecuali kami berdua. Aq juga
menulis ini setelah aq bersetubuh dengannya. <br />
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-41704305376197307302013-02-10T11:52:00.002+07:002013-02-10T11:52:33.978+07:00Mbak-Mbak Dirumahku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Ql8b6jeS3eaWyWNou34HrEZ78TOqZfTARGGgF02YCxdm61DmwDTkejN2-9OcZR9rG6Y2Hw56sm6HZjQJVLOC_423afrBgLHQFXy3KLUFWCOL0aDho7GL8LTsRVHF9lXppJ1jq4INi4E/s1600/06101_image001_123_22lo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Ql8b6jeS3eaWyWNou34HrEZ78TOqZfTARGGgF02YCxdm61DmwDTkejN2-9OcZR9rG6Y2Hw56sm6HZjQJVLOC_423afrBgLHQFXy3KLUFWCOL0aDho7GL8LTsRVHF9lXppJ1jq4INi4E/s320/06101_image001_123_22lo.jpg" width="240" /></a></div>
“saya sudah berkeluarga dan saya juga seorang pengusaha,dalam kehidupan
kami serba cukup,saya tinggal di daerah jakarta barat,tepatnya kami
tinggal daan mogot di komplek c (nama komplek tidak saya jelaskan)dalam
keluarga kami ada dua pembantu yang satu mengurus anak2,saya mempunyai 4
anak2 yg cantik,<br />
<br />
“pembantu saya bernama u dan biasanya kami panggil nama mbak urip dan
yang satu lagi bernama mbak siti,dan mbak urip dulu sudah pernah
berkeluarga,sekarang mbak urip sudah cerai dengan suaminya dengan
setatusnya janda dan dengan body yang luar biasa seksi,<br />
<a name='more'></a>kalau dilihat
dari depan buah dadanya serasa mau loncat keluar saking besarnya sampai
mangkok bh aja tidak cukup,dan kalau nampak dari<br />
belakang terlihat pantat nungging bulat besar kalau ia sedang jalan pinggul nya bro bisa bikin si ntong berdiri”,<br />
<br />
“sedangkan mbak siti masih gadis berambut panjang buah dada tidak begitu
besar paling ukurannya bh32 pinggulnya biasa2 aja,kalau dibanding
antara mbak urip dan siti masing2 ada daya tarik tersendiri,masalah
dalam keluarga saya, mbak urip lah selalu mengurus anak kami karena dia
lebih berpengalaman dalam mengasuh anak2,dan mbak siti bagian mengurus
rumah tangga kerjanya mencuci dan memasak,<br />
<br />
“dalam kehidupan keluarga kami rukun2 saja , saya boleh dikata adalah
suami yang belibido cukup tinggi,sewaktu saya masih lajang aja saya
sudah mengenal namanya seks,saya semasa lajang aja sering berhubungan
seks dengan teman wanita yang kerja sekantor,setelah punya usaha dan
menikah aku masih juga suka namanya seks, ini juga sudah kebiasaan,sudah
tabiatnya ya susah untuk berobah,kadang2 kalo lagi ngumpul dengan teman
ke pub minum2,dan ujung2nya pasti cari bookingan,<br />
<br />
“dalam kehidupan seks dengan istri saya pasti kami lakukan semingu tiga
atau empat kali,setiap hubungan dengan istriku pasti istriku selalu
mendapat kepuasan,dan selalu melakukan dua atau tiga ronde,ya namanya
juga libido tinggi,selebihnya pasti curi2 cari wanita diluar<br />
<br />
,dan pada malam minggu saya sedang menonton filem bokep dan istri saya
mulai bergairah dia langsung buka seleting celanaku dan akupun membantu
membuka seluruh pakaianku,batang kemaluanku digenggam istriku ,lalu elus
dan dikocok halus lalu dia menciumku dan membisik pa..aduh ..ma lagi
kepengen banget , liat tuh punya papa sudah bangun, keras lagi,dan
maunya papa di apain,<br />
<br />
“lalu saya menjawab diisap aja ma,,papa..lagi kepengen nih,dan..istri
saya langsung kepalanya menuju turun keselangkang lalu dijilat bijiku
lalu lidahnya kembali menuju batang kemaluanku dan di jilat di ujung
kemaluaan saya dan mengulum sambil menyedot sehingga batang kemaluanku
berdenyaut2 sampai membuat saya melayang2, saking nikmatnya aku
mendesisi sstt… ssttt…..okkhh…”.<br />
<br />
“pada saat istri saya sedang isap batang kejantannanku tiba2 tampa
sengaja saya menengok kepintu, lupanya pintu kamar saya lupa konci
terbuka sedikit, saya melihat ada sesosok bayangan sedang berdiri
didepan pintu kamar tidur kami,saya sudah tahu dia tak lain adalah mbak
urip sedang mengintip saya lagi brhubungan dengan istri saya,dan saya
sengaja makin menjadi2 dengan suara erangan yang bikin mbak urip makin
gak tahan, setelah gak lama batang saya di jilat istriku lalu saya buka
seluruh pakaian istriku,<br />
<br />
“lalu kami melakukan kiss yang cukup lama sambil menonton bokep,lalu
gantian saya menjilat vagina istri,lidah saya terus berputar disekitar
itil kemaluan,ternyata usaha saya menjilat di sekitar itil istriku
membuat dia mengangkat dan menyongsong pantatnya lebih kemuka saya,akhir
banjir lendir okhhh….pa…duh….akhhh…. dan istri saya dengan suara
rintihan,suara desahan itulah benar2 membikin si pengintip makin salah
tingkah,<br />
<br />
“lalu istri saya meminta saya untuk memasuki batang kejantanan saya ke
vaginanya yang ternyata sudah sangat basah dengan dipenuhi lendir2 di
permukaan lubang vagina istri saya, dan batang kemaluanku segera
kuancang ke gerbang vagina,pelan2 kutekan sampai masuk,terdengar bunyi
blesssss…segera pantatku kuayunkan maju mundur dengan bergerak seiring
suara rintihan dari tayangan filem bokep kocokan yg sebentar pelan dan
sebentar kencang dengan iringan ayunan pantat istriku,dan tidak<br />
berselang beberapa lama lalu istri saya berkata,pa koq punya papa enak
ya…lubang vagina mama geli banget..okhhhh…ssstttt….pa…mama gak
tahan,kemmbali saya juga sengaja mengeluarkan desahan membuat istriku
dan si pengintip tambah keberingsetan,<br />
<br />
hampir satu jam lebih kami bersetubuh akhirnya istri saya
berteriak…pa,,,mama…dah sampe ssttt…okhhhh…akhhh…..akhhh…sambil
melepaskan orgasme,saya sendiri masih belom keluar,dan terus aja
batangku menkocok di dalam lubang kenikmatan,dan istri saya berkata udah
ya pa…mama…ngilu banget papa kuat banget sih,mama jadi kewalahan nih
istilahat dulu ya pa…dan saya menurut lalu kucabut batangku dari vagina
istri saya, dalam keadan berlumuran lendir sperma istriku<br />
<br />
“sembali istilahat mata saya mengeling kepintu kamar,dan saya sudah
tidak melihat lagi sipengintip didalam pikiranku sedang berpikir apa
yang sedang diperbuat setelah mengintip kejadian tersebut,kurang dari
lima menit kulihat istriku terbaling dengan pulas,tampa memikir kalo
suaminya belom keluar,batang kemaluan saya masih berdiri kaya tuguh
monas,tampa memakai celana saya langsung keluar dari kamar mau menuju
dapur untuk minum.<br />
<br />
“tiba2 saya mendengar suara rintihan dari kamar mandi,lalu kuhampiri dan
ternyata pintu kamar tidak terkunci lalu mata langsung melihat tangan
kanan mbak urip sedang mengosok2 itil kemaluannya dengan kaki kiri di
tumpang ke bak mandi ,kelihatan mulut vaginanya mengaga dan satu tangan
lagi memegang dadanya,dan ku taksir dadanya pasti ukuran 36 wah…besar
sekali,dan saya gak tahan lalu saya langsung masuk kekamar mandi,kupeluk
mbak urip dari belakang dia kaget hampir teriak,<br />
<br />
saya langsung mecium bibirnya,mbak urip sempat berontak dia berkata
tuan….jangan tuan…dalam hatiku berkata perduli setan,terus saya tarik
tangannya untuk pegang batang kemaluan saya yang sedari tadi tidak
memakai sehelai benangpun ditubuh saya,<br />
<br />
“tetap saja di berontak jangan tuan..nanti ketahuan nyonya bisa
berabe,urip masih pengen kerja.urip gak mau sampe ketahuan nyonya lalu
diusir,kasian saya tuan.lalu saya berkata gak apa2 gak ketahuan sama
nyonya kalo gak dikasih tahu, tadikan tuan liat kamu ngintip ngaku
gak,kalo gak biar saya kasih tahu sama nyonya,ayo pilih mau di kasih
tahu atau turut aja,biar kamu juga berasa enak kaya nyonya,akhirnya dia
diam pasrah tapi tangan nya tetap genggang batang saya.<br />
<br />
“saya sudah gak tahan melihat mulusnya body pembantuku,dan saya mulai
mencium bibirnya dan tengkuknya sehingga bikin mbak urip kegelian terus
turun kebuah dadanya yang berukuran super besar,lidahku menari2 diatas
dua bukit sambil jilat dan isap,tidak lupa tanganku turun kebawah sambil
meraba didepan lubang vaginanya,ternyata mbak urip didepan kemaluan
ditumbuhi semak2 yang<br />
lebat,tanganku tetap gak lepas sambil menggosok lalu satu jariku
menyentuh lubangnya ternyata sudah banjir dengan lendir2 pertanda sudah
nafsu.<br />
<br />
“saya berkata mbak sudah napsu ya habis ngintip aku maen sama nyonya
ya,dan dia berasa malu dan genggaman tangan dikemaluan saya makin
kencang aja,lalu dia langsung jongkok dan menjilat batang kemaluanku
sambil mengulum yang dalam sampai mencapai tenggorokan,dan apa yang saya
rasakan bibirnya sampai pangkal kemaluanku membuat saya keenakan sambil
mendesah agkh….mbak….enaaaakkkk…banget mbak .terus jangan berhenti.[
“kalo berhenti aku kasih tau nyonya hehehe kalo ketahuan bisa suaminya
dipecat..pembaca jangan serius hanya bercanda”}<br />
<br />
dengar desahanku mbak urip makin bernapsu aja menjilat dan menghisap
membuat batang kemaluanku dan hampir membuat aku muncrat didalam
tengorokanya( “perlu diketahui pembaca kalau batang kemaluan kita diisap
sapai kepangkal kemaluan itu nikmatnya luar biasa,dan pembaca boleh
mencoba dan merasakannya<br />
<br />
ini adalah kenyataan yang pernah saya alami tetapi tidak semua wanita
bisa melakukan” ) segera aku mencabut dari dalam mulutnya,untuk menunda
muncratnya peju saya.lalu langsung saya angkat kaki sebelahnya ke bak
mandi,kuturunkan kepalaku menghadap keliang vagina mbak urip,lidahku
langsung menjilat bibir kemaluannya,sambil menghisap dan mejilat lidahku
berputar disekitar kelentitnya,<br />
<br />
mbak urip mendesis keenakan sambil memejamkan matanya dan tangan
menjambak2 rambutku sambil menekan.”kepala saya ditekan kekemaluannya
hingga membuat saya untuk susah bernapas upppsss….saya gak bisa napas
sewaktu mau mendapat udara yang adalah lendir kenikmatan mbak urip masuk
kehidungku,mbak urip sekarang dibakar oleh napsu yang gak bisa
bertahan,dia terus aja menekan kepala saya tampa perduli<br />
<br />
apakah saya bisa bernapas,hingga saya mendorongnya,dia berkata tolong
tuannnn jangan berhenti mbak hampir dapet ,
okhhhhh…….aduhhhhhhh…..keluar aku tuan…..akhhhhh……..akhir banjir lahar
yang lobang vaginanya,banyak sekali hampir tersendak2 aku menelannya,dan
saya gak mau berhenti sampe disitu aja,saya tetap menyedot dan kembali
mbak urip berteriak lagi aduh tuannnn ….keluar lagi…urip…..sudah
tuan….aammmpppunnn…..aduh…ngilu urip tuannnn…<br />
<br />
“saat itu juga aku langsung menghujani senjataku ke lobang vaginanya
dengan gaya doggie style,kuarah kan senjataku ke gerbang kenikmatan dan
kubenam sedalam2nya kemudian kudiamkan dilobangnya,apa yang kurasakan
adalah jepitan dan sedotan didalam lobang vagina mbak urip,setelah
berikutnya kembali aku<br />
memaju mundur pantatku sembali jari tanganku menusuk dan menengorek2
lobang duburnya yang terpampang dihadapanku,mbak urip kembali napsu
lagi,dan dia berkata tuannnn terus,,jangan berhenti,urip geli
lagi,ssttt….okhhhh…….enak tuaannn….sambil mendesis, pinggul mbak urip
memutar kaya ayakan,hingga membuat batang kemaluanku menancap lebih
dalam lagi<br />
<br />
pompa dan goyangan pinggul terus berlanjut desahan dari mbak urip tiada
berhenti,aku tambah bersemangat ku goyang pantatku bagaikan piston
mobil,kemudian saya berkata pada mbak urip,pelan2 suara nanti nyonya
bangun,dia langsung diam sambil menikmati senjataku,tetapi untuk menahan
suara dia menggigit bibir bawahnya,yang kurasakan goyangannya makin
kecang akhirnya jebol kembali pertahan mbak urip orgasme datang
kembali,mbak urip kembalik berdesah ohkkhhhh….aduhhhh…..tuan
urip….nyampe lagi….tuan ohhh tuan…..enak banget punya tuan..akhirnya
akupun mau nyampe juga dan aku mendesis sssstttt…….duh…. enakkkkk….lalu
segera kucabut kuarahkan batang kemaluanku kemulutnya lalu kutekan
sedalam2 hingga ketengorokannya,akhir batang kemaluanku berdenyut2<br />
<br />
“seluruh tubuhku kejang2 menahan tumpahan lahar kenikmatan, sambil
memuntah lahar, kubenamkan lagisedalam2nya,dan mbak urip menerimanya
sambil memeram matanya crooottt….crootttt….croottt….keluar sudah
spermaku dan disedot dengan kencang lalu ditelan<br />
<br />
sambil bersih,dan lidah nya menyapu bersih disekitar bibirnya.mmmmhmm
tuan koq asin bergetil sih peju tuannnn lalu mbak urip istirahat,dan
kembali mbak urip bercerita gara nyonya berteriak aduh2 mbak buru
kekamar tuan maksud mbak mau nolong,eh…gak taunya tuan lagi enak2 sambil
meram,jadi mbak liatin terus aja dan lama2 bikin mbak jadi kepengen
setelah tuan selesai mbak langsung kekamar<br />
mandi,dan eh tiba2 tuan ada dibelakang mbak bikin kaget aja,soalnya mbak sudah lama gak ngerasa yang kaya gitu lagi,<br />
<br />
aku berkata kamu suka gak kalo tuan masukin punya tuan ke…sambil
menunjuk ke lobang pantatnya,akh..tuan macem2 aja itu kan buat buang
kotoran masak dimasukin,saya berkata mbak apa belom pernah dimasukin?
belon lah tuann,lah wong kampung manasih pernah macem2 kaya orang
kota,aku berkata yah ngak sekarang nanti besok malam lagi ya,mau
gak..tiba mbak diam sebentar lalu berkata yah deh tuan, asal gak sakit
ya,kalo sakit gak jadi.lantas saya menjawab kalo enak kamu minta terus
hehehe,setelah itu saya segera kembali kekamar,<br />
<br />
baru saja saya mau melangkah batang kemaluan saya ditarik oleh mbak,sini
tuan mbak mau cium sekali lagi yang bawah ini,lantas dicium dijilat
sampe bersih dan mbak berkata sudah bersih tuan gak usah cuci lagi.<br />
<br />
“pelan2 aku kembali masuk kamarku kulihat istri masih tidur nyenyak,dan
aku berbaling disamping istriku dan mbak urip juga kembali
kekamarnya,saya belom bisa memeram mataku selalu kebayang kejadian yang
baru berlanjut tadi,dan kembali otak merencana permainan berikut dengan
mbak urip<br />
<br />
“pada esok malam,setelah bolak balik badanku tiba2 istriku bangun lalu
dia meraba bawahku lalu dia berkata papa gak pake celana udah tidur tuh
punya papa,dan istriku kembali berkata mama ketiduran besok2 lagi ya
pa..mama…capek banget dikerjain sama papa sih,ya udah gak apa ma…besok
juga gak apa2 mama tidur aja.<br />
<br />
“jam dinding menuju jam tiga pagi aku masih belom bisa memeramkan
mataku,dan saya bangun kembali dalam keadaan tidak berpakaian menuju
dapur mau inum,tiba2 seseorang memeluku dari belakang, saya kaget
langsung menengok kebelakang ternya mbak urip lagi,saya berkata koq
belom tidur,mbak urip menjawab gak bisa tidur mbak ngepikir terus yang
tuan ngomong itu,<br />
<br />
apa yang aku ngomong menjawab pertanyaan mbak urip,sambil senyum2 dia
kembali berkata itu tuh sambil tangan mbak urip menunjuk kearah
pantatnya ,oh…aku mengerti maksudnya anal.ohhh jadi mbak pengen nyoba
ya,iya tuann… te te..ta a a.pi…enak ya…tuaannn sambil senyum menundukkan
kepalanya,lalu tanganku iseng meraba eh,,rupanya mbak ngak pake celana
sama sekali dan bh….wah..ketaun nih mbak ini kepengen lagi,dalam hatiku
berkata dasar pembantu janda ini pertama tadi pura2 berontak gak taunya
nagih ama batang gwa lagi,dasar sekali kena enak aja elo nambah lagi,<br />
<br />
saya terus aja meraba,dari atas bukit turun sampe kebukit tembakau,dan
akhirnya mbak urip menarik tanganku ke arah samping meja makan kami
bermain di lantai dapur,lalu dia kembali mengisap dan mejilat batang
kemaluanku dan kami lakukan posisi 69 saya menyibak bulu jembutnya
dengan jari tangan sembali lidahku menjilat dibibir kemaluan dan lidahku
berputar disekitar clitorisnya,<br />
<br />
mbak urip mengangkat2 pantatnya dan memberi kesempatan jariku untuk
menusuk lobang pantatntya,wah peret banget gak bisa masuk,lalu saya beli
ludah supaya memperlancar jari tanganku,tetapi masih aja peret lalu
terpikir olehku,dan mbak tolong ambilin mentega diatas meja makan,dan
mbak urip bertanya buat apa<br />
tuan,ada deh,ayo dong isep lagi koq kamu diam.<br />
<br />
kembali mbak urip menghisap mengulum maju mundur batang kemaluanku,
sedangkan saya ambil mentega blue brand yang di atas meja lalu kuoles ke
lobang analnya untuk memperlancar jari tanganku masuk ke dalam
duburnya,setelah ku oles kumasukin jari terunjuku lalu jari tengahku dan
tiba2 mbak urip menahan tanganku melepas kulumanya dan dia berkata
aduhhh…tuaaaann…… pelan2 sakit,saya<br />
menjawab bentar lagi juga enak dan kembali mbak urip mengulum batang kemaluanku,<br />
<br />
sedangkan jariku keluar masuk licin dan lancar di lubang
duburnya.tanganku tetap berkerja sembali mulutku menyedot itilnya mbak
urip,setelah cukup lama mulut dan<br />
lidahku berkerja di sekitar mulut kemaluannya,kembali dibanjir lendir
nafsu dari mbak urip dan dia mengerang …ssstttt aaagghh….ohh….duh..geli
banget tuaaannnn….hampir nyampe tu..tuaannn…lalu saya stop menjilat dan
kudorong pantanya,lalu saya berkata mbak mau masukin
gak?ma…mauuuu,,,tuaannn,,<br />
<br />
lalu mbak urip mengangkangi saya di pegang batang kemaluanku lalu
dituntun ke mulut vaginanya dan di tekan,terdengar bunyinya blesss…dan
kembali mbak mendesah oh,,,,,setelah masuk dia lalu mengayak menaik
turunkan pantatnya,aku tidak tinggal diam satu tanganku memegang
pinggulnya satu lagi meremas buah dada yang besar dan kelihatan berayun2
buah dadanya,mbak urip kembali berkata tuannn…remesin…yang keceng
tuaaannn…pantat bergoyang lebih cepat,dan merasakan pangkal pahaku penuh
banjir air lendir mbak urip,<br />
<br />
karena mbak urip terlalu nafsu kembali mengerang…tuaaannn…..nyampe…..aghh…aagghhh …..oohhhh….. mbak<br />
keluar.. tuuaaannnn………duhhh..duhhh….enak banget….orgasme sudahlah mbak urip…<br />
<br />
setelah mbak urip selesai orgasme saya belom apa2 ,batang kemaluan masih
mengacung kaya tugu monas,lalu aku bangun dan berkata mbak kamu
nungging dong,lalu mbak urip berkata ntar tuannn cape…lagi ngilu banget
lobang mbak…, aku berkata tenang aja mbak tuuaann ngak masukin kelobang
itu tapi lobang ini sembali jariku menoel lobang pantatnya,dan mbak
berkata tuan mau masukin ya ke<br />
lobang pantat mbak,tapi2 pelan2 ya tuan takut sakit,aku berkata
lah..kamu juga pengen nyobakan,,iiiyyaa,,,tuan mbak urip menjawab sambil
senyum.<br />
<br />
batangku masih berlumuran lendir orgasme dari mbak urip,lalu aku
menyuruh mbak urip menungging dan dia menurut sambil melebarkan kedua
kakinya ,lalu kuambil mentega blue brand lalu ku oles yang banyak sekali
ke lobang duburnya,sembali jari tanganku mengowek lebih lebar,setelah
kelihatan agak terbuka lobang pantatnya lalu kuancang batang kemaluan
yang masih berlumuran lendir dari mbak urip<br />
<br />
lalu kutekan masuk pelan2 kelobang pantanya,satu lagi tanganku mengosok
itil mbak urip,dia lalu mengerang aghh….pelan tuann enak,,,ngilu memek
mbak…aduh beda ya tuan rasanya…mbak berasa penuh lobang pantat
mbak,terus tuan masukin lebih dalam lagi dan aku mendengar komando dari
mbak urip tampa menunggu lebih lama lagi ku tekan dan masuklah semua
batangku lalu ku diam sebentar lalu ku maju mundur batangku,aku merasa
batangku seperti sedang merasakan<br />
perawan lagi,<br />
<br />
aku berasa banget karena cengkraman pantat begitu kencang dan berasa dan
lebih enak dari lobang kemaluan yang becek,aku memaju mundur pantatku
lebih kenceng lagi,mbak makin kencang desahannya dan tangan ku tidak
berhenti makin cepat mengosok itilnya,sudah 20 menit lebih batangku
dilobang duburnya mbak urip,<br />
<br />
akhirnya kembali mbak mendesah lebih kencang tuan
aduh….eeennnak…banget…cepet tuann…ampir nyampe lagi..lalu, aku mencabut
dan kuarahkan batang kemaluanku kelobangnya lalu masuk blessss…dia
kembali<br />
berteriak.. agghhh…. enak,,,,,okhh…..dan ku pompa lebih cepat lagi
akhirnya mbak urip orgame dan di susul dengan berdenyut2 batang
kemaluanku dan orgasmeku kembali..crooottt
….crooottt….crroottt…..kutumpahkan cairan peju kelobang memeknya,,<br />
<br />
dan aku mendesah…mmbbakkkkk…..tuan…dah..keluar…say a langsung rubuh
kepunggung mbak urip,kupeluk dia dan badangnya penuh dengan keringatnya
mmmhhh… bau badan mbak2…yang abis ditunggangi,aku lalu<br />
memejamkan mataku beristirahat sejenak dan merasakan kenikmatan tiada tara<br />
<br />
“mbak juga memejamkan matanya sejenak,setelah itu mbak urip berkata urip
dah lama ngak main sama lelaki/suami,sekarang urip sangat bahagia ada
tuan yg bisa memuaskan mbak,mbak kepengen deh tuan tiap hari maen sama
mbak,mbak seneng banget lalu aku berkata ya kalo ada kesempatan pasti
tuan kasih<br />
lagi,dan pas aku mau beranjak bangun menuju kamar mandi untuk
mencuci,tiba ditahan oleh mbak,dan dia berkata sini tuan biar mbak aja
yang bersihin gak usah kekamar mandi,lalu mbak menurunkan mukanya ke
pangkal pahaku menuju ke batang kemaluanku lalu di jilat sampai bersih
dan kembali mbak urip berkata<br />
batang tuan sudah bersih tapi rasanya asin dan rasa mentega.<br />
<br />
aku kembali kekamarku, mbak urip juga kembali kekamarnya pas aku mau
masuk kamar aku mendengar mbak siti sedang berjalan menuju kedapur untuk
mencuci pakaian dan memasak karena waktu menunjukan jam empat pagi
lebih,setelah beberapa ronde aku berhubungan istriku dan pembantuku mbak
urip,aku baru<br />
bisa tidur pulas,<br />
<br />
esok pagi aku bangun kesiangan,itu juga dibanguni istri untuk berangkat
kekantor,sarapan sudah tersedia oleh istriku dimeja aku sarapan dengan
rahap setelah sarapan aku langsung mau berangkat kantor,sampe didepan
pintu tiba2 mbak siti senyum2 aku jadi terheran2 ada apa koq tiba2 mbak
siti biasanya diam bisa tersenyu.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-24849530970139032042013-02-10T11:45:00.003+07:002013-02-10T11:45:29.826+07:00Sedot-sedot sang pusaka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/lge0igrmb/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="http://s19.postimage.org/lge0igrmb/image.jpg" width="320" /></a></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/i89j5f5cj/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="http://s19.postimage.org/i89j5f5cj/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/m76qo8tzn/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://s19.postimage.org/m76qo8tzn/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/r8e4pm1g3/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="218" src="http://s19.postimage.org/r8e4pm1g3/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/k7uqakp1v/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="http://s19.postimage.org/k7uqakp1v/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/ev1aipbrn/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="http://s19.postimage.org/ev1aipbrn/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/btai8qymr/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://s19.postimage.org/btai8qymr/image.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-6580546168961028422013-02-09T00:08:00.000+07:002013-02-09T00:08:22.478+07:00Pembantu Juga Manusia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/qreoekslv/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/qreoekslv/image.jpg" width="263" /></a></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/5j0zx5e4z/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/5j0zx5e4z/image.jpg" width="249" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/to1peuyfn/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/to1peuyfn/image.jpg" width="247" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://s19.postimage.org/p3fizxeqb/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://s19.postimage.org/p3fizxeqb/image.jpg" width="249" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-49027218338724294652013-02-08T01:06:00.001+07:002013-02-08T01:06:02.003+07:00Realisasi ke 2 Ku<p>berawal dr caht di YM antara gue ma Mr x dan kesepakatan pun terjadi diantara kita,memang diawal2 pada saat kita tukeran no hp kita smsan utk merancang acara yg akan kita buat dan perkenalan gue ama si mr x juga bs dibilang singkat, tgl 22 agst kt chat tgl 23 nya kita smsan utk rancang acara n tgl 24 sore kita udah realisasi.pada awalnya gue hanya ingin si mr x lakuin pijit sensual aja buat wf gue, trus gue juga berfikir asik kayaknya setelah pijit gue ml ama wf gue dengan difoto2in ama si mr x, n berlanjut pikiran gue kayaknya asik juga klu si mr x nantinya juga gue suruh bugil n blh coli so ngecrotin spermanya di perut wf gue, dan itupun gue sampaiin ke mr x dan mr x pun menyetujui saran n syarat gue itu, tapi emang situasi berkata lain.akhirnya gue berpikir gimana klu wf gue nafsunya memuncak trus klu dia pingin ngemut konti si mr x?? dan akhirnya sedikit demi sedikit persyaratan gue tingkatkan dr tadinya wf gue hnya boleh bantu ngocokin konti si mr x akhirnya berubah jadi wf gue boleh ngeBj konti mr x.Singkat cerita tibalah pada saat hari utk realisasi,berawal dr kita ngobrol tuk pendekatan n basa basi,dan akhirnya gue ga sabar utk ngeliat wf gue diraba n dipijit ama si mr x, lalu aku suruh aja wf gue utk mengganti pakaiannya dengan menggunakan handuk aja, lalu wf gue masuk ke kamar mandi n sesaat keluar dengan berbalut handuk merah aja dengan bra yg tampak dah dibuka, lalu dia rebahan di ranjang yg pd saat itu juga si mr x sedang rebahan di ranjang,lalu aku pun mengintruksikan ke mr x untuk segera memulai sesi pemijatannya, lalu mr x pun bergegas membuka bajunya dan hanya msh mengenakan celana panjangnya aja, lalu mr x pun memulai sesi pemijatannya yg diawali dr pijitan pada paha wf gue, lalu mulai mengarah ke atas sampai tiba di atas gundukan pantat wf gue yg masih mengenakan CD, perlahan si mr x menikmati dan memijit pantat wf gue lalu sesekali beralih ke punggung dan kembali ke paha n begitu seterusnya selama beberapa menit, lalu si mr x meminta utk wf gue berbalik badan, lalu wf gue pun berbalik dengan sedikit rasa malu dan menutupi nenen n wajahnya, setelah wf berbalik terlihatlah gundukan meqi wf gue yg msh tebalut CD hitam transparant, lalu dengan cekatan si mr x memijit kembali paha wf gue dengan sesekali meraba gundukan meqi wf gue, lalu mulai kearah atas n tiba di gundukan nenen wf gueyg msh tertutup handuk, lalu gue beri isyarat aja ke mr x untuk membuka handuk itu sambil gue asik menagmbil gambar dengan kamera digital gue, maka terlihatlah nenen wf gue skrng setelah handuk itu disingkirkan, si mr x pun mulai meremas nenen wf gue dengan penuh perasaan malu,takut mungkin, sbb terlihat mr x masih canggung pd saat ngelakuin hal itu, lalu itu dilakukan berkali2 oleh mr x, dan tak lama kemudian wf gue pun menarik aku, yg pada saat itu kondisi aku udah tanpa pakaian/bugil, wf pun menarik aku utk diBJ konti aku, mungkin wf ku dah mulai terangsang dengan remasan nenen yg dilakuin oleh mr x.maka aku pun nuruti wf gue, tanpa basa basilg wf gue langsung nge BJ konti gue sedangkan si mr x masih tetap meremas2 nenen wf gue sambil sesekali tangannya meraba n meremas meqi wf gue,lalu gue isyaratkan lagi si mr x utk membuka CD wf gue, dan kini tampaklah dengan jelas bentuk meqi wf gue, dan sesekali si mr x membuka paha wf gue n makin terlihatlah lubang meqi wf gue, sesekali mr x memainkan meqi wf gue dengan memasukkan jarinya, wf gue pun mulai menggelinjang menahan geli sambil tetap ngeBJ konti gue,lalu tanpa basa basi juga wf gue bangun lalu menyuruh aku utk telungkep n so tanpa rasa malu lagi wf gue langsung memberikan servis yg mungkin ga disangka oleeh mr x, wf langsung menjilati lubang dubur gue sambil tangannya men coli konti gue, mr x hanya bs diam n liat adegan itu sambil mengambil gambar adegan kita itu, setelah beberapa lama gue pun beradu mulut ama wf gue,kt saling cipok dan sesekali wf nge BJ gue lagi, dan itu berjalan beberapa menit,sambil wf nge BJ gue, gue isyaratkan si mr x utk ngebuka celana panjangnya dan melakukan coli didekat wf gue, lalu dengan agresifnya setelah ngeliat si mr x hanya masih menegenakan CD, wf gue pun berinisiatif utk meraih konti si mr x dan lalu mengocoknya sambil tetap ngeBJ gue,itupun terjadi beberapa saat, lalu aku pun berinisiatif utk memasukkan konti gue ke meqi wf gue, dan sekarang posisi kita bertiga adalah wf gue terlentang dengan salah satu kakinya naik di atas pundak aku dan wajahnya pun persis berada di sebelah konti si mr x, saking asiknya n nikmatnya mungkin diras ama wf gue, diapun langsung meraih konti mr x lalu nge BJnya, waaaooooowww sedikit kaget juga gue ngeliat ke agresifan wf gue itu.si mr x pun sangat menikmati BJan wf gue sesekali terdengar erangan dar mr x meraskan nikmatnya BJ wf gue terhadap kontinya, itupun bejalan beberapa menit, lalu wf gue merubah posisi dengan posisi doggy, gue tetap masih ngegenjot meqi sedangkan mr x pun masih tetap di BJ ama wf gue, malah dengan posisinya yg sekarang terasa lebih menikmati wf gue utk di dogggy n ngeBJ si mrx, sesekali terdengar kembali erangan dr mr x dan juga dr wf gue,sensasi itu emang ga ada duanya, walaupun dlm hati gue menjerit ngekiat wf gue ngeBJ konti cow lain tapi semua itu dikalahkan oleh nafsu n birahi yg nikmat, benar2 ini merupakan uji adrenalin dlm ngesex yaang tiada tara.setelah itu kita lakukaan beberapa saat lalu kembali wf gue berbalik posisi n sekarang wf gue ngeblakangi mr x,posisi pantat wf gue ada di depan konti si mr x dan wf gue ngeBJ konti gue lagi,tadinya gue bertanya2 kasi ga yaaaa si mr x utk masukin kontinya ke meqi wf gue? pikiran itu trbesit beberapa saat di pikiranku, dan sesekali aku menoleh ke mr x yg asik mencoli kontinya sembari mengarahkan ke pantat wf gue.lalu gue pun bertanya n membisikkan wf gue, " kasi ga ma dia masukin kontinya ke meqi mama?" lalu wf ku pun menjawab sambil ttp ngeBJ konti gue dengan jawaban " yaa terserah papa " sambil terdengar suaranya agak terengah2 krn bercampur nikamat mungkin,dan akhirnya akupun ga tega melihat mr x yg hanya memainkan kontinya aja, lalu aku beri sayarat dia utk masukin deeeh konti lo ke meqi wfgue,dan tanpa basa basi lg, si mr x pun membenamkan kontinya kedalam meqi wf gue, terdengar erangan yg sedikit lantang dr wf gue pd saat konti itu masuk ke meqinya, lalu dengan cekatan si mr x menggenjot wf gue dengan doggy style, dan wf gue pun semakin terengah2 dan mengerang menikamati nikmatnya sodokan itu dan sambil ttp ngeBJ gue,itu berlangsung beberapa saat samapai akhirnya gue tepar duluan, dan pada posisi BJ gue jadi croooot dan semua sperma gue masuk n crooot didlm mulut wf gue, lalu si mr x pun semakin kencang genjotannya yg membuat wf gue juga klimaks,......gue puuun sangaat puaaas bgt akan realisasi kali ini, tetapi sialnya si mr x sampai beberapa saat dia ga juga keluar2, sampai2 dia nyerah sendiri krn kecapean, lalu wf gue bertanya " kok ga keluar2?" si mr x pun menjawab " capek n lemes mbak", lalu wf ku pun kembali bertanya " pasti tadi dah sempat mau keluar trus di tahan yaaaa ", lalu si mr x pun menjawab dengan polosnya " iyaa mbak tadi sempat mau keluar tp aku tahan ".lantas sambil aku merokok aku pun menyuruh si mr x untuk ngelanjutin MLnya ama wf gue dan bahkan wf gue juga ngajakin mr x utk lanjutin lg biar sampai keluar, tapi si mr x nyerah2 gt deeh n ga mau lanjutin lagi dengan alasan dah ga kuat n lemas,terlihat sekilas kekecewaan di wajah wf gue pada saat itu, walaupun dia merasa kan kepuasan tadinya, tp dia masih merasa blm benar2 puas klu belum bs liat si partner juga klimaks, tapiiiii yaaa mua gimana lagi simr tetap dengan pendiriannya ga bisa lg krn kecapean itu, dan akhir2 si mr x pun bilang klu dia emang sulit bs keluar klu nglakuin sex ama orng lain selain tunangannya kata dia, tpiiii yaaa it's ok laaaah bagi aku n wf, cuma ada yg kuraang aja terasaaa pada saat itu. lalu beberapa saat kita ber3 masih dlm keadaan bugil sambil ngobrol2, dan karena waktu dah ga memungkinkan dan aku hrs jalani tugas maka bergegaslah kita akhiri acara itu.Dengan hsil yg sperti itu siiih yaaa bs dikatakan puas n nikmat dan bisa juga dibilang masiih ada sesuatu yg kurang dlm menikmati kepuasannya itu, yaaa dikarenakan si mr x ga bs keluar itu.naaahhh sesampainya di rumah gua ma wf ngobrol2 dan membanding2 kan dengan realisasi kita yg pertama dan ketemu laaah satu kesaaamaan dlm hal ini yaitu sma2 si partner ga bisa keluar sperma, entah ini suatu kebetulan atau apa gue jadi ketawa2 ama wf gue dirumah mikirin itu.Tapi pada intinya kepuasan sudah kita dptkan bersama dan hal ini mungkin akan kita ulangi lg jika ada prtner yg cocok n bisa penuhi syarat yg kita ajukan.syarat kita kita siih tergolong mudah n simpel, yaaa mudah2an si MR X bs kasi komen n menjelaskan bahwa memang simpel syarat yg kita ajukan.Sekali gue trima kasiiih buat MR X yang berinisial Y juga slah satu member di forum ini, semoga lain kali kita bs ulangi lagi n kita berharap MR X bs klimaks n crooot itu harapan kita.ok sekian dulu FR dari gue, mudah2an bs dimengerti uraian cerita gue diatas.Jika emang kurang dimengerti ini gue jelaskan dengan foto2 hasil realisasi kita semoga berkenan dan bs tambah ngerti dengan cerita gue di atas, dan yg terpentiiing bisa ikut larut dlm cerita gue n soooo yg ytama bs tetap crooooooooooot.</p>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-19724481147390644242013-02-07T01:16:00.001+07:002013-02-07T01:16:04.975+07:00Pejuh siapa ini!!!<p>Sinar matahari sudah di ubun-ubun kepala. Suasana sebuah kos di satu daerah di bilangan Jakarta Selatan sunyi senyap. Maklum penghuninya yang rata-rata mahasiswi jam segini pada masih di kampus. Tapi, di kamar no. 13 di lantai 2, sesosok tubuh sexy baru menggeliat bangun. “Uuuukkkhh.. kepala gue masih agak cenut-cenut nih” batin Vani sambil berusaha untuk duduk di ranjangnya. Tiba-tiba Vani seperti menyadari sesuatu “Eh, kok gue cuma pake atasan? Mana celana gue? Mana tong gue juga?” pikir Vani kebingungan. Vani memang cuma memakai pakaian halter pink, dengan bawahan polos. Sehingga mhemeknya yang tak berjembi dan montok terkespos dengan jelas. Perasaan Vani juga semakin tidak enak karena halternya juga dalam kondisi terbuka sehingga toked Vani yang besar tidak tertutup apa-apa. Deg-degan Vani menjulurkan tangan kanannya ke selangkangannya. Jari tengahnya dimasukkan ke sela-sela bibir mhemeknya dan masuk ke lubangnya sedikit. Jantung Vani berpacu semakin cepat karena terasa ada cairan agak kental di lubang mhemeknya. Pelan-pelan dikeluarkan jarinya sambil membawa cairan tersebut. Diujung jari Vani terlihat cairan agak kental berwarna putih. Dari baunya Vani langsung tau “PEJU SIAPA INIIIIII…????” jerit Vani histeris.Vani mandi cepat-cepat (tidak lupa menyemprot kencang-kencang mhemeknya untuk membersihkan peju yang tersisa). Berpakaian sekadarnya, dan langsung celingak-celinguk di kosnya. Seperti yang bisa ditebak, tidak ada siapapun selain Vani. Tapi hendak masuk ke kamarnya, Vani berpapasan dengan Mirna dan cowoknya, si Tono. Kelihatannya mereka habis beli makan siang. Mirna seperti biasa langsung melengos melihat Vani. Tapi, si Tono memandang Vani dan tersenyum malu-malu. Vani cuek aja dan masuk lagi ke kamarnya. Vani langsung menghempaskan pantat semoknya ke ranjang. Dengan muka tertekuk, Vani mencoba mengingat-ngingat setiap kejadian semalam di pestanya si Angel di X2.Malam sebelumnya. Pulang kuliah sore itu, Vani langsung mandi dan berdandan. Malam itu perayaan ulang tahun sahabatnya di kampus, Angel. Pestanya diadain di X2 (di Plasa Senayan bagi yang ga tau). “Harus dandan habis nih gue, mumpung si Albert ga ikutan” batin Vani. FYI, Albert itu cowoknya Vani. Halter pink Bebe dengan belahan cukup rendah untuk menunjukkan 1/2 bagian toked putih Vani yang menyembul menantang, celana pendek warna hitam, wedges merah hitam, kalung tipis menghiasi leher, dan setelah tambahan beberapa aksesories, Vani pun puas mematut dirinya di hadapan cermin. “Sapa tau ada cowo tajir kecantol. Mumpung Albert masih di Singapore batin Vani puas dengan dandanannya. Tiba-tiba HP Vani berbunyi. Dari Angel. “Halo Ngel. Udah mo sampe”. “Van, sory ya. Noel telat. Kelamaan kalo jemput elu. Jadi si Boris yang jemput ya. Paling bentar lagi dia nyampe” jawab Angel penuh penyesalan. “Ya udah deh” jawab Vani pasrah. “Yah, ada Boris. Ga bisa bebas deh gue. Pasti ngelapor ke Albert kalo gue macem-macem” pikir Vani agak sebal. Boris tuh sohib kentel Albert. Benar kata Angel, nggak ada 5 menit mobil Soluna Boris sudah di depan kost Vani. Tidak menunggu Boris menjemputnya ke dalam, Vani langsung ke halaman menghampiri mobil Boris. Si Boris yang baru keluar mobil, langsung terpana melihat Vani. Ya iyalah, cowok normal mana yang tidak akan nelen ludah liat cewek sexy habis dengan toked yang 36C yang menggunung indah terekpos setengahnya. Hot pant Vani menunjukkan paha putih mulusnya. Tidak memperdulikan pandangan mesum Boris, Vani langsung masuk dan menghenyakkan pantatnya di jok mobil. “Ayo jalan Ris. Kita udah telat neh” perintah Vani. Tidak usah disuruh, Boris langsung melesatkan mobilnya menuju X2. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00WIB.Boris yang berambut kriting Afro kurang konsen dalam menyetir mobil. Matanya bolak-balik melirik toked dan paha Vani. “Hoki banget si Albert punya cewe hot habis kaya gini. Asemm.. jadi konak gue” batin Boris. Vani bukannya ga tau kalo si Boris lirik-lirik belahan dadanya. Tapi doi pasang tampang so cool. Story-nya, sebelum Albert nembak Vani, Boris udah ngejer-ngejer duluan. Nah ditolaklah dengan sukses. Tapi story ini penulis belum bisa konfirmasikan kebenarannya hehe. Long story short, sampailah mereka di X2.  Belagak gentlement, Boris langsung bayarin Vani sekalian, yang orangnya lagi sibuk tele-tele dengan Angel. Angel, Noel Cowoknya, dan beberapa temen lainnya ternyata udah di dalam. Sudah nge-reserve Sofa segala buat spot mereka di lantai RnB. Begitu Vani melihat Angel dan temen-temennya, biasalah langsung ribut cipika cipiki. Di meja sudah ada kue tart mini dengan lilin angka 19 di atasnya, dan minuman (ga jadi sebut merk. Disangka promosi) beberapa botol juga sudah siap. Ritual ulang tahun seadanya, lalu mereka langsung turun. Angel yang cantik dan anggun malan itu menggunakan mini dress warna hitam. Kontras banget dengan kulit putihnya. Angel langsung turun ngikutin hentakan musik RnB, berpasangan dengan Vani. Berdua mereka joget dengan hotnya. Beberapa ABG yang seperti biasa langsung sadar ada barang bagus, mulai menghampiri dengan ikut joget di sekeliling Angel dan Vani. Tapi, sebentar saja sudah nyingkir melihat ada 2 gorilanya datang, si Noel dan Boris (terutama si Boris nih. Tinggi, gede, rambut kribo. Siapa yang tau dia taroh apaan aja di dalam rambutnya). Angel berpasangan dengan Noel, Vani dengan agak malas ngaledenin Boris.Party malam itu heboh dan rame banget. Minuman terus ngalir (emang tajir si Noel). Nah, ada nih satu minuman kegemaran Vani, yang naiknya pelan. Tapi, begitu mulai naik, si Vani jadi agak hyper. Jogetnya makin hot. Dan, libido nih lonte juga ikut naik. Pas jojing bertiga sama Angel dan Gina, Vani sudah mulai ngerasa makin horny. Selangkangannya mulai agak berkedut-kedut. Semakin heboh goyangannya, semakin kuat kedutan di bibir-bibir mhemeknya. Apalagi selama goyang, tubuh Vani bergesakan terus dengan tubuh Angel & Gina. Vani goyang sambil menggigit bibirnya. Vani ga sadar Angel berteriak di telinganya “Van.. gue ngaso dulu yahh… Lo masih mo goyang?”. Karena Vani ga ngerespon, Angel dan Gina langsung balik lagi ke meja. Boris yang dari tadi ceng-gur, liat kesempatan karena Vani joget sendirian. Dia nyamperin, dan sambil ngedorong satu anak ABG dengan pakaian full HipHop menyingkir, Boris ngimbangin goyangan Vani.Pertama-tama Boris sudah siap kalo Vani bakal nyuekin dan balik ke meja. Boris malah agak kaget karena Vani malah mengimbangi dance Boris. Jelas Boris jadi makin semangat, karena Vani goyang makin hot, dan tidak jarang tokednya menempel di badan Boris. Liat sepasang toked lompat-lompat di depan mata, Boris jadi makin horny. Dia jadi makin berani. Pertama-tama, Boris coba taroh tangannya di punggung Vani. Karena Vani ga nolak, Boris makin berani dengan menarik badan Vani lebih menempel ke badannya. Habis itu udah deh, setiap goyangan Vani berarti gesekan kuat tokednya dengan badan Boris.“Hmmmpff… puting gue jadi negang nih. Enak banget kegesek-gesek badan Boris desah Vani dalam hati. Oiya lupa bilang. Vani jelas tidak pake bra. Jadi setiap gesekan di dadanya, langsung kena putingnya. Boris juga sadar banget kalo puting Vani menegang. “Wah ni anak horny toh. Gue garap bisa kali ya” pikir mesum si Boris. Melihat Angel, Noel dan anak-anak lain juga mulai turun dance lagi, si Boris memulai siasatnya dan menggiring Vani ke sofa. “Van, kita duduk minum dulu yuk”ajak Boris, menggiring Vani ke sofa sambil meremas-remas pantat montok Vani.Di sofa, Boris langsung mengangsurkan se sloki penuh ke Vani yang ditenggak Vani dengan cepat. Wajah Vani sudah memerah. Tidak menunggu lagi, Boris langsung menyosor bibir Vani dan melumatnya dengan rakus. Vani agak gelagepan awalnya, dan mencoba mendorong menjauh Boris. Tapi, tangan kiri Boris langsung menyelusup ke balik halter Vani, dan dengan ganas meremas-remas toked sekal Vani. Remasan-remasan memutar di bongkahan tokednya, diselingi dengan pilinan-pilinan puting Vani yang besar membuat gairah Vani langsung membumbung tinggi. “Haahhh… hhmmppfffh…sshhhh..” desah Vani dengan nafas memburu di sela-sela lumatan bibir Boris. Mhemeknya semakin basah dan gatalnya nyaris tidak tertahankan untuk digaruk dan digesek-gesek. Karena saking bernafsunya, kaki Vani bergerak serampangan dan terbentur meja. DUG! Sakitnya langsung sedikit menyadarkan Vani. Eh, kok gue cipokan dengan Boris? "Minggir lo Rissss..!!” jerit Vani sambil berusaha mendorong Boris. Tapi Boris yang horny habis, malah mengeluarkan toked Vani dari balik halter kedua-duanya, meremasnya dan berusaha mengisapnya. Mati-matian Vani berusaha mendorong Boris. Rasanya sia-sia saja. Vani sudah hampir pasrah, ketika tiba-tiba badan Boris terangkat.“Gila lo ya Boris!” maki Noel yang mengangkat tubuh Boris dari tubuh Vani. Boris didorong agak kasar menjauh oleh Noel. “Napa sih Noel? Dia sendiri yang mau kok!” teriak Boris tidak kalah keras. “Woe, gue lihat sendiri Vani mati-matian nolak lo. Lo jangan maksain nafsu lo ya, ke bokin sohib sendiri” tegas Noel garang. Boris seperti kembali sadar dan tau kalo sia-sia saja menjelaskan, karena Noel dan lainnya cuma melihat pas bagian akhir (kasian deh lo Boris wkwkwkwk). “Sorry bro. Gue cuma kebawa nafsu. Sory ya Vani” ujar Boris ke Vani. Setelah itu, Boris langsung ngeloyor pergi.Vani diantar pulang oleh Noel dan Angel. Noel menyetir, Angel menemani Vani di jok belakang. Angel ngerti banget si Vani. Sambil memeluk Vani, Angel berbisik “Lo horny banget ya Bel?” Vani mengangguk malu-malu. “Udah sempet keluar blom pas tadi lo digarap sama Boris?” selidik Angel lebih lanjut. “Belum Ngel. Amit-amit deh. Tapi, gue jadinya nanggung banget” rengek Vani pelan. Vani masih merasakan putingnya tegang dan mhemeknya berkedut-kedut minta dijamah. Tiba-tiba Angel berkata tegas ke Noel yang lagi sibuk nyupir “Noel, ga boleh noleh-noleh ke belakang sampai di kost Vani. Trus, spion tengah naikin. Jangan sampe keliatan jok belakang”. “Siap bos” jawab Noel sambil cengar-cengir dan belagak naikin posisi spion tengah. Padahal sebenarnya malah diturunin biar pemandangan jok belakang makin kelihatan jelas. Noel tau jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.Pelan-pelan jemari lentik Angel menyusup ke balik halter Vani. Membelai kulit mulus toked Vani dan bergerak memutar mengitari gunung mulus itu. Diiringi remasan perlahan, jari Angel mulai membelai puting Vani yang makin menegang. “Ssshhh….mhhhhhh….hhmmmmm….” desahan erotis Vani mulai terdengar. Sambil memejamkan mata, Vani membayangkan Albert sedang bermain-main dengan tokednya. “Kerasin dikit remesnya..”pinta Vani pelan. Angel menuruti dengan memperkeras cengkraman tangannya di toked Vani. “Buset, perasaaan tambah gede aja toked si Vani. Tangan gue ga cukup” batin Angel agak iri. Angel menyingkap ke samping halter Vani, sehingga kedua tokednya muncul utuh, membusung besar. Kedua tangan Angel yang penuh dengan daging kenyal tersebut, meremas-remas dengan kasar (Angel tau Vani suka tokednya diremas-remas kasar). Kemudian Angel mulai menjilati puting Vani. “Akkhhh….hhhmmppffff… enak.. terusinnn…” erang Vani yang dibanjiri libido tinggi.Noel yang menyetir pelan-pelan, menikmati pemandangan erotis di jok belakang dengan penuh nafsu. Dia senang banget melihat ceweknya, Angel, dengan rakus melahap kedua toked Vani. Noel melihat Angel sudah bersiap masuk ke menu utama, karena tangan Angel mulai bergerak untuk membuka resliting hot pant Vani. Begitu jari Angel menyusup ke balik tong Vani, Angel langsung sadar betapa horninya Vani “Van, mhemek lo udah banjir banget” ujar Angel yang mulai nafsu juga. “Please kocokin Ngel” rajuk Vani memelas. Tanpa diminta dua kali, dua jari Angel langsung menyusup ke sela-sela bibir montok mhemek Vani dan mulai mengocok lubangnya. Bunyi kecipakan becek mulai terdengar heboh di mobil Noel. Cuma kalah oleh erangan nafsu Vani yang menggila “Oaaahhh… Aaahhhhh.. Aeehhhhhh….Hahh..hahhhh…iya..iya.. gitu terusinn…”. Angel menjawab erangan Vani dengan meremas dan mengisap-ngisap putingnya, dan semakin cepat mengocok mhemek Vani. Tidak sampai 2 menit, badan Vani menegang hendak mencapai puncak. “OOAAAAAHHHH……HHHAAAAHHHHHHH…..” jerit orgasme Vani sambil kelonjotan didera gelombang orgasme yang meledak di selangkangannya. Orgasme yang kedua langsung menyusul tanpa jeda. Vani sampai terbungkuk mencengkram pundak Angel kuat-kuat “SHIIIIIITTTT…..OOOUUUGGHHHH…!!!”. Angel merasakan sedikit semburan dalam mhemek Vani.Vani tergolek lemas dan puas di jok belakang. Tidak sadar Angel memperbaiki pakaian dan celananya. Noel tiba-tiba berkata “Honey, lo malam ini tidur di apartemen gue ya”. Angel cuma tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya dan mengangguk mengiyakan. Angel tau apa yang akan terjadi malam ini. Seks panas dan kasar sudah menantinya sepanjang malam. 5 menit kemudian Noel dan Angel sudah memapah Vani ke kamar kosnya. Begitu menyentuh bantal, Vani langsung jatuh tertidur tanpa sempat mengganti pakaian. Noel dan Angel langsung melaju menuju apartemen Noel, dan lupa mengunci pintu kamar Vani.Kembali lagi ke hari ini. Vani masih berpikir keras siapa gerangan yang mengenthot dirinya ketika tidur. Kecurigaan awalnya adalah pada Noel. Tapi, Vani langsung menepis dugaan itu. Ada Angel semalam. Noel ga akan berani macem-macem. Apa mungkin Boris? Bisa saja dia mengikuti mereka pulang, dan langsung masuk ke kamar Vani ketika Noel-Angel pulang. Untuk memastikannya, Vani langsung menelpon Boris. Ketika tersambung, di ujung sana suara Boris langsung memelas “Van… Gue betul betuulll minta maaf soal semalem. Sorry banget Van. Gue betul-betul ga bisa nahan liat lo begitu hot semalem. Pliss jangan bilang ke Albert. Gue khilaf doang. Suer” berondong Boris. Vani langsung tau kalo bukan Boris pelakunya. Kalo memang Boris yang ninggalin peju di mhemeknya, Boris pasti sudah mengambil photo atau bahkan video adegan ngenthot tersebut. Dan menggunakannya untuk memaksa Vani putus dari Albert atau sekedar digunakan untuk sandera agar bisa minta jatah seks sewaktu-waktu. Setelah basa-basi singkat, dan berjanji berulang kali bahwa Vani tidak akan melapor ke Albert, akhirnya Vani bisa memutuskan sambungan telpon tersebut. Vani jadi tambah bingung. Siapa sih yang ninggalin pejunya di mhemek gue?Pusing mikir, Vani beranjak keluar mau cari makan siang. Melintasi kamar Mirna, tetangga kosnya anak Komunikasi, terdengar suara Mirna yang cempreng dari jendela yang tidak tertutup sedang memaki-maki cowoknya. Vani jadi terkikik karena mendengar sebab amarah Mirna adalah konthol cowoknya ga mau berdiri padahal si Mirna sudah horny dan siap tempur. Tapi, kalau Vani tau tentang kejadian tadi pagi, dia tidak akan tertawa sebahagia itu.Ini kejadian 3 jam sebelum Vani bangun. Kamar sebelah Vani sudah heboh, karena Mirna mau keramas tapi kehabisan sampo. Dipaksanyalah cowoknya, si Tono, minta sampo ke tetangga kos. Tono reflek langsung menuju kamar Vani yang berada tepat di samping kamar Mirna. Beberapa kali mengetok kamar Vani, tidak ada jawaban. Tono iseng mencoba membuka pintunya, cuma buat ngecek ada orangnya atau nggak. Eh terbuka. Masuklah Tono, dan langsung disuguhi pemandangan hot Vani yang sedang tertidur dengan slebornya. Tokednya yang sebelah kanan menyembul tanpa kain penutup. Sambil menelan ludah berkali-kali, Tono menggoyang kaki Vani pelan “Van..Van..”. Tapi, Vani anteng aja tidur terus. Tono cepat-cepat menuju kamar mandi Vani, mengambil sampo dan lekas-lekas menyerahkannya ke Mirna. Begitu Mirna menutup pintu kamar mandi, Tono langsung berlari menuju kamar Vani.“Ouuhh rejeki nomplok” sorak Tono kegirangan. Sudah lama Tono nafsu liat Vani. Sejak memacari Mirna, Vani sudah jadi bacol Tono. (Bacol = bahan coli). Tanpa babibu, Tono langsung melepas celana dan celana dalamnya. Kontolnya yang 11cm sudah mengacung tegak. Dengan gemetaran Tono melepaskan hotpant Vani. Melihat tong Vani yang berwarna hitam, Tono nyaris menangis terharu. Diremas-remasnya pelang gundukan mhemek Vani. Vani cuma menggeliat pelan, dan terus tidur. Tong Vani langsung dilepas dan dilempar ke lantai. Paha Vani dibuka lebar-lebar, sehingga mhemek Vani yang bagai bakpao itu terpampang dengan jelasnya. Tono langsung melesakkan kontholnya dalam-dalam. “mmhhh…” terdengar desahan pelan Vani. Tono sempat kaget. Tapi, ternyata Vani masih tetap tidur. “Uuuhhh peret banget mhemek Vani… agak basah pula” erang Tono keeanakan. Tono langsung masuk RPM tinggi. Mhemek Vani di kocoknya super cepat. Plak..plak..plak.. slep..slep..slepp… bunyi benturan paha Tono ke paha Vani terdengear ditingkahi bunyi kontolnya yang menggesek-gesek dinding mhemek Vani. Melihat toked Vani yang berguncang-guncang heboh, Tono langsung meraup dengan kedua tangannya. Tidak pernah seumur-umur Tono meremas-remas toked sebesar itu. Dihisap-hisapnya putting Vani yang besar mengacung sambil diremasnya kuat-kuat toked bongsor itu. Tidak sampai tiga menit, Tono sudah mengejan-ngejan orgasme. Menembakkan spermanya di dalam mhemek Vani. Ngos-ngosan, Tono tersenyum puas. Cepat-cepat dipakainya kembali celananya, dan berlari riang kembali ke kamar Mirna. Nah, sekarang lo tau kan, kenapa Tono siang itu tidak bisa ngaceng lagi demi Mirna? Dan misteri peju di mhemek Vani milik siapa pun terpecahkan. Oya, sampai sekarang Vani tidak tau. Gue tau karena teman Tono tempat dia ngember tentang keberhasilannya ngentotin Vani adalah temen gue juga. Wkwkwkwk… Ga kebayang kalo Vani tau Tono pernah ngenthotin dia.Oke, cerita ini masih berlanjut sedikit. Marilah kita kembali lagi ke saat sekarang (sorry ya alurnya maju mundur. Sesuai hobi gue maju mundurin selangkangan), ke masa Vani yang masih bingung siapa yang ngenthotin dia. Sekarang Vani sudah kenyang habis makan. Tapi, masalah baru muncul. Horny-nya sebenarnya belum terpuaskan. Sejak bangun sebenarnya mhemek Vani sudah berkedut-kedut gatal. Cuma gara-gara masalah peju tidak jelas itu yang buat Vani teralih sejenak. Berhubung sekarang sudah kenyang dan tenang, nafsu seksnya naik lagi. Terapi finger dari Angel semalam cuma menyentuh sedikit kepuasan Vani. Bahkan sebenaranya membuat Vani lebih horny lagi.Sambil menekan-nekan selangkangannya, Vani berpikir-pikir siapa yang bisa diajak indehoy siang itu. “Aduuuhh.. napa sih Albert harus jauh pas gue sange gini” runtuk Vani kesal. Nama Boris terlintas pertama, tapi langsung dibuang jauh-jauh oleh Vani. Selain karena dia sohib Albert dan tidak menarik, Vani tau si Boris cuma panas di awal doang. Paling banter si Boris cuma bisa bertahan 5 menit di dalam mhemek. Vani tau itu dari cewek si Boris, Renny. Dua nama lagi terlintas, langsung dikibas oleh Vani. “Uuhh.. gue pengen ngerasain ngenthot kaya sama si Ethan lagi” pikir Vani refleks. “Eh, ngapain gue mikirin si setan satu itu. Sorry aja kalo gue sampe ngrendahin diri minta seks sama dia” tukas Vani gengsi. Akhirnya Vani menelpon mantannya yang sebenarnya sudah bertunangan, si Roland. Roland partner seks yang tepat untuk saat ini. Pernah jalan sama Vani sekitar 6 bulanan, dan sekarang sudah bertunangan dengan orang yang tidak mungkin dibatalkan oleh si Roland karena keluarga mereka sudah sangat dekat. Dan Vani tau, Roland butuh harta calon istrinya. Maka ditelponlah si Roland.</p>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-14382689794555839252012-08-21T23:44:00.000+07:002012-08-21T23:44:00.175+07:00Ulang Tahun Yang mengesankan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLLH8aX6T4W8KYq3Sw-G3DYdEUw6rlMJrTOw9EfIInIoDYjy0CUgElBruYwwkLrdxpSO8pNFGFuVsu3f8ZE9olbGCfN6rPIpTC4GwIPRchyphenhyphen6SaNndGM-5gfyXhK3r_cOna4Aht85z5zhA/s1600/vnngoaitinh0095kn.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLLH8aX6T4W8KYq3Sw-G3DYdEUw6rlMJrTOw9EfIInIoDYjy0CUgElBruYwwkLrdxpSO8pNFGFuVsu3f8ZE9olbGCfN6rPIpTC4GwIPRchyphenhyphen6SaNndGM-5gfyXhK3r_cOna4Aht85z5zhA/s320/vnngoaitinh0095kn.jpg" width="320" /></a></div>
pengalaman malam ultahku. Menjadi anak
pandai memang bukan kemauan ku, Semua yang aku dapatkan tidak luput dari
sebuah usaha kerasku,dari kecil hingga sekarang orang tuaku sangat
menjunjung tinggi nilai pendidikan.Dengan kita didik mustinya setiap
orang punya wawasan luas,pandangan-pandangan positif agar menjadi bekal
untuk bisa meraih kesuksesan.<br />
<a name='more'></a>Aku disini berposisi sebagai seorang
pelajar yang setiap hari ingin menciptakan prestasi yang tiada henti
tujuannya adalah untuk membanggakan kedua orang tua dan pribadi ku
sendiri.Hinga semua urusan yang membuatku tidak ada nilainya aku
tinggalkan,bagiku saat ini aku menjadi anak sekolah jadi keutamaannya
adalah belajar dengan mengabiskan membaca buku yang bertumpuk-tumpuk
baik dari sekolah ataupun ku beli dari toko buku.Bergaul sama lawan
jenis kadang lamban,karena aku pikir cewek yang ada disekolah atau
cewek-cewek sebayaku hanya mementingkan kesenangan.Sekarang itu semua
aku hindari hanya belajar belajar sampai aku tau dan bisa memanfaatkan
yang aku pelajari.Soal cewek ka sudah aku bilang aku masih dibilang
sedikit kurang,dengan ketidak kesengajaan karena kesibukan ku yang super
padat usiaku akhirnya meninggi hingga aku ulang tahun.Hari itu sabtu,
pas dalam minggu dihari kelahiranku yang ke-17, jadi orang tuaku sengaja
mengadakan pesta Ulang Tahun untukku, anak lelaki satu-satunya. Maklum
saja aku anaknya pemalas banget soal pesta-pestaan, alias kutu buku
banget dan smart di sekolah, berbeda dengan kakak perempuanku yang
satu-satunya juga, badung dan ogah-ogahan kalau disuruh belajar (padahal
pintar juga sekolahnya loh, sampai lulus SMU dia tidak pernah lolos
dari urutan 10 besar dalam ranking sekolahnya).
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dasar kakak cewekkku ini badung, dia
tidak ada selama sore hari saat berlangsungnya pesta, kemana ya, aku
juga jadinya agak sedih sedikit. Bukan mengharapkan kado darinya, tapi
dengan kehadirannya saja aku tentu akan sangat senang sekali, karena
minimal aku bisa memperlihatkan pada teman-teman cewekku di sekolah
(yang kuundang ke pestaku) bahwa dikeluargaku juga ada cewek kecenya
yang tidak kalah kece dari semua teman paling kece di sekolahku).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pas acara sudah mau berakhir, yaitu
acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong melihat teman-temanku
ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang juga. Wah happy banget
aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara, tidak punya saudara
kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2, sedangkan aku masih SMU
kelas 2.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jon.. selamat Ulang Tahun yah.. sorry
aku kagak bawa kado..” kata Fifi sambil mengajukan tangannya untuk
bersalaman setelah melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia pulang
saat temanku belum bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro mikirin
kado deh, habis salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami memang
akrab sekali sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku tidak lupa
memberikan sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman di pipi
kiri-kanan di depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab sama
kakak, tapi untuk ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak dewasa.
Di belakang sih terdengar suara tepuk tangan dari teman-temanku. Mungkin
bagi yang belum kenal dipikirnya pacarku datang kali, tapi bagi yang
sudah tahu yah entah apa pikirannya deh. Habis biarpun kakakku tingginya
170 cm, tetap saja kalah tinggi denganku yang 175 cm saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang-kadang, aku memang suka
membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya memang dia kece sih. Terlebih
sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1 dulu. Lah yang
kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini. Wajahnya seperti artis Hongkong
deh, putih cantik dan benar-benar kece berat pokoknya. Paling hebat
saat aku melihat dia cuma berbikini saat berenang, selebihnya wah cuma
dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah aku belum berani, soalnya
cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku yah si Fifi yang sudah
muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran yah?</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu mau bubaran pestanya, temanku yang
jadi DJ iseng banget, dia muterin lagu buat slow dance, dan aku disuruh
mengajak cewek pilihanku (biasanya sih kalau saat-saat begini, yang
ultah ngajak orang yang di taksirnya untuk berdansa) turun dan
memperkenalkan pada seluruh tamu, wah brengsek. Memang gosipnya ada
beberapa cewek yang naksir padaku di sekolah, tapi aku cuek bebek,
kurang begitu peduli sama mereka semua, padahal mereka-mereka itu kece
dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan cowok-cowok di sekolahku. Bukan
apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan yang lain bakalan hilang, mundur
teratur, nah mendingan aku tidak memilih satu orangpun? jadinya bisa
nempel sama semua cewek kece.</div>
<span id="more-42"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Nah teman brengsek ini menyuruhku untuk
mengajak satu cewek untuk slow dance, seolah mengumumkan siapa cewek
pilihanku. Yah sulit dong.. Gile juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali,
si Fifi kudatangi walaupun lagi mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak
ngobrol, jadi bagi yang belum kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi
cuma temanku). Fifi agak terkejut sedikit waktu tahu dan sadar dia yang
kuajak slow dance, tapi belum berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke
tengah-tengah arena slow dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru
Fifi berbisik, “Jon… kok ngajak aku slow dance-nya sih?”<br />
“Iya Fi.. aku belum punya cewek sih..”<br />
“Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh..” masih sambil berbisik.<br />
“Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada..” rayuku pada kakak sendiri.<br />
“Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-siakan..”<br />
“Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu, semuanya ABG doang..”<br />
Fifi tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya pada pundakku. Harum
rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan sedikit keringat
kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu kugeser kepalaku
sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas aku mencium
parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku ini seru loh,
suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam merk parfum.
Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku terangsang
mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang kemaluanku
ngaceng berat waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu Fifi sadar, aku membaui sekitar
belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak.. Cukup
terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat (memang
nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang
merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku
sebagai lelaki sih rasanya enak-enak saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang lagu yang satu itu, tanganku
yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh menjelajahi punggungnya. Dari
dekat lehernya sampai ke pinggangnya. Berhubung Fifi memakai gaun malam
mini, yah dia tidak perlu pakai rok-rok segala dong, kan jadi satu sama
atasan, eh baju terusan itu. Mini tuh maksudku masih setinggi
pertengahan paha. Nah saat aku mengusap-usap pinggang Fifi, aku tidak
begitu merasakan adanya garis celana dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Timbul niat isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.<br />
“Fi.. kamu nggak pakai celana dalam yah?” kataku sambil berbisik di telinganya.<br />
“Eh.. enak saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!” jawab Fifi sambil berbisik.<br />
“Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya..” bisikku lagi penasaran.<br />
“Coba elu rabanya turun lagi dikit..” balas Fifi sambil berbisik juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kuraba mengikuti petunjuknya, kali
ini buah pantatnya terpaksa harus kuraba-raba. Dan merabanya makin turun
saja. Benar juga, akhirnya ketemu dan kutelusuri garis batas celana
dalamnya. Dilihatin orang nih dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke
bawah. Ha! Gile apa.. ini kakak sendiri friends. Rabaanku berjalan ke
samping saja, menelusuri pelan-pelan garis celana dalam Fifi yang memang
sepertinya cuma segaris itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya
model tali saja dan dipakainya berbentuk V.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fi.. celana dalam elu modelnya aneh banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana,” kataku masih berbisik.<br />
“Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu..” balas Fifi masih bisik-bisik saja.<br />
“Kalo pacarku seperti kamu sih boleh saja Fi..” balasku mesra.<br />
Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong bebas begini kan karena memang akrab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kepalaku timbul juga perasaan
cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan siapa saja nih yang sudah
pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai celana dalam sexy seperti
itu. Sialan… mau kuhajar saja rasanya. Belum tahu kali tuh cowok,
adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus Merpati Putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Eh lagi enak-enak memeluk Fifi sambil
goyang-goyang lagunya habis.. sialan, temanku mengganti jadi disco lagi.
Yah sudah bubaran deh slow dance-ku dan Fifi. Aku masih melihat-lihat
teman yang lain, si Fifi menghilang entah kemana. Karena acara terakhir
pesta rumahan adalah disco, yah tidak lama setelah itu bubar deh
pestanya, masak anak SMU pesta di rumahan sampai lewat jam 12 malam sih?
nggak sopan dong (anak ranking 1 nih yang bilang, aku!).</div>
<div style="text-align: justify;">
Persis jam 12 lewat 5 menit, teman
terakhir sudah tidak kelihatan mobilnya. Aku yang capek banget rasanya
mau tidur saja deh, sambil mikirin Fifi. Kemana yah dia? Urusan kado
besok saja lah. Tidak mungkin ada yang ngambil ini. Aku naik ke atas dan
langsung masuk ke kamarku. Melepaskan pakaian dulu lalu masuk kamar
mandi pribadi dan bersih-bersih. Masih bugil aku balik ke ruangan
ranjang. Ah biasanya tidur pakai CD, kali ini mau nyobain bugil ah,
sudah gede ini, kan 17 tahun. Yah badanku yang gede dan anuku juga cukup
gede kok. Panjangnya sih cuma 15 cm saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena AC kamarku cukup dingin, aku
biasa tidur memakai selimut (Tidak lucu sebenarnya, kalau memahami
kesehatan, saat tidur itu bagusnya tubuh kita tidak dalam keadaan
‘terikat’ dan udara yang kita hirup sebaiknya memang sekitar 18-24
derajat celsius. Jangan lebih panas dan jangan lebih dingin. Itu baru
tidur sehat. Eh ini kata dokter Joni loh hehehe coba saja iseng tanya
dokter beneran.) Kan bule-bule dalam film banyak yang tidur bugil toh?</div>
<div style="text-align: justify;">
Masih berbaring, pikiranku melamun pada
peristiwa slow dance bersama Fifi, kakak tercintaku. Saat dance tadi aku
sih lupa apakah ngaceng atau nggak, tapi saat mikirin aku inget.
Ngaceng kenceng! Gile kupegang si Junior, malah makin bikin tenda di
selimutku jadinya. Yah kuusap-usap sayang deh juniorku. Tentu saja
sambil membayangkan bagaimana bentuk tubuh si Fifi yang polos dalam
keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil menari bareng. Wow.. asyik loh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berhayal.. Tubuh si Fifi mulus tanpa
cacat (sepertinya memang belum pernah luka sih, paling bekas suntikan
cacar di pahanya) payudaranya yang lumayan mantap kalau dipegang, dengan
puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu perutnya yang datar dan
rata karena hobbynya aerobic dan fitness, dan pantatnya yang aduhai
montoknya, tadi saja saat kupegang waktu slow dance mantap banget
rasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Eh lagi enak-enak berhayal begitu,
tiba-tiba pintu kamarku diketok. Tok.. tok.. tok.. cuma tiga kali dan
tidak kencang. Karena kebiasaan menjaga privacy di keluarga kami,
sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak pernah mengunci
pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapa?” tanyaku.<br />
“Aku Jon..” jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik tuh.<br />
Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku friends! Aku terdiam bingung.<br />
“Jon.. elu belum pulas kan?” tanya Fifi dari balik pintu. Lalu diam
menunggu jawabanku. Wah gimana nih.. aku sedang bugil dalam selimut
begini. Ah biarin deh.<br />
“Boleh masuk Jon?” tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.<br />
“Iya, masuk saja Fi..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar
olehnya, kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin
sedih jadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Si Fifipun masuk juga, setelah menutup
pintu kamar, dia berbalik dan, “Jon lampunya dinyalain yah?” tanya Fifi.
Maklum sebelum naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu
kecil saja, jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa
melihat jelas tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu
bayangannya terlihat saat memasuki kamarku.<br />
“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah.. entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!<br />
“Eh…” belum sempat aku ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. “Blar..” terang deh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memperhatikan Fifi. Dia memakai baju
tidur favoritku, karena model baby doll, terusan cuma melewati
pantatnya dikit, warna kuning muda dan agak transparan. Biasanya kalau
dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan bentuk tubuhnya, dan
pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan lampunya di tengah
ruangan, sedang dia masih dekat pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa Fi?” tanyaku bingung juga dan
heran, ada apa malam-malam waktunya tidur begini dia datang yah? Kalau
masih sore sih aku tidak heran, paling dia mau nanya soal komputer atau
soal mobilnya.<br />
“Eh sebelumnya sorry loh Jon..”<br />
“Kenapa?” langsung kupotong saja.<br />
“Aku kan belum ngasih kado buat elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih.”
lanjut si Fifi mencoba senyum menghiburku kali. Wah bener juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memang tidak sempat memikirkan Fifi
ngasih kado atau tidak, dia mau slow dance denganku saja rasanya aku
happy banget. Lalu sekarang mau apa lagi nih? “Ah nggak apa-apa Fi..
nggak masalah soal kadonya.. aku punya kakak sebaik elu saja sudah
merupakan kado yang indah setiap hari..” kataku. Lalu si Fifi berjalan
menghampiri ranjang sambil melihat mataku terus. Wah untung tidak
melihat ke arah juniorku. Masih ngaceng man! banyangkan sendiri deh
cewek kece, seksi sedang berada di dekat kamu, di ranjang yang sedang
bugil. Dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu dia makin mendekatiku, aku
menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di tepi ranjang kalau
memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat itulah lampu kamar
dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus tubuhnya yang sempurna sekali
(nggak kayak gitar kok, tapi melengkung dan meliuk indah) makin jelas
saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat pinggangku, persis sebelah
pinggang dan juniorku yang ngaceng berat. Selimutku yang bergeser
membuat si junior mengangguk-angguk kegelian karena gesekan itu. Tangan
kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi si Junior nih.
Fifi berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jon.. aku mau ngasih kado spesial buat
elu, tapi.. elu nggak boleh cerita sama siapapun juga, setuju?” Langsung
saja aku mengangguk, walaupun bingung menduga-duga kado spesial apaan,
apakah Blow Job? Belum tentu, terusin saja baca ceritanya.<br />
“Janji yah Jon..”<br />
“Saya berjanji, Fifi kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar mengangguk.<br />
“Jon, Fifi mau tahu.. kamu beneran belum pernah pacaran? maksudnya nge-date berduaan ama cewek?” tanya dia.<br />
“Bener Fi.. kan tiap malam minggu, kalau kagak ada pesta ultah, yah aku
di rumah saja kok surfing di internet, kamu sih kelayapan melulu malah
ninggalin aku sendirian kalau malam minggu” kataku, dia senyumnya makin
lebar.<br />
“Jadi belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing dikit.<br />
“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?”<br />
“Oh yah? dimana?” tanya Fifi kaget sedikit.<br />
“Di internet..” jawabku cepat, memang betul sih. Dia tersenyum lagi..
heran kayaknya makin lama melihat Fifi tersenyum makin manis saja tuh
senyumnya, wah aku rasanya makin senang dan happy sekali melihat
bibirnya yang tersenyum.<br />
“Jadi yang real dan asli belum pernah dong?” kata Fifi masih dengan
tersenyum. Bagiku ini bukan ledekan, tapi ucapan tulus kakak pada adik
yang memang akrab. Aku mengangguk.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fifi mau kasih hadiah khusus, tapi kamu
harus janji tidak boleh ngapa-ngapain kalo kagak disuruh. Mau nggak?”
tanya Fifi, kakak tersayangku ini. Aku mengangguk.<br />
“Eh janji dulu..”<br />
“Iya deh Joni janji Fifi sayang..” kataku memuaskan keinginan Fifi.<br />
“Siap menerima hadiah?” tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.<br />
Aku mengangguk lalu berkata, “Siap boss..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Fifi kemudian menaiki ranjang, sambil
tangannya mendorong perlahan tubuhku untuk bergeser sedikit. Ranjangku
sih ukuran 160 lebarnya, jadi muat saja kalau mau tidur berduaan. Lalu
Fifi berlutut tegak di sampingku, memandang mataku lekat-lekat masih
dengan senyum manisnya. Kemudian secara perlahan-lahan dia mengambil
ujung bawah baju tidurnya. Ops.. Fifi terlupa sesuatu.. buru-buru dia
turun ranjang dulu, menuju ke lemariku yang ada componya, dia pilih
buru-buru salah satu CD lalu diputarnya. Nah muncul lagu romantis,
dipasangnya cukup keras tapi tidak mengganggu keluar ruangan. Mungkin
sekedar supaya pembicaraan kami tidak terdengar saja kali. Lalu dia
berjalan ke pintu dan mengunci pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasa sedikit heran, mau ngapain
nih. Si Fifi balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang sambil
melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang
ujung bawah baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu
menarik perlahan ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja deh.
Begitu bawah bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku
makin deg-degan! Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana
dalamnya yang transparan dan seperti tadi waktu dansa berbentuk V dan
sebagian besar tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis
ditengah dekat bawah pusarnya, eh tuh merah bunga kecil, cuma satu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gila friends.. bulu kemaluannya
terlihat. Belahan kewanitaannya sih terbayang dalam bungkusan CD halus
itu yang mengikuti bentuk bibir kemaluannya. Wow.. sialan aku janji
tidak boleh ngapa-ngapain. Wah pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan
kiriku terpaksa memegangi juniorku deh. Makin keras saja ngacengnya nih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Makin tinggi Fifi menarik bajunya,
semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Begitu bagian bawah payudaranya
muncul. Wow.. aku sampai menelan ludah. deg-degan makin keras. Ops..
sial ada BH-nya! Eit tunggu dulu, BH-nya seru banget.. juga hitam
transparan dan puting susunya yang kuduga besar, benar saja muncul dan
terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu menebak-nebak lagi, ternyata
warnanya merah sedang, nggak pink sih, lebih tua sedikit tapi tidak
coklat gelap. Saat bajunya melewati kepalanya, aku ingin sekali memegang
payudaranya. Tapi ingat janji.. wah brengsek.. padahal si Fifi kan
tidak melihat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saat bajunya sudah lolos melewati
kepala, Fifi langsung membuangnya ke atas karpet kamarku. Tangannya
kembali turun lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuk
semakin menonjol saja. Gile bener.. sss.. alamak nggak tahan nih..
Kemudian Fifi menggeser posisi berlututnya kali ini dia mengangkangiku.
Wow.. sepertinya aku semakin tidak tahan deh. Mana tangan kiriku sudah
tidak lagi memegang si Junior lagi dan dengan posisi baru ini otomatis
Fifi menindih perutku. Dia masih bergerak meliuk dan menari. Mungkin
tidak nyaman menari di atas selimut, dia menggeser dulu lalu mendadak
menyingkapkan selimut untuk membuangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eit.. sorry Jon.. aku nggak tahu elu
kalo tidur juga bugil!” kontan kedua tanganku menutupi juniorku. Tapi
mana bisa.. lah lagi siaga satu gitu kok. Lagi pula dia ngomong dengan
kalimat ..juga bugil! Wah dia kalau tidur bugil dong?! kenapa tidak dari
dulu aku masuk kamarnya kalau dia sedang tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena aku diam saja tidak berkata
apa-apa, Fifi balik lagi berlutut di atas perutku menghadap wajahku
dengan sebelumnya mengambil tanganku untuk melepaskan pegangan yang
menutupi si Junior. Terpaksa tanganku posisinya seperti orang menyerah
kalau berdiri, kutaruh di samping kepala. Sepertinya Fifi sedang
bergerak menari sambil membuka BH-nya deh.. tapi susah atau sengaja
susah membukanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fi.. boleh aku bantuin membuka BH kamu?”<br />
“Memang kupikir tadinya mau nyuruh elu yang bukain.. tapi gue kagok..”
lalu sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya menopang
tubuhnya di samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali menyapu
wajahku. Karena posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan hidungku
cuma kebagian lehernya saja. Wah wangi juga lehernya.. tanganku mulai
memeluknya dan mencari kaitan BH-nya di punggungnya. Biarpun sudah
ketemu sengaja aku lama-lamain. Enak gila.. memeluk tubuh hangat cewek
kece seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo Jon.. jangan nakal, hadiahnya masih
banyak..” kata Fifi lalu menggeser tubuhnya yang berada di atasku
sehingga menurun sedikit dan wajahnya berhadapan dengan wajahku.
Alamak.. dengus nafasnya yang menyentuh wajahku membuatku konak lagi dan
semakin bernafsu. Tidak tahu siapa yang memulainya, tahu-tahu bibir
kami nempel dan lidah Fifi menyapu bibirku. Sepertinya sih Fifi juga
nafsu sekali mau menciumku kali, habis wajahku tetap lurus, tapi
wajahnya miring-miring kok. Nah kan dia yang berusaha lebih keras buat
menciumku toh?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Blp.. buka mulutnya Jon.. aku ajarin
ciuman..” kata Fifi. Lalu kuikuti membuka mulut, membiarkan lidah Fifi
masuk ke dalam mulutku. Dia menyapu gigi depanku, lalu lidahku
didorong-dorong dan dibolak-balik segala, dan malah lidahku
dikitik-kitik dengan lidahnya juga. Wah seru juga loh, tukar-tukaran
ludah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lupa bahwa tanganku sudah melepas
BH-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya dengan bebas
tanpa ganjalan BH segala. Kuusap-usap terus punggungnya yang mulus dan
hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh BH-nya. Ops.. baru aku bilang
masih terpisah, Fifi menarik BH-nya untuk disingkirkan. Sambil ciuman
begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku tergesek-gesek
sama celana dalam mini si Fifi nih, sakit dikit sih, lecet nggak yah?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fi.. boleh aku lepasin celana dalam elu
nggak? kontol gue sakit kegesek-gesek.” kataku melepaskan ciuman
sekejab. Akibatnya malah lepas terus-terusan tuh.<br />
“Eit.. jangan nakal dulu. Sudah bisa ciuman yang kuajarin?”<br />
“Iya boss..” jawabku.<br />
“Elu diam saja yah..” kata Fifi. Lalu dia bergerak semakin turun. Kali
ini sampai dia duduk di kakiku. Dia persisnya menduduki bagian ujung
kakiku, nggak diduduki habis sih, dia bersimpuh sedikit, sambil bergerak
perlahan-lahan wajahnya ikutan turun sambil mencium badanku juga. Geli
sekali loh, apalagi waktu dia mencium putingku. Wow.. sampai kupegang
kepalanya gara-gara geli. Untung dia tidak marah. Waktu hidungnya kena
bulu kemaluanku, makin geli dan si Junior mulai kena dengusannya dan
dikecup kepalanya, sepertinya sih kena mata tunggal di kepala si Junior
tuh.. geli banget sih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gila friends.. kali ini kuduga bakal
dapat pengalaman dikaraokein deh, aku mau menikmati rasanya di karaokein
kakak tersayang ini. Dimulai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala
kemaluanku, rasanya sukar dilukiskan, yah geli-geli enak deh. Apalagi
waktu bibir itu masih dalam jepitan erat bergerak turun menyentuh
lingkaran helm senjataku. Wah rasanya mau ngecret saat itu. Gile bener..
untung juniorku tahan juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi sensasi yang timbul saat bibir
Fifi makin turun menjalari batang juniorku yang keras dan penuh
urat-urat. Waduh, gesekannya sukar dilukiskan (namanya juga pertama
kali) apalagi saat itu juga helm di kepala kemaluanku dijilati oleh
lidah hangat Fifi. Wow.. mana tahan, beneran mau ngecret rasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saat jepitan erat bibir Fifi, kakak
tersayangku ini semakin turun kearah bulu-bulu kemaluanku yang mulai
memenuhi pangkal senjataku, ujung kepala helm si junior juga menyentuh
daging halus dan lembut langit-langit tenggorokan Fifi. Weleh.. weleh..
gila man.. nikmat sekali! dan, “Cret.. cret.. cret.. cret.. cret..”
beberapa kali aku ngecret. Kulirik ke sana, si Fifi melirikku juga, gile
pandangannya itu.. wow.. sexy sekali.. (sering aku membanyangkan dan
terbayang-bayang terus wajah Fifi saat dia sedang mengkaraoke barangku)
Gile deh, masih muda gini si Fifi sudah jago mengisap senjataku. Dia
suka lagi.. tidak setetespun cairan maniku yang meleleh dari mulutnya.
Wah di Bohongin film tuh, paling yang sampai meleleh gitu yah karena si
ceweknya tidak mau menelan protein yang kita keluarkan, atau mungkin di
film tuh sperma meleleh karena memang asyik melihat dan menonton cairan
yang meleleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fiii… aduh.. enak sekaliii…” kataku
merintih perlahan. Kencang-kencang takut orang tuaku mendengar lagi.
Gile loh.. ini taboo, pamali.. incest.<br />
“Jon.. hadiahnya belum selesai.. ini baru foreplay-nya buat elu…”<br />
Hah..! Gile bener.. apalagi nih?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Elu basahin memekku dengan ciuman yang
tadi aku ajarin yah? sementara aku bikin burung elu tegang lagi.” kata
Fifi lalu berdiri dan membuka CD-nya secepat kilat.<br />
Kemudian dia menungging mengambil posisi 69 persis seperti gambar-gambar
di internet yang kulihat kalau ada pasangan yang saling mengisap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu Fifi dalam posisi mengangkang
dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya langsung tercium
olehku. Gile bener.. nikmat sekali.. enak loh mencium bau khas liang
kewanitaan cewek, wah pantesan banyak gambar orang lagi ismek dan jimek
yah? Mula-mula kujilati dulu belahan liang kewanitaan si Fifi yang
terlihat sudah mulai basah, lalu setelah beberapa kali dijilat dengan
ujung lidah sampai badan lidahku juga, gelambir bibir luar si Fifi yang
warnanya kemerahan dikit itu mulai membuka dan melebar. Nah habis itu
jangan lupa pasti sasaran kita bibir dalam mungil yang warnanya pink.
Sebelumnya pastikan lagi deh, jilati terus dari batas liang kewanitaan
luar paling bawah dekat perbatasan anus sampai arah klitorisnya, tentu
dengan jilatan panjang tanpa terputus, dijamin kegelian tuh cewek yang
kita jilati. Nah begitu diulang beberapa kali.. asyik.. terasa kan sari
buah segar dari tubuh cewek seperti yang kulakukan pada Fifiku ini,
kalau terasa juice-nya mulai berkurang kan kurang asyik, ganti lagi
dengan mengulum seluruh bibir luarnya yang melambai-lambai, yah mengulum
dan menghisap lah, terus sambil sedikit jilat dan sedot terus, sehingga
sisa juice dari tubuhnya dan sedikit sisa pada lidah kita tetap saja
bisa kita nikmati terus. Biasanya cewek kegelian dan memproduksi lagi
juice alami ini dari dalam tubuhnya. Wow.. asyik pasti deh kalau normal
sama-sama menikmati kita dapat bonus lagi banyak juice.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaahh.. enak Jon.. terus.. terus..” kata Fifi.<br />
“Iya Fi.. blp.. aku juga keenakan.. slup.. slup.. dikaraokein elu itu.. slup..” jawabku.<br />
“Blp.. blp.. ehm.. blp.. blp..” tidak jelas deh apa jawaban Fifi, yang
jelas aku ingin sekali hadiahnya berlanjut terus sekalian juga aku
membalas kenikmatan pada si Fifi dong, biar adil.<br />
Saling jilat dan isep yang kami lakukan kuulangi lagi. Kali ini kutambah
dengan jurus baru, gara-gara melihat gambar di internet (wah lihat
gambar porno berguna juga kadang-kadang yah?). Aku mencoba memasukkan
lidah ke dalam liang senggama si Fifi yang mungil tempat keluarnya juice
nikmat tadi. Lubang itu sih terlihat nafsuin banget. Jelas terlihat
empot-empotan membuka menutup dengan gerakan-gerakan merangsang nafsuku.
Karena batang kejantananku letaknya jauh, yang paling praktis yah lidah
dong. Kudorong-dorong saja lidahku memasuki lubang di liang kewanitaan
kakak sexy-ku ini, sambil sesekali jurus-jurus gerakannya kugabung
dengan menjilat celah liang kewanitaan dan mengulum semua bibir bawah si
Fifi. Wah nikmat sekali, untung si Fifi sudah memberi kursus kilat cara
ciuman dan kulum-kuluman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sukar dilukiskan kenikmatan yang
kudapatkan deh, bayangkan saja, kakakku yang sexy sedang mengkaraoke
senjataku, sambil liang kewanitaannya kujilati.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jon.. kayaknya elu sudah siap menerima
hadiah lanjutannya nih,” kata si Fifi yang buru-buru bangun dan ganti
posisi, kali ini dia berjongkok di atas pinggangku. Hehehe.. dia yang
tidak tahan tuh. Asyik.. pasti aku akan bersenggama dengan kakak
cantikku ini. Yang jelas sih memang batang kejantananku tidak ciut-ciut
tuh. Alasan si Fifi saja untuk membuat liang kewanitaannya lebih basah
dulu supaya kami bersetubuhnya lebih gampang, daripada alasan membuat
juniorku ngaceng lagi</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan satu tangan memegang juniorku dan
satu tangan lagi membuka celah liang kewanitaannya, Fifi menunduk
melihat jelas-jelas supaya tidak meleset adegan persetubuhan kami yang
pertama ini. Aku juga sampai menaikkan kepala kok walau sudah diganjal
bantal tinggi. Gila kelihatan banget bibir kemaluan Fifi yang membuka
dan siap disusupi oleh batang kejantananku yang ngaceng berat. Si Fifi
perlahan-lahan menurunkan pinggulnya dan juniorku, helmnya terasa
menyentuh belahan hangat basah liang kewanitaan Fifi. Makin si Fifi
menurunkan pinggulnya, helm si Junior semakin tidak terlihat dengan
perasaanku yang semakin keenakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Si Fifi yang tidak sabar begitu helm si
Junior hilang dari pandangannya langsung menduduki pinggulku, yah sudah
amblaslah seluruh batang tubuh si Junior dan batang kejantananku itupun
lenyap dari pandangan.<br />
“Aow… sakit Fi..” maunya aku sih teriak, habis mendadak gitu kulit
batang kejantananku tertarik oleh jepitan erat dinding kewanitaan si
Fifi. Terasa sekali gesekan dan tarikan kulit itu loh.<br />
“Sstt.. jangan berisik.. aku juga sakit Jon.. kurang pas kali..” kata si
Fifi lalu dia mencabut batang kejantananku dengan mengangkat pinggulnya
lagi. Waw.. kenikmatan yang dirasakan tidak terlukiskan deh. Tidak
sampai lepas semuanya, kali ini si Fifi menggoyang-goyang dulu
pinggulnya sedikit untuk memperlancar pelumas atau arah yang tepat, aku
tidak tahu deh. Lalu dia menurunkan lagi perlahan saja dulu. Nah ini
baru mantap.. Pas masuknya. Sambil si Fifi goyang kiri kanan dikit dan
maju mundur dikit, akhirnya batang kejantananku terbenam mantap di dalam
liang kenikmatan kakak tersayangku. Duh.. ujung batang kejantananku
menyentuh apaan yah? Jangan-jangan rahimnya kali!</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh.. Joni sayang..” si Fifi kakakku
ini diam tidak bergerak lagi punggulnya tetapi bagian atas tubuhnya
rebah menindihku. Dadanya yang padat berisi, menindih dadaku, dan
wajahnya dekat sekali di depan wajahku.<br />
“Fi.. gue boleh mengusap-usap badan elu nggak?” aku bertanya, takut
melanggar janji. Dia tersenyum lalu mengangguk saja, dan buru-buru
mulutku di cipok. Keras! bibirku sampai terbetot karena menciumnya
dengan sedotan segala. Belum kaget aku atas kejadian itu, dia mencium
lagi kali ini bibirku dilumatnya dan kamipun bersilat bibir lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tersadar akan ujung si junior yang menyentuh sesuatu di dalam sana.<br />
“Fi.. elu bisa hamil nggak nih?” tanyaku dengan nada khawatir. Lah iya..
gila kali menghamili kakak sendiri, bersenggama dengan kakak kandung
saja sudah perbuatan gila-gilaan. Apalagi sampai hamil.<br />
“Tenang Jon.. baru saja gue selesai mens kok tadi pagi baru bersih..”<br />
Hah? aku yang melongo.. pantesan saja dia juga sakit waktu kami baru
bersatu tadi walaupun sudah becek sejak kujilati liang kewanitaannya.<br />
“Fi.. elu nggak perawan sejak kapan nih?” tanyaku.<br />
“Eh.. nakal yah tanya-tanya.. nggak usah di omongin deh.. nikmati saja
yah Joni sayang..” kata si Fifi, yah sudah. Tapi kulihat dia jadinya
sedih tuh gara-gara aku bertanya soal itu. Kami memang terdiam jadinya.
Fifi cuma diam saat menindihku tanpa bergerak dengan memiringkan
kepalanya di wajahku. Hidung kami bersentuhan. Aku menikmati sekali
saat-saat ini. Saat-saat indah bersatu dengan kakak tersayangku.
Dengusan nafas halusnya menyapu wajahku juga dengan keharuman nafas
segarnya. (wah jangan-jangan tadi kumur-kumur dengan close-up cair dulu
kali nih) Tanganku mengusap-usap punggungnya yang halus tapi sedikit
berkeringat karena kupegang dalam keadaan lembab. Mungkin posisinya
kurang enak, si Fifi menggerakkan bagian bawah tubuhnya sedikit. Wow..
sensasi dalam lubang tempat kami bersatu itu nikmat sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fifi kakakku sayang, ngapain lagi nih
sekarang..” tanyaku bingung. Nah tanpa menjawab dia bangkit dari
menindih badanku. Kali ini dia benar-benar menduduki pinggangku. Wow
buah dadanya yang mantap memerah karena tertindih tadi terlihat semakin
indah saja. Putingnya juga ngaceng banget lagi, mancung.<br />
“Nikmati yah Jon, jangan bergerak-gerak pinggulnya..” kata si Fifi.<br />
“Ok boss..” Lalu mulailah si Fifi bergerak-gerak. mula-mula sih
gerakannya cuma memajumundurkan pinggulnya saja sehingga batang
kejantananku yang terbenam dalam-dalam tidak keluar sedikitpun, tapi
didalam sana rasanya. Wah.. coba sendiri deh komentarku. Kalau aku
bilang enak entar tidak percaya. Pokoknya sukar dilukiskan. Ujung kepala
si Junior terutama helm junior tuh yang menikmati banget
gesekan-gesekan di dalam rongga persetubuhan kami, sepertinya sih
menyentuh-nyentuh sesuatu benda yang agak kenyal? seperti ada dodol bola
deh di dalam sana. Apa iya itu rahim. Kepala si Junior mengelilingi dan
menyenggol-nyenggol dodol bola itu. Gile bener.. sensasi yang
ditimbulkan luar biasa enaknya, beneran loh aku terasa banget dan yakin,
lubang kecil di helm si junior menyentuh dan disentuh sesuatu di dalam
sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh Jon..”<br />
“Ya.. Fi..”<br />
“Oohhh Jon.. Sayang..”<br />
“Ya.. Fifi sayang..”<br />
“Jon.. aaahh..”<br />
“Ya Fifi kakakku tercinta.. eugh..”<br />
“Oohhh Jon.. Sayang.. enak sekali.. kamu enak Yang?”<br />
“Ya Fifi sayang… wah nikmat sekali aaah.. enak Fi..”<br />
“Pegang dan remas-remas tetekku dong Jon..” kata si Fifi dengan manja.<br />
“Wah tetek kamu mantap banget Fi.. pas susunya.. kenceng lagi..” pujian jujur dariku keluar deh.<br />
“Oohhh Jon… terus Jon.. lebih kuat remasnya..”<br />
“Ya Fi.. lebih enak?”<br />
“Ooohh Jon.. terus Jon.. putingnya juga..”<br />
“Oohhh.. aahhh Joniii..”<br />
“Eh Fi.. jangan kenceng-kenceng..” kataku khawatir juga, habis makin
lama semakin kenceng saja desahan dan suara Fifi yang keluar dari bibir
sexy-nya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini Fifi menunduk deh jadinya,
mulutnya mencium mulutku lagi, nah suaranya kan cuma nafas doang tuh.
Wah ada yang seru lagi. Kali ini Fifi mulai menggerakkan pinggulnya naik
turun. Gila, rasanya gesekan batang kejantananku pada dinding liang
kewanitaan Fifi yang menggenggam erat itu loh. Waw.. enak gila.. lebih
enak dari Frozz deh. Sensasi yang di timbulkan sampai naik ke kepalaku,
buktinya waktu melewati leher dan mulut nafasku semakin menderu-deru.
Terbukti dong semakin enak.. asyik loh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cukup lama juga Fifi melakukan olahraga
turun naik di atas pinggangku, pasti dia capek juga, habis biarpun AC
kamarku dingin punggungnya keringatan tuh. Tanganku sampai basah
telapaknya waktu mengusap-usap terus dari tadi. Tiba-tiba saja Fifi
menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin keras menghujam kearah
batang kejantananku, makin mantap deh tusukan-tusukannya. Lalu lidahku
disedot kuat-kuat dan dia roboh lemas setelah tegang-tegang dikit
sebelumnya. Wah…. ini orgasme kali yah? Kok aku kaga ngecret sih kata
siapa orgasmenya cewek dan cowok mesti barengan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku iseng ah, walau tidak disuruh
kugoyang pinggulku menyodok naik dikit. Habis si Fifi diam sih, padahal
tadi lagi asyik menggoyangkan pinggulnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh Joni.. sayang.. nakal yah.. tapi enak Jon.. enak sekali.. iya terus Jon.. kamu enak Yang?”<br />
“Ya.. Fifiku sayang.. kamu sudah orgasme yah.. wah licin nih Fi jadinya tapi nikmat juga kok aaah.. enak Fi.. enak sekali..”<br />
“Iya Jon.. tadi aku mencapai surga tuh.. lidah elu nggak kegigit kan?”
tanya si Fifi. Wah dia tidak sadar tadi menyedot kuat-kuat lidahku, dan
dugaanku dia mencapai orgasme ternyata benar. Wah untung tidak digigit
ya lidahku. Kalau tidak saat dia lupa gitu salah-salah aku jadi si bisu
Joni lagi hehehe… habis lidahnya putus.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jon.. biar elu lebih menikmati
hadiahnya, ganti posisi yah?” tawar si Fifi padaku. Asyik.. doggy style
boleh aku praktikkan nih.<br />
“Gaya nungging yah Fi?”<br />
“Elu mau gaya begitu?”<br />
“Iya Fi.. kayak di foto dalam internet.”<br />
“Hayo deh berhubung ini hadiah..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kamipun berganti gaya jadi doggy style.
Cuma sebentar saja, walaupun seru aku melihat Fifi dari belakangnya,
dengan kulit punggung mulus walau berkeringat, pinggangnya yang ramping
dan buah pantatnya yang besar jelas pemandangan indah tersendiri. Tapi..
ada yang bikin gaya ini jadi sebentar. Setiap kali kusodok maju batang
kejantananku semakin ke dalam rongga liang kewanitaan si Fifi, dia
seperti tersendak kesakitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu nggak enak yah Fi?” tanyaku pelan-pelan takut menyakiti kakak tersayangku.<br />
“Nggak pa-pa, terusin saja, yang penting kamu senang..” jawab Fifi,
weleh-weleh.. baru dua sodokan lagi reaksinya sama saja, kesakitan. Wah
aku tidak mau jadi adik tidak berbudi. Dikasih hadiah sangat nikmat
begini masak dengan tega menyakiti kakak tersayang sih?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fi.. ganti gaya lagi deh.. gaya apalagi yang kamu mau dan kamu anggap akan menyenangkan Joni?”<br />
“Oh.. Joni sayang.. aku bener-bener sayang sama elu Jon..” kata Fifi
begitu mengakhiri persetubuhan kami dan berbalik menghadap dan memelukku
dengan erat. Lagi-lagi aku di cium olehnya, kali ini sebentar saja lalu
dia mengambil posisi persis di tengah ranjang dan mengangkang
lebar-lebar, dengkulnya ditekuk naik sampai dekat kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wah.. ini posisi surga bagiku. Gile
bener.. melihatnya saja si Junior terkejut. Bibir luar liang kewanitaan
Fifi otomatis merekah (karena indahnya bentuk bibir itu kadang-kadang
ada yang mengumpamakan sebagai bunga yang merekah) bibir dalamnya yang
berwarna pink dan tidak kalah sexy-nya di mataku ikutan merekah juga,
membuka gerbang surganya yang berupa lubang hitam menantang untuk
ditutupi oleh batang kejantananku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dengan masih berlutut bergerak
mendekati pintu surga itu, dan dengan posisi sedikit berlutut itulah
kutempelkan juniorku di pintu surga yang gelap itu. Kugesek sedikit
seperti dalam BF lalu karena memang masih becek-becek dikit yah lancar
saja kucelupin si junior dan batang kejantananku itu semuanya. Waw..
gesekan dinding liang kewanitaan kakakku ini masih saja mantap dan
kesat, seret juga malah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aahhh..” si Fifi malah yang bersuara.<br />
“Enak Fi?”<br />
“Iya gerakin keluar masuk dong Jon..”<br />
Aku menurut deh, kugerakkan pelan-pelan saja. Tips; gerakkan ini
sebaiknya divariasikan antara gerakan menusuk dengan seluruh tubuh dan
gerakan menusuk menggunakan pinggul saja. Dengan gerakan pinggul saja
tusukan batang kejantanan kita semakin dalam loh! dan semakin membuat
cewek kita keenakan. Kata salah seorang teman cewekku sih, membawa cewek
tembus surga ke-7. Apalagi dengan tusukan perlahan-lahan tapi mantap.
Gocekan kiri kanan saat menusuk sebaiknya memang melingkari dodol bola
di dalam sana, alias memoles seluruh permukaan bola dodol itu. Waw..
gocekan begini selain kitanya enak juga, kujamin, cewek normal akan
segera mencapai orgasme dengan cukup cepat. Asal jangan lonte saja deh
yang sudah kecapekan melayani langganan (dulu-dulu juga hooker high
class senang sama aku gara-gara mereka ngakunya mencapai orgasme dengan
teknikku ini, maklum si Joni pantang mencapai orgasme dibawah 1/2 jam,
biasanya malah lebih 1 jam, yang penting mengatur pernafasan dan pikiran
kita).</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang tidak lama berlangsung, si Fifi
kakak tersayangku ini buru-buru melebarkan kakinya lagi dan tangannya
buru-buru meraih leherku untuk diciumi lagi. Gila ciumannya buas sekali,
cepat dan srobotan terus. Pokoknya ciuman buas yah begitulah kali.
Tiba-tiba saja aku yang tetap mengatur enak-enak tusukan mantap dalam
persetubuhan kami terkaget lagi. Bibirku disedot keras lagi. Kali ini
karena aku tahu bahwa si Fifi mungkin mencapai orgasme. Aku siaga,
sengaja mulutku makin merapat, menjaga giginya kalau-kalau menggigit.
Berhasil.. tidak kena gigit.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh Jon.. sayang.. enak sekali.. ooohh Jonii.. sss.. kamu enak Yang?”<br />
“Ya.. Fifi sayang.. aahhh.. nikmat sekali Fi.. aaah.. enak Fi..”<br />
“Gila Jon.. elu belum mau keluar lagi yah?” tanya si Fifi setelah agak reda capeknya.<br />
“Adik siapa dulu dong?” wah sempat-sempatnya kami yang sedang bercumbu
begitu bercanda juga. Tuh hidungku dipencet si Fifi yang masih dalam
posisi mengangkang heboh dan kutusuk, eh pompa deh.<br />
“Enak nggak Jon hadiahku?”<br />
“Bukan enak lagi Fi.. indah dan bagus sekali.. aku nggak mungkin bisa membalas hadiah seperti ini..” jawabku.<br />
“Ah Joni.. Joni.. adikku sayang.. kalau bukan adikku.. aku mau aja deh pacaran sama elu Jon..”<br />
“Loh memangnya sekarang kagak bisa apa?”<br />
Akhirnya sambil bercinta dengan hot terus sebelum aku ngecret lagi kami ngobrol-ngobrol sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak menyinggung soal keperawanan
dan pacarnya sekarang. Dia cuma cerita batang kejantananku adalah yang
terpanjang dan terbesar yang pernah dia rasakan, padahal dia baru
mencoba 2 batang kejantanan selain punyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Fi.. gara-gara cerita ngesek dan soal batang kejantananku yang super menurut elu, kayaknya aku mau keluar lagi nih..”<br />
“Aahhh.. Joni.. Sayang.. jangan takut.. aku sayang banget sama elo Jon..
silakan saja keluarkan di dalam rahimku Jon.. jangan khawatirkan
apa-apa..” kata si Fifi sambil mengusap-usap perutku segala sekaligus
mengusap-usap wajahku. Ah mana tahan aku melihat wajah manisnya yang
cantik dan tersenyum terus melihatku. Kupompa semakin cepat dikit deh
dan dalam-dalam setiap tusukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh.. oh.. ah.. ahhh.. heh.. heh..
eh.. eh..” begitulah suara kami berdua akhirnya gara-gara aku
mempercepat irama persetubuhan kami. “Jonn.. aku keluar lagi nih.. aaahh
Joniii…” Wah tampang sexy si Fifi saat mencapai Orgasmenya yang ketiga
kali ini tidak bisa kutahan lagi deh, apalagi wajahnya yang memerah
berusaha tetap tersenyum senang dan tidak memejamkan matanya tapi
melihat ke dalam mataku. Wah.. sudah nyobain belum bersetubuh sampai
ceweknya mencapai orgasme tapi tidak merem tuh cewek, nah tampangnya
cewek begitu menurutku adalah tercantik darinya. Dan biasanya nikmat
melihat wajah cewek saat mencapai orgasme, sepertinya lebih enak dari
orgasme itu sendiri bagiku. Makanya hobiku bikin orgasme cewek, bukannya
aku orgasme duluan, tidak sedikit kok aku malah tidak orgasme saat
bersatu dengan cewek. Sweer.. mula-mula kupikir aku impoten, tetapi
ternyata sebagian cewek bilang malah aku terlalu perkasa urusan ranjang
dan senggama begitu, Well nggak tahu deh, walaupun hobby bercinta,
kupikir tidak perlu setiap bersenggama kita mengeluarkan sperma dong?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Cret.. cret.. cret..” entah berapa kali
saat ini aku ngecretnya. Yang jelas cairan hangatku menembak bola dodol
dalam medan tempur kami berdua. Wah saat terkejut, begitu kenikmatannya
sukar dilukiskan juga loh. Aku sampai roboh kecapaian dalam pelukan si
Fifi yang masih ngangkang terus.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohhh Fifi sayang..”<br />
“Yah.. Joni adikku sayang..”<br />
“Hadiah kamu tak ternilai Fi..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu kami tidur seranjang. Bohong
besar kalau aku cerita senggama sampai pagi. Aku kecapaian kok.
Sepertinya waktu baru berbaring sama-sama sebelum tidur, karena kami
sama-sama capek untuk matiin lampu, aku melihat hari sudah pukul 3 pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ngobrol-ngobrol sebelum pulas,
sepertinya si Fifi cerita, perawannya hilang waktu SMA kelas 2, saat
pergi ke luar kota barengan kakak kelas lalu sekarang ini sehabis
menikmati dan tahu si Fifi tidak perawan lagi, pacarnya yang di kampus
mulai menjauhinya, jadi dia kosong tuh saat ini, belum ketemu cowok yang
sreg.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sebelum pulas kami juga
berandai-andai, siapa tahu saja bisa sama-sama terus setiap malam minggu
pergi barengan saja. Soal tidur malam sih, sepertinya pintu penghubung
antar kamar kami mesti dicari kuncinya tuh, maklum sudah lama tidak
pernah dibuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
TAMAT</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-19930635568973762812012-08-19T23:35:00.000+07:002012-08-19T23:35:00.506+07:00Kenakalan Seksku Bersetubuh di Distro<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6aRJtzXOeYGzSFbQBYwEmIch9sH0Fh02nEuzxUj6ylnba8_xhyphenhyphen2h6ozqIV2tAmO0SeWm6aVNfZhUT0tUcO3OkJ-yCIDIxIkBUhPT1lu3rAtJiFBlpfwyV2kP4jKV8FRODnmBqOqceiys/s1600/vnngoaitinh0119wz.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6aRJtzXOeYGzSFbQBYwEmIch9sH0Fh02nEuzxUj6ylnba8_xhyphenhyphen2h6ozqIV2tAmO0SeWm6aVNfZhUT0tUcO3OkJ-yCIDIxIkBUhPT1lu3rAtJiFBlpfwyV2kP4jKV8FRODnmBqOqceiys/s320/vnngoaitinh0119wz.jpg" width="320" /></a></div>
Sore itu aku dapet reminder dari bb
tercinta kalo keponakan tersayang ultah, bingung deh mau kasih kado apa.
Lalu aku putusin jalan pake mio pink tercinta. Jogja sekarang sering
macet, apalagi kalo abis ujan. Jadi males keluarin mobil, belum lagi
kalo kotor. Jadinya santai aja naik motor bisa cepet kemana-mana.
<br />
<div style="text-align: justify;">
Waktu ganti baju di depan lemari,
pikiran nana jadi iseng. “Mmmmmm…. , sambil eksib g ya….”, gitu pikir
nana. Akhirnya nana putuskan buat melakukan hoby nana ini.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Langkah pertama pilih baju. He.he.he……
mmmm….. berhubung dingin g berani jalan kalo G pake CD or BRA… bisa
masuk angin nanti…., Akhirnya nana pilih bra item sama cd item. Buat
atasanya nana pake langsung jaket dari wool. Hi.hi.hi jadi kan kayak
lubang2 gitu. apalagi kalo dilihat dari dekat. Apalagi warnanya pink
mendekati putih jadilah bra nana membayang disana. Buat bawahanya pake
rok jeans. G terlalu mini c, tapi dah diatas lutut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di jalan nana melirik spion motor kok
ngerasa ada yang ngikutin nana. Nana cuek aja…. dia kayaknya mahasiswa
gitu dari dandananya. Setiap lampu merah dia pasti berhenti di samping
nana, tapi rada ke belakang. Kulirik… wah… nampaknya dia terpancing liat
tetek nana. “Kena lo…. !”, pikir nana. Sengaja nana tengok dia dan
senyum genit sambil nunduk liat tetek nana sendiri yang sengaja nana
busungkan. Dasar cowok, dimana-mana “dari mata turun ke tetek”.</div>
<span id="more-45"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya setelah puas puter-puter nana
mampir ke distro pakaian ABG punya temen nana. Setelah parkir motor nana
masuk. Ternyata temen nana lagi ke badung beli stock distro. Yang
tunggu toko adiknya… Mmmmm…. lumayan cakep nie cowok, nana kerjain ah…</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh adit… Herma(nama temenku) mana ?”,
tanyaku. “Lagi ke bandung c.. cari dagangan, Cc cari apa ?”, tanya dia
balik. Nampaknya dia belum sadar kalo aku pake baju seksi. Akupun
mendekati meja kasir dan membungkuk bertumpu pada tanganku yang dimeja.
“Gini… ponakanku ultah aku mau cari baju cewek yang abg gitu, seksi,
girly gitu deh….”, senyumku menggoda. Nampaknya adit mulai salah tingkah
disuguhi tetek yang menantang untuk diremas. “Kenapa dit kok tegang
gitu…”, tanyaku menambah dia salah tingkah. “gggg…. g papa c…”, pilih
aja nanti adit kasih diskon.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun menuju display baju buat
pilih-pilih. Setelah ada yang cocok aku bilang ke adit yang sedari tadi
mengamati lekuk tubuhku. Aku berniat mencoba baju ini karena postur
keponakanku g jauh dari aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dit aku boleh coba bajunya g ?”,
tanyaku yang membuat adit kaget. “Bbbboleh ci….”, jawabnya. Akupun
menuju kamar pas yang cuma merupakan ujung ruangan yang ada tirainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sengaja aku g tutp tirai dengan
sempurna, jadi dari meja kasir adit bisa menatapku. bahkan tak hanya
dari belakang, badanku dari depan pun nampak dari pantulan cermin. Aku
cuek saja….</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dit……..”, aku memangilnya. “Mmmmmm…
tolong lepasin kancing Bra ku dunk yang belakang”, godaku. Diapun menuju
kamar pas dan langsung menyetuh punggungku. “Kok dilepas c ? “,
tanyanya polos. ” Aku mau coba bajunya biar keliatan natural”, Jawabku.
Ketika telapak tanganya menyentuh punggungku terasa dingin banget.
Takut, terangsang, horny, g tau mesti ngapain… mungkin itu yang
dipikiranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adit g beranjak pergi meskipun dah
selesai membantuku melepas bra. Akupun sengaja g menyuruhnya pergi. Aku
mencopot braku dan sengaja meremas-remas kecil tetekku. Ahhhhh…. aku
sedikit mendesah. Kulirik adit nampak sangat ngos.ngosan…. nafasnya
memburu penuh nafsu. Mungkin dia sudah pengen ngent*tin aku tapi takut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun memakai pakaian yang tadi kupilih
agak sempit… adit pun membantuku memakainya… sesekali mecuri-curi
meraba tetekku…. mmmmm…. akupun sedikit bereaksi membuatnya tambah
horny…</div>
<div style="text-align: justify;">
“Cc g malu ?”, tanyanya polos. “G lah…
adit ini bukan siapa2, lagian kan dah sering liat kakak pake bikini
waktu renang ditempatmu kan”, jawabku santai.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dit kamu horny ya ?”, tanyaku polos dengan muka menggoda. “Iiiya nih….”, jawabnya…</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya dah kalo mau ngocok…., g papa… kok aku “,kataku…</div>
<div style="text-align: justify;">
Adit pun mengelurakan tongkolnya yang
lumayan.. dan mulai mengocok tongkolnya. Akupun mulai merasa horny dan
meraba tetek dan memiawku sendiri. Ahhhh…. gila…. tongkolnya kuat bgt
kayaknya. Akupun merasa kasian melihatnya g keluar-keluar. Akupun
menaikkan baju yang aku pakai sampai tetekku keliatan. Dia mulai tambah
bergairah. Matanya mengisyaratkan minta ijin untuk meremas tetekku.
Akupun mengangguk saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mulai meremas kasar tetetkku… Akupun
bersandar sambil meraba memiawku sendiri dan.
aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh………………. aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh……………….
aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh……………… akupun keluar….. g lama kemudian
tongkol adit menyemprotkan cairan dan mengenai kakiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia tersungkur lemas. “Makasih c…..”,
ucapnya terbata. Akupun hanya bisa menggangguk. Kami baru sadar ternyata
pintu distro g terkunci. Coba kalo ada orang masuk kan gawat. Setelah
bayar akupun pulang. Aku sengaja meninggalkan CD ku yang basah cairanku
untuknya. Dan berjanji suatu saat adit boleh liat memiawku.</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4688335949551534757.post-8935216915425691932012-08-17T23:32:00.000+07:002012-08-17T23:32:00.417+07:00Kuperkosa Adikku Yang Nakal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_6TIOb8H0gABRL-0o1zZL1w0ZlmRwMbJAQgMGVIX2wNnsejrMQcBEwpdP_8-8jOCFTPwzMSrSmUVosKmiFWw6kh_vS9QFkmC1dBY_nlVPNFDkJqrv0ijc_PBEeUE3adI_nWWRNr5J1Vg/s1600/4778393b9f68603cd637670cf055a6011363b6a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_6TIOb8H0gABRL-0o1zZL1w0ZlmRwMbJAQgMGVIX2wNnsejrMQcBEwpdP_8-8jOCFTPwzMSrSmUVosKmiFWw6kh_vS9QFkmC1dBY_nlVPNFDkJqrv0ijc_PBEeUE3adI_nWWRNr5J1Vg/s320/4778393b9f68603cd637670cf055a6011363b6a.jpg" width="237" /></a></div>
Nama saya adalah Tohir Simanjuntak,
seorang anak smu yang doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang
cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku
adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk
di kelas 3 smp mau lulus. Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang
sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai
seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik
itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan. Singkat
kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan
kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri
di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya.
<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Namun di balik semua itu, sang “putri”
ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata
hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang
tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang
sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku
kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan
adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap
membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan
hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari, semuanya berubah drastic.
Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada
akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di
luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya.
Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami
ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang
kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka.
Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal
di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan
mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order
of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia
tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan
hidungku.</div>
<span id="more-57"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Inilah penghinaan terakhir yang bisa
kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku
tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan
adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat
bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih
tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di
benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan
memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa
adikku agar menjadi adik yang penurut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas
malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku
menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata
tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini
kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal.
Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk
membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit
untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku
mempunyai sebuah kamera digital.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di kamar adikku, lampu masih terang
karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan
perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas
terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan
dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak
dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam
warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun
bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah
vaginanya yang tertutup celana dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku menggunakan gunting dan
menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di
luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak
begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan
menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat
pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan
hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemandangan indah segera terpampang di
hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan
mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian
lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud
kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus
puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan
kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka
ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik
kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan
berkecamuk di pikiranku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa
memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku
memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh
berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera
di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat
tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas
agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan.
Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku
pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah
selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau
adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai
menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur
pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin
lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi
dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu.
Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya
lebar-lebar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ujung kepala penisku sudah menempel di
bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku
segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan
sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku
menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah
teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA
YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di
atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan
menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca.
Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya
berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba
melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil.
Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan
berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan.
Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak menghiraukan semua itu karena
sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku.
Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan
kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum
cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku.
Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka
k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak..
aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku
segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya
sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sekitar lima belas menit, adikku
tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih
berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku
sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku
semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera
mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia
menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah
dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku
atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi
bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku
tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit
kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim
adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan
adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku membiarkan penisku di dalam vagina
adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar
penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian
membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku
bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia
tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih
menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku.
Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup
vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah semua kepuasanku tersalurkan,
baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua
kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan
membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di
penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius
muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh
telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa
yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu
malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku.
Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih
besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut
keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau
foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus
dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu
ini mulai sekarang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata
masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan
kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia,
bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah
menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk
membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan
potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum
pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya
mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk
menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan
lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu, aku telah memenangkan
pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri
adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah
terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan
tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk
membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi
tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah.
Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh
adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke
dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika orang tuaku kembali minggu
depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut
mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang
seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku
pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan
ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum
mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit
pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata
apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu, setiap kali ada kesempatan,
aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan
kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan
sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang
datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah
bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang
tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku
beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam
pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang
kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang
berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi
gadis yang lebih binal.</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/11289661595979156690noreply@blogger.com0